Mama Matthew, Temenku juga ada yg kena ACA tuh pas hamil pertama (kalo emang bener kena ACA nih, habis baca Email tadi kayaknya sampe test segala ke S'pore gak masalah kan?? Ya kudunya kita happy donk, diberi kesehatan sempurna kayak gitu) Selama kehamilan temenku itu (pas udah diketahui kena ACA), dia tiap kali kudu suntik..... pokoke dia bilang rada2 tersiksa juga kena suntikannya. Tapi baby nya lahir sehat, gak masalah. Sekarang hamil ke2 ternyata happy2 aja tuh, gak terulang kejadian kemaren2.
Kalo mau hamil lagi, yg diinget traumanya dulu yah.... hehhehehe...susyahhh.... Mendingan persiapan aja dari sekarang, gizi makanan dan lain2, kesehatan tubuh biar jalani kehamilan ke2 bener2 fit lah.... Percaya deh ama yg di atas, DIA kalo ngasih gak kurang2 buat kita kok, ya gak, ya gak??? Rgds, Diani [EMAIL PROTECTED] Others, 2005/08/19 下午 12:55 To: <balita-anda@balita-anda.com> cc: Subject: Re: [balita-anda] topik baru : ingin anak ke 2 mama matthew, apa dulu pernah terserang virus ACA ?, temenku kemaren juga terpaksa janinnya harus digugurin,karena ada virus yg menyebabkan terjadinya penggumpalan darah di plasenta __________________ mbak Mayang, setauku ACA tuh bukan virus ... ini aku ada artikel dr BA juga, GBU Devi, mama Gabby KEGUGURAN BERKALI-KALI? WASPADAI KELAINAN DARAH Dampak yang ditimbulkan akibat kelainan darah sangatlah fatal. Pada wanita hamil dapat menyebabkan keguguran berulang. Kesedihan yang mendalam sempat melanda Dewi setelah berkali-kali mengalami keguguran. Padahal, ia ingin sekali memiliki momongan. Beruntung dokter ahli kandungannya menyarankan untuk memeriksakan darah. Hasilnya, Dewi dinyatakan memiliki kelainan antiphospholipid syndrome (APS). Apa sih APS itu? Dijawab dr. Kanadi Sumapraja, Sp.OG., bahwa APS adalah gangguan yang menimbulkan kelainan pada darah sehingga darah cenderung mudah membeku. "Gangguan ini dapat terjadi pada pembuluh darah arteri atau pun vena di semua tempat. Lalu karena dapat memunculkan beberapa gejala sesuai organ tubuh yang terkena, maka disebut pula sebagai kumpulan gejala atau sindrom.'' Umumnya, gejala itu dapat langsung terlihat bila pada organ-organ yang mengalami gangguan pembekuan pada pembuluh darah. Pengajar di Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta ini mencontohkan, jika pembekuan darah terjadi pada pembuluh di otak, maka dapat menyebabkan stroke. Bila mengenai pembuluh darah di ginjal dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Sedangkan, kalau pembekuan berlangsung di pembuluh darah tungkai maka dapat menyebabkan gangguan trombosis vena dalam. Akan halnya Dewi, karena gejala yang dialaminya adalah keguguran berulang, berarti pembekuan itu terjadi pada pembuluh darah spiralis di rahim. Pembuluh darah ini seharusnya berfungsi memperdarahi (mengalirkan darah ke) plasenta. Pada saat terjadi pembekuan darah di pembuluh tersebut, suplai darah dari ibu ke janin jelas terganggu hingga terjadilah peristiwa keguguraan. MUNCUL KALA HAMIL Asal tahu saja, APS bisa terjadi di semua pembuluh darah di tubuh manusia. Kelainan ini juga tidak pandang bulu, karena bisa dialami pria maupun wanita. Namun, umumnya APS diderita oleh mereka yang berusia antara 20 hingga 50 tahun. Sayangnya, banyak wanita yang baru mengetahui dirinya menderita APS justru pada saat hamil. Ini disebabkan selama hamil terjadi perubahan normal dalam darah sehingga lebih mudah membeku. Perubahan normal ini sebetulnya merupakan persiapan tubuh wanita hamil dalam mengantisipasi kejadian perdarahan dalam persalinan. Mekanisme penghentian perdarahan dalam persalinan, selain ditentukan oleh kontraksi otot rahim setelah lahirnya plasenta, juga ditentukan oleh mekanisme pembekuan darah yang baik. Namun adanya APS membuat darah wanita hamil mengalami peningkatan pembekuan. Akibatnya, darah akan sulit memperdarahi janin sehingga pertumbuhannya terhambat atau malah berhenti sama sekali dan terjadilah keguguran. MEMASTIKAN APS Untuk memastikan apakah seseorang menderita APS, menurut Kanadi, ada dua kriteria yang harus dipenuhi. "Satu, kriteria klinis dan satu lagi kriteria laboratorium." Kriteria klinis dapat diamati melalui gejala yang timbul, yakni dengan adanya riwayat kelainan akibat terjadinya trombosis (pembekuan darah). Misalnya, trombosis vena dalam, stroke, atau malah pernah mengalami salah satu komplikasi kehamilan berupa keguguran berulang, kematian janin, atau persalinan belum cukup bulan akibat adanya kelainan tekanan darah tinggi dalam kehamilan (preeklamsia/eklamsia), atau gangguan aliran darah pada ari-ari. Khusus untuk kriteria laboratorium, harus dilakukan pemeriksaan darah yang bisa menunjukkan ada-tidaknya antibodi terhadap fosfolipid, yaitu anticardiolipin antibody (ACA) dan lupus anticoagulant (LA). Kedua pemeriksaan itu bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedua faktor tersebut pada mekanisme pembekuan darah. Bila tidak sekaligus dilakukan pemeriksaan pada dua komponen itu, bisa saja terjadi salah diagnosa. Misalnya, hanya diperiksa ACA-nya saja dan ternyata hasilnya negatif tapi pada kehamilan berikutnya terjadi lagi keguguran. Kondisi itu dapat terjadi jika LA yang luput diperiksa ternyata positif. Untuk itu ibu perlu melakukan kedua jenis pemeriksaan darah tersebut karena mungkin saja hasilnya hanya salah satu yang positif atau keduanya positif. Pun bila hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan ACA atau LA positif, sebaiknya ibu melakukan pengulangan pemeriksaan. Pengulangan ini cukup sekali saja dan umumnya dilakukan enam minggu setelah pemeriksaan pertama. Tujuannya, agar dapat diketahui dengan pasti, apakah ACA atau LA-nya bersifat menetap atau sementara. ACA atau LA yang bersifat menetap umumnya ditandai dengan hasil yang juga positif pada pemeriksaan ulangan. Sebaliknya jika antibodi itu bersifat sementara, pemeriksaan kedua biasanya menunjukkan hasil yang negatif. Keberadaan ACA atau LA yang tidak menetap dalam sirkulasi darah dapat terjadi karena antibodi yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh dapat melakukan reaksi silang dalam kondisi tertentu, misalnya saat tubuh terinfeksi virus jenis tertentu atau menggunakan obat-obatan jenis tertentu. WAKTU PEMERIKSAAN Perihal waktu pemeriksaan yang tepat, menurut Kanadi, tergantung pada riwayat atau risiko yang dihadapi masing-masing penderita APS. Pada penderita yang pernah mengalami komplikasi dalam kehamilan sebaiknya melakukan pemeriksaan ACA dan LA sejak masa prakonsepsi atau sebelum terjadinya pembuahan. Kalaupun sudah telanjur hamil, periksakan darah sesegera mungkin. Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya ACA dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode ELISA (enzyme linked immunosorbent assay). Sedangkan pemeriksaan LA dilakukan melalui faktor-faktor yang mempengaruhi pembekuan darah. Panduan pemeriksaannya telah dibuat oleh International Society on Hemostasis and Thrombosis (ISTH). Biasanya diawali dengan melakukan pemeriksaan terhadap Activated Partial Thromboplastin Time (APTT). Hasil pemeriksaan LA dianggap positif apabila didapatkan kelainan berupa pemanjangan masa perdarahan sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh ISTH. DAMPAK YANG TIMBUL Melalui hasil pemeriksaan laboratorium, dapat diketahui kadar ACA yang diderita pasien. Pengobatan yang dilakukan oleh dokter akan sangat berkaitan dengan kadar ACA tersebut. "Menurut standar internasional, yang diobati adalah pasien yang memiliki kadar ACA sedang sampai tinggi, atau LA-nya positif setelah dilakukan dua kali pemeriksaan,'' ujar Kanadi. Standar yang digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya ACA sangat bergantung pada peralatan dan panduan yang digunakan oleh laboratorium. Namun menurut kesepakatan internasional, kadar ACA yang berada antara 20-80 GPL/MPL tergolong sedang, dan yang berada di atas angka 80 GPL/MPL tergolong tinggi. Hal ini perlu dipahami, karena semakin tinggi kadarnya, maka semakin besar risiko terjadinya pembekuan darah serta munculnya gejala APS. Dampak APS bagi pasien sangat tergantung pada organ dimana darah pada pembuluhnya mengalami pembekuan. Bila pada otak dapat menyebabkan stroke. Sedangkan yang terjadi pada tungkai kaki dapat mengakibatkan trombosis vena dalam, bahkan dapat memberikan gejala berupa luka borok yang tidak sembuh-sembuh. Pada wanita hamil, bila mengenai pembuluh darah spiralis yang memperdarahi janin dapat mengakibatkan keguguran berulang saat usia kehamilan masih di bawah 10 minggu atau kematian janin saat usia kehamilan sudah di atas 10 minggu. Selain itu, APS dapat pula menyebabkan komplikasi di akhir kehamilan berupa persalinan belum cukup bulan. Hal ini diakibatkan oleh adanya kelainan seperti preeklamsia dan pertumbuhan janin terhambat. Tandanya adalah tekanan darah ibu tinggi, kaki bengkak-bengkak, hingga pada akhirnya dapat disertai kejang-kejang (eklamsia). Karenanya, tak ada salahnya untuk waspada bila mengalami gejala-gejala yang mencurigakan. PENGOBATAN Pengobatan yang dilakukan terhadap penderita APS bertujuan mencegah terjadinya pembekuan darah. Umumnya penderita diberi obat-obatan pengencer darah atau antikoagulan. Untuk menegakkan diagnosa dan pemberian obat-obatan kepada wanita hamil, biasanya dokter kebidanan akan bekerja sama dengan dokter penyakit dalam. Pemantauan amat penting agar pemberian obat tidak berlebihan dan menganggu sistem pembekuan darah. Bukan tidak mungkin ibu malah mengalami perdarahan akibat mekanisme pembekuan darahnya terlalu ditekan. Penderita APS yang pernah mengalami komplikasi pada kehamilan sebelumnya akan diberi obat pengencer darah semenjak masa prakonsepsi. Namun setelah kehamilan berikut terjadi, ibu akan dianjurkan untuk menggunakan kombinasi asam salisilat (diminum) dan heparin (disuntik) yang aman digunakan selama kehamilan. ASAL USUL APS APS awalnya diteliti oleh seorang dokter bernama Graham Hughes dari Inggris sekitar tahun 80-an. Awalnya, ia tertarik meneliti penyakit lupus. Lupus adalah suatu penyakit dimana sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat antibodi yang berlebihan dan tidak terkontrol yang akan menyerang organ-organ tubuhnya sendiri, sehingga dapat menimbulkan kerusakan. Pada saat penelitian itulah, diketahui pada penderita lupus darahnya mudah membeku baik pada pembuluh darah arteri ataupun vena. Ternyata, itu berkaitan dengan diproduksinya zat antibodi tertentu yang menyebabkan terjadinya pembekuan darah ini. Setelah diteliti lebih lanjut, antibodi-antibodi itu bereaksi terhadap struktur fosfolipid (struktur ini terdapat pada semua lapisan permukaan sel). Alhasil, kumpulan antibodi yang bereaksi terhadap struktur fosfolipid disebut sebagai antibodi antifosfolipid, salah satunya adalah ACA (masih banyak jenis antibodi antifosfolipid lainnya, yang hingga saat ini juga sudah mulai banyak diteliti di luar negeri untuk mencari perannya dalam kejadian APS). Semula ACA ini diperkirakan hanya terjadi pada penderita lupus. Namun, setelah dipantau dapat terjadi pula pada manusia yang tidak menderita lupus. Sejak itulah, mulai dikenal antiphospholipid syndrome (APS) atau sebuah kumpulan gejala karena adanya sekelompok antibodi yang bereaksi terhadap fosfolipid. DISCLAIMER : The information contained in this communication (including any attachments) is priveleged and confidential, and may be legally exempt from disclosure under applicable law. It is intended only for the specific purpose of being used by the individual or entity to whom it is addressed. If you are not the addressee indicated in this message (or are responsible for delivery of the message to such person), you must not disclose, disseminate, distribute, deliver, copy, circulate, rely on or use any of the information contained in this transmission. We apologize if you have received this communication in error; kindly inform the sender accordingly. Please also ensure that this original message and any record of it is permanently deleted from your computer system. We do not give or endorse any opinions, conclusions and other information in this message that do not relate to our official business. AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA UTARA !!! ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] DISCLAIMER : The information contained in this communication (including any attachments) is priveleged and confidential, and may be legally exempt from disclosure under applicable law. It is intended only for the specific purpose of being used by the individual or entity to whom it is addressed. If you are not the addressee indicated in this message (or are responsible for delivery of the message to such person), you must not disclose, disseminate, distribute, deliver, copy, circulate, rely on or use any of the information contained in this transmission. We apologize if you have received this communication in error; kindly inform the sender accordingly. Please also ensure that this original message and any record of it is permanently deleted from your computer system. We do not give or endorse any opinions, conclusions and other information in this message that do not relate to our official business.