http://jkt.detiknews.com/indexfr.php?url=http://jkt.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/08/tgl/25/time/11407/idnews/428886/idkanal/10


Misteri Blogger dari Solo 
Sha, Antara Ada dan Tiada
Muchus Budi R., Nurul Hidayati - detikcom
 Jakarta - Senin (22/8/2005) lalu detikinet menurunkan berita yang cukup 
membuat merinding berjudul Blogger Meninggal Usai Tulis 'Mimpi Kematian. 
Blogger itu menamai dirinya dengan Sha, sedangkan nama lengkapnya adalah 
Natasha Anya.

Sha menjadi beken karena dia menulis catatan harian berjudul Mimpi Buruk di 
blognya yang beralamat di http://kembangsolo.blogspot.com. Isinya, menceritakan 
mimpi buruknya yang berkisar tentang kematian.

Tulisan itu diturunkan sekitar pukul 11.00, tanggal 16 Agustus. Eh, pada hari 
yang sama sekitar pukul 13.00 WIB, Sha dikabarkan meninggal dunia.

Kabar kematian Sha melesat pesat di jaringan para blogger. Tak urung, situs Sha 
ramai dikunjungi oleh mereka yang ingin mengucapkan dukacita. Dalam waktu 
singkat, saat situs Sha dicek oleh detikcom pada hari Senin siang, ada 111 
comments yang mengomentari tulisan Mimpi Buruk yang benar-benar mengharukan 
itu. Cukup tinggi untuk ukuran sebuah blog catatan harian pribadi!

Mencari Tahu

Lalu siapa Sha sebenarnya? Reporter detikcom berusaha menelisik sosok Sha di 
Solo berdasarkan tulisan di blog gadis 23 tahun. Tulisan itu bertajuk Gereja 
Katholik St. Antonius Purbayan. Kutipannya:

Gereja ini adalah gereja Katholik tertua di Solo,
Letaknya di Jalan Sugiyopranoto,
Di mana gereja ini ada di lingkungan sekolah Katholik juga,
Ada TK Marsudirini, SD Marsudiri, SD Pangudiluhur, SD Keprabon,
Terus ada lagi SMP Kanisius, SMU Kanisius...
Semuanya Yayasan Katholik...
Aku dari TK sampai SMP juga sekolah di situ...
Ehhh kok malah ngomongin sekolahan jadinya hehehe

Kembali lagi ke Gereja St. Antonius,
Aku biasa ke Gereja hari Sabtu Sore,
Biar hari Minggunya bisa dolan tanpa ada beban,
Ohh iya... aku gak tau kenapa,
Misa di Gereja ini bisa terbagi dengan sendirinya,
Misa Sabtu sore banyak diikuti oleh muda-mudi,
Kalo Misa Minggu Pagi diikuti anak-anak dan juga Lansia,
Juga para Biarawati dan Biarawan,
Terus Misa Minggu Sore biasanya diikuti oleh keluarga,
Aneh bisa terbagi gitu yah...

Mungkin Nama Dunia Maya

Berbekal tulisan itulah detikcom mencari tahu. Ternyata, di sepanjang Jalan 
Sugiyopranoto Solo tidak ada gereja Katolik di sana. Namun dari peta, 
kemungkinan besar yang dimaksud Sha adalah Gereja Katholik St Antonius, 
Purbayan, di Jalan Arifin No 1, Solo.

Sha menulis bahwa gerejanya dekat dengan kompleks sekolah milik Yayasan 
Pendidikan Katolik seperti sekolah Marsudirini dan Pangudiluhur, tempat dia 
pernah sekolah. Memang di belakang salah satu gereja Katolik tertua di Solo 
tersebut terdapat sekolah-sekolah seperti yang dimaksudkan oleh Sha.

Persis di samping gereja tersebut memang terdapat Jalan Sugiyopranoto, namun 
karena gereja menghadap ke Jalan Arifin, maka secara administratif alamat 
gereja masuk ke Jalan Arifin. Sedangkan kompleks sekolah Katolik itu berada di 
Jalan Sugiyopranoto.

Ketika detikcom mendatangi kantor Sekretariat Paroki di Gereja tersebut, pihak 
pengurus mengatakan tidak ada warga di Paroki Purbayan yang bernama Natasha 
Anya. Salah seorang pengurus Sekretariat Paroki Purbayan, P Sutarno DP, 
mengatakan seluruh warga Katolik yang tinggal di wilayah parokinya dipastikan 
akan tercatat, baik catatan lahir maupun catatan kematian.

Pada catatan kematian juga tidak terdapat ada jemaat yang meninggal pada 
tanggal 16 Agustus 2005, seperti terjadi pada diri Sha. "Kami hanya mencatat 
warga yang tinggal di Paroki kami. Sedangkan yang melakukan peribadatan di 
gereja ini bukan hanya datang dari Paroki kami. Tidak sedikit bahkan jemaat 
yang datang dari luar kota," ujarnya.

Sutarno pun membuka berkas dokumen paroki, baik dalam file buku maupun 
komputer. Namun tidak ditemukan satu pun nama tersebut. "Bisa jadi itu hanya 
nama yang dipakainya ketika di dunia maya sehingga tidak terlacak di dokumen 
kami. Coba dilacak di Thiong Ting (krematorium), mungkin sempat disemayamkan di 
sana jika dia warga dari etnis Tionghoa," lanjutnya.

Ketika dilacak ke Krematorium di Jalan Kol Sutarto, juga tidak ditemukan nama 
tersebut. "Sepanjang bulan Agustus ini semua warga yang meninggal di atas usia 
60 tahun. Hanya satu warga meninggal di usia muda yang disemayamkan di sini, 
yaitu Lana Indrawan usia 19 tahun terkena serangan jantung," ujar salah seorang 
pengurus krematorium.

Apakah Lana adalah Sha? Kalau mendasarkan dari catatan Sha, identitas Sha dan 
Lana tidak kompak. Lana yang masuk Thiong Ting pada 16 Agustus pagi adalah 
siswi SMA Santa Ursulin, Solo, meninggal karena sakit jantung.

Sementara, Sha di blognya mengaku berusia 23 tahun dan merupakan guru TK. Sha 
diberitakan meninggal pada 16 Agustus sekitar pukul 13.00 WIB karena 
penggumpalan darah di otak.

Jadi, siapa Sha? Masih misterius!

Terkait:


Kirim email ke