"Siapa suruh punya anak banyak?". 

Mungkin sama-sama kita pernah dengar pertanyaan dan ungkapan di atas tiap kali 
ada di sekitar kita yang kebetulan diberikan rezeki anak banyak, walaupun 
ekonomi keluarganya pas-pasan, bahkan cenderung berkekurangan. 

Salah seorang mantan bos saya di kantor , yang bersuamikan seorang ekspat malah 
sampai sekarang tidak mau punya anak. Bayangkan, tidak mau, bukannya belum. 
Alasannya sepele, "ngeri gue ngebayangin punya anak.., melahirkannya aja 
kayaknya gue gak sanggup..., wuiih...," begitu komentarnya tiap kali ada anak 
buahnya, atau rekan kantornya yang baru saja melahirkan.

Saya juga suka  'miris' kalau dengar orang bilang, "Waduh.., gimana ya. Punya 
anak satu aja deh. Satu aja buat biaya pendidikannya ketar-ketir, gimana dua.., 
tiga...ga sanggup deh."

Banyak anak banyak rezeki mungkin memang sebuah ungkapan yang sudah banyak 
ditinggalkan oleh sebagian besar dari kita. Tapi bukan berarti juga terus jadi 
muncul ungkapan banyak anak seret rezeki, atau banyak anak susah cari rezekinya 
Hak semua orang untuk berkata apa saja. Hak semua orang juga untuk menentukan 
yang terbaik bagi diri dan keluarganya. Tapi kewajiban setiap orang juga untuk 
tidak mendahului yang maha mendahului. 

Kembali ke keluarga yang memiiki anak banyak dan hidup serba kekurangan 
tersebut di atas. Kebetulan tidak jauh dari rumah saya ada sebuah keluarga 
seperti itu.  Anaknya sekarang sudah lima. Tiga laki-laki, dua perempuan. Yang 
pertama masih duduk di kelas 3 SD. Anak nomer 3 umurnya 5 tahun,keempat 2.5 
tahun, dan  yang kelima 12 bulan.

Allah memang maha adil. Kelima anaknya jarang sekali sakit. Salah seorang 
anaknya bahkan mendapat julukan 'Anak Seribu Pulau' ."Kalau tiap anak di sini 
seperti mereka, pasti Hermina bakalan bangkrut..," demikian canda salah seorang 
tetangganya yang begitu kagum dengan 'tingkat kesehatan' kelima anak tersebut.  
Pernah suatu waktu istri  saya menawarkan bantuan  susu formula untuk anaknya 
yang kelima, tapi sang ibu menolak dengan alasan tidak sanggup untuk membeli 
susu formula selanjutnya kalau bayinya nanti 'ketagihan'. "Cukuplah ASI saja 
buat anak saya," demikian ucapnya. . 

Punya anak satu, dua, tiga, empat , dan seterusnya mungkin memang pilihan. Tapi 
pilihan di atas segala pilihan adalah apa yang kita dapatkan saat ini, plus 
segala ikhtiar yang sungguh-sungguh untuk menyempurnakannya, tanpa 
sekali-sekali bersyakwasangka dengan apa yang diikhtiarkan oleh orang lain.

Newland 161105


Reply via email to