Bagus banget nih artikelnya Ci.. dimuat di kompas ya.. mudah-mudahan semua
DSA baca dan ngasih obat termasuk AB yang reasonable ke konsumen medisnya.

Btw, ada yang tau ga DSA yang reasonable dalam meresepkan obat di area
bekasi.??

Thank's sebelumnya..

-----Original Message-----
From: Mama Kavindra [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, October 12, 2005 10:23 AM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] Antibiotik lagi


Dear Mbak Aida...

Kalo soal antibiotik emang efeknya gak baik sih...kalo
diberikan secara gak benar
Bisa jd semacam ketergantungan gitu.. or malah bisa
nambah parah penyakit anak...mengganggu kekebalan tubuh
tepatnya spt anak tanteku nih pas dikit kasih AB batuk
pilek dikit kasih AB... so, sekarang jd sakit2an terus...
Aku juga gitu pas kecil msh jaman gelap.. banyak makan
tetrasiklin.. akibatnya skr gigi kusam.. gak bisa
bersih putih gitu..

Antibiotik itu sbenernya emang buat mengobati but kalo
krn infeksi krn bakteri kalo akibat virus sih obatnya
cuman daya tahan tubuh anak.....
Eamng sih antibiotik hrs habis buta basmi bakteri... but
kalo penyebabnya virus ntar malah antibiotiknya
mematikan bakteri baik yg diperlukan tubuh...

Trus gak ada tuh aturan kalo panas > 3 hari dikasih
antibiotik... yg bener tu kalo drAAP n Who anak dibilang
demam itu kalo di atas 38,5 C...n perlu penurun panas...

Btw, dr gejala yg Mbak sebutin kalo anak panas tinggi,
batuk pilek... bisa jd flu aja.. 
Mo nanya nih kotoran mata kluar n matanuya berair
terus yah... ini bisa terjd krn panas tinggi... but kalo
pake kluar bercak or bintik merah pas panas tinggi
bisa jd gejala campak.... n ini krn virus..

So, lebih baik kalo patuk pilek di home treament aja
alias diuapin pake termos listrik or sebaskom air
panas yg ditetesin minyak kayu putih... trus buat
ngurangin idung tersumbat bisa pake breathy or wkt
tidur di atas hidung antara alis dikasih olesan minyak
telon n pala bubuk... banyak minum air putih n makan yg
bergizi.. aja udah cukup.... Pokoke batuk pilek bia
sembuh dg sendirinya tergantung daya tahan tubuh
anak..

About obat2an anaknya aku gak bisa komentar banyak.. 
Aku kebetulan juga msih nyimpen artikel ttg
antibiotik..

Smoga dikit Bantu yah
Uci mamaKavin
http://oetjipop.multiply.com

ANTIBIOTIK DAN KEKEBALAN TUBUH PADA ANAK

Sumber : Kompas
Minggu, 10 April 2005

ULASAN mengenai perlunya mewaspadai penggunaan
antibiotik secara tidak
rasional sudah sering dibahas.
Akan tetapi, bagaimanapun, "kampanye" memerangi
penggunaan antibiotik secara
irasional itu masih kalah marak dibandingkan dengan
kenyataan yang terjadi
di lapangan.

Anak-anak termasuk bayi adalah golongan usia yang
secara tidak langsung
kerap menjadi obyek "ceruk pasar" dari berbagai produk
antibiotik yang
diresepkan dokter.
Hingga hari ini pun sebagian dokter masih kerap
menunjukkan sikap
ketidaksukaan jika menghadapi pasien cerewet
alias kritis. Masih banyak pula pasien-yang notabene
konsumen medis-segan
banyak bertanya kepada
dokter, dan memilih manggut-manggut saja jika diberi
obat apa pun oleh
dokter.

"Sebenarnya kan lucu jika kita tidak tahu apa
sebenarnya yang kita bayar.
Terlebih yang kita bayar itu untuk dikonsumsi oleh
anak kita yang merupakan
amanat Tuhan. Ketidaktahuan ini sering kali dibiarkan
oleh kalangan medis,
malah kerap dimanfaatkan," ujar dr Purnamawati S
Pujiarto, SpAK, MMPed,
yang aktif mengedukasi para orangtua dalam mengonsumsi
produk dan jasa
medis, termasuk melalui milis (mailing list).

Seperti dipaparkan Purnamawati, antibiotik berasal
dari kata anti dan bios
(hidup, kehidupan). Dengan demikian, antibiotik
merupakan suatu zat yang
bisa membunuh atau melemahkan suatu makhluk hidup,
yaitu mikro-organisme
(jasad renik) seperti bakteri, parasit, atau jamur.
Antibiotik tidak dapat
membunuh virus sebab virus memang bukan "barang"
hidup. Ia tidak dapat
berkembang biak secara mandiri dan membutuhkan materi
genetik dari sel
pejamu, misalnya sel tubuh manusia, untuk berkembang
biak.

Sementara masih kerap terjadi, dokter dengan mudahnya
meresepkan antibiotik
untuk bayi dan balita yang hanya sakit flu karena
virus. Memang gejala yang
menyertai flu kadang membuat orangtua panik, seperti
demam, batuk, pilek.
antibiotik yang dianggap sebagai "obat dewa". Pasien
irasional seperti ini
seperti
menuntut dokter menjadi tukang sihir. Padahal,
antibiotik tidak mempercepat,
apalagi melumpuhkan, virus flu.

"Orangtua sebagai yang dititipi anak oleh Tuhan
harusnya tak segan-segan
bertanya sama dokter. Apakah anaknya benar-benar butuh
antibiotik? Bukankah
penyebabnya virus? Tanyakan itu kepada dokter," kata
Purnamawati tegas.
Namun, kadangkala menghadapi orangtua yang bersikap
kritis, sebagian dokter
beralasan antibiotik harus diberikan mengingat stamina
tubuh anak sedang
turun karena flu. Jika tidak diberi antibiotik, hal
itu akan memberi peluang
virus
dan kuman lain menyerang.

Mengenai hal itu, Purnamawati menanggapi, "Sejak lahir
kita sudah dibekali
dengan sistem imunitas yang canggih. Ketika diserang
penyakit infeksi,
sistem imunitas tubuh terpicu untuk lebih giat lagi.
Infeksi karena virus
hanya
bisa diatasi dengan meningkatkan sistem imunitas tubuh
dengan makan baik dan
istirahat cukup, serta diberi obat penurun panas jika
suhunya di atas 38,5
derajat Celsius. Jadi, bukan diberi antibiotik.
Kecuali kalau kita punya
gangguan
sistem imun seperti terserang HIV. Flu akan sembuh
dengan sendirinya,
antibiotik
hanya memberi efek plasebo (bohongan)."

Hal senada juga secara tegas dikatakan farmakolog Prof
dr Iwan Darmansjah,
SpFk. "Antibiotik yang diberi tidak seharusnya kepada
anak malah merusak
sistem kekebalan tubuhnya. Yang terjadi anak malah
turun imunitasnya, lalu
sakit lagi. Lalu jika dikasih antibiotik lagi,
imunitas turun lagi dan sakit
lagi. Terus begitu, dan kunjungan ke dokter makin
sering karena anak tambah
mudah
sakit," ujar Iwan.

PURNAMAWATI menggarisbawahi, antibiotik baru
dibutuhkan anak
ketika terserang infeksi yang disebabkan bakteri.

Contoh penyakit akibat infeksi bakteri adalah sebagian
infeksi telinga,
infeksi sinus berat, radang tenggorokan akibat infeksi
kuman streptokokus,
infeksi
saluran kemih, tifus, tuberkulosis, dan diare akibat
amoeba hystolytica.
Namun jika antibiotik digunakan untuk infeksi yang
nonbakteri, hal itu malah
menyebabkan berkembang biaknya bakteri yang resisten.

"Perlu diingat juga, untuk radang tenggorokan pada
bayi, penelitian
membuktikan 80-90 persen bukan karena infeksi bakteri
streptokokus, jadi
tidak perlu antibiotik. Radang karena infeksi
streptokokus hampir tidak
pernah terjadi pada usia di bawah dua tahun, bahkan
jarang hingga di bawah
empat
tahun," kata Purnamawati.

Beberapa keadaan yang perlu diamati jika anak
mengonsumsi antibiotik adalah
gangguan saluran cerna, seperti diare, mual, muntah,
mulas/kolik, ruam
kulit,
hingga pembengkakan bibir, kelopak mata, hingga
gangguan napas. "Berbagai
penelitian juga menunjukkan, pemberian antibiotik pada
usia dini akan
mencetuskan terjadinya alergi di masa yang akan
datang," kata Purnamawati
tandas.

Kemungkinan lainnya, gangguan akibat efek samping
beberapa jenis antibiotik
adalah demam, gangguan darah di mana salah satu
antibiotik seperti
kloramfenikol dapat menekan sumsum tulang sehingga
produksi sel-sel darah
menurun. Lalu, kemungkinan kelainan hati, misalnya
antibiotik eritromisin,
flucloxacillin, nitrofurantoin, trimetoprim,
sulfonamid. Golongan
amoxycillin clavulinic acid dan kelompok makrolod
dapat menimbulkan allergic
hepatitis.
Sementara antibiotik golongan aminoglycoside,
imipenem/meropenem,
ciprofloxacin juga dapat menyebabkan gangguan ginjal.

Jika anak memang memerlukan antibiotik karena terkena
infeksi bakteri,
pastikan dokter meresepkan antibiotik yang hanya
bekerja pada bakteri yang
dituju, yaitu antibiotik spektrum sempit (narrow
spectrum antibiotic). Untuk
infeksi bakteri yang ringan, pilihlah yang bekerja
terhadap bakteri gram
positif, sementara infeksi bakteri yang lebih berat
(tifus, pneumonia,
apendisitis)
pilihlah antibiotik yang juga membunuh bakteri gram
negatif. Hindari
pemakaian salep
antibiotik (kecuali infeksi mata), serta penggunaan
lebih dari satu
antibiotik kecuali TBC atau infeksi berat di rumah
sakit.

Jika anak terpaksa menjalani suatu operasi, untuk
mencegah infeksi
sebenarnya antibiotik tidak perlu diberikan dalam
jangka waktu lama. "Bahkan
pada
operasi besar seperti jantung, antibiotik cukup
diberikan untuk dua hari
saja," ujar
Iwan. Purnamawati menganjurkan, para orangtua
hendaknya selalu memfotokopi
dan
mengarsip segala resep obat dari dokter, dan tak ada
salahnya
mengonsultasikan kepada ahli farmasi sebelum ditebus.

Sejak beberapa tahun terakhir, sudah tidak ditemukan
lagi antibiotik baru
dan lebih kuat. Sementara kuman terus menjadi semakin
canggih dan resisten
akibat penggunaan antibiotik yang irasional. Inilah
yang akan menjadi
masalah besar
kesehatan masyarakat. Antibiotik dalam penggunaan yang
tepat adalah
penyelamat, tetapi jika digunakan tidak tepat dan
brutal, ia akan menjadi
bumerang.

"Antibiotik seperti pisau bermata dua. Untuk itu,
media massa berperan besar
menginformasikan hal ini dan tidak perlu khawatir jika
industri farmasi
ngambek tak mau beriklan," tutur Iwan. (SF)

--- Aida <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Saya mo nanya donk..
> Anak saya (2 tahun 10 bulan) 4 hari ini badannya
> panas, bahkan kalo malam bisa sampai 40 derajad dan
> kadang mengeluarkan kotoran mata.
> Hari minggu kemaren udah ke dr IGD, dikasih obat
> penurun panas proris dan batuk activet Dr jg mo
> kasih antibiotik tapi saya tolak.
> Minggu sampe selasa proris udah saya kasihkan tapi
> activet belum karena belum ada gejala batuk. Kalo
> siang memang panasnya turun karena anak masih
> beraktivitas. Tadi malam, panas lagi (40) dan saya
> bawa ke dr anak dan test darah. Hasil test darah
> menurut dr bagus dan dr memberi resep antibiotik
> (Cesfon kalo gak salah). Mulai tadi malam anak saya
> keluar batuk pileknya sehingga sekarang proris dan
> activet yang saya kasih.  Badan masih panas dan
> badan kayanya agak lemes, tapi makan dan minum masih
> mau.  Sampai saat ini saya belum kasih
> antibiotiknya, karena selain saya takut ama
> antibiotik, anak saya juga sangat susah minum obat,
> jadi takut gak habis. Yang ingin saya tanyakan:
> 1.    Apa saya memang perlu ngasih antibiotic mengingat
> panas anak gak turun2 dan kata dr
> kerongkongan/tenggorokannya merah (radang)?
> 2.    Apakah pendapat dr anak saya benar bahwa kalo 3
> hari panas gak turun sebaiknya minum antibiotic?
> 3.    Apa efek antibiotic? Apakah bisa membuat gigi
> kuning?
> 4.    Bagaimana kalo antibiotic yang diminumkan tidak
> habis?
> 5.    Kira-kira test apa lagi yang perlu buat anak
> Saya, mengingat panasnya yang gak turun2? (rontgen,
> dsb)
>  
> HAsil test darahnya sbb:
> HEMATOLOGI
> Hemoglobin (P): 10.4, normal 12.0-16.0
> Hamatokrit (P): 31.0, normal: 36 - 46
> Lekosit : 8100, normal: 4500 - 11000
>  
> HEMATOLOGI
> Trombosit: 240000,normal:150000-350000
>  
> HITUNG JENIS
> Basofil: 0, normal:0.00-1.00
> Eosinofil:0,normal:1.00-3.00
> Batang:2, normal: 2.00-6.00
> Segmen:71,normal:50.00-70.00
> Limfosit:27,normal:20.00-40.00
> Monosit:0,normal:2.00-8.00
>  
> Please advisenya donk..para ibu dan bapak..
> Ada dokter Wati gak?please help me yah...
> Thanks sebelumnya
>  
> Aida Ratna Zulaiha
> Researcher, Research Department
> Moores Rowland Indonesia
> Jl. Sisingamangaraja 3C Jakarta
> Phone: 021 7202605 ext 142
> Mail: [EMAIL PROTECTED]
> <mailto:[EMAIL PROTECTED]> 
>  
> 


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke:
[EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]


================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke