Ayahnya Irfan, nama sebenernya siapa sih ? Boleh tauk nggak ? -----Original Message----- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 16, 2005 12:59 PM To: depokmilis Cc: balita-anda@balita-anda.com Subject: [balita-anda] belum ada judul
"Siapa suruh punya anak banyak?". Mungkin sama-sama kita pernah dengar pertanyaan dan ungkapan di atas tiap kali ada di sekitar kita yang kebetulan diberikan rezeki anak banyak, walaupun ekonomi keluarganya pas-pasan, bahkan cenderung berkekurangan. Salah seorang mantan bos saya di kantor , yang bersuamikan seorang ekspat malah sampai sekarang tidak mau punya anak. Bayangkan, tidak mau, bukannya belum. Alasannya sepele, "ngeri gue ngebayangin punya anak.., melahirkannya aja kayaknya gue gak sanggup..., wuiih...," begitu komentarnya tiap kali ada anak buahnya, atau rekan kantornya yang baru saja melahirkan. Saya juga suka 'miris' kalau dengar orang bilang, "Waduh.., gimana ya. Punya anak satu aja deh. Satu aja buat biaya pendidikannya ketar-ketir, gimana dua.., tiga...ga sanggup deh." Banyak anak banyak rezeki mungkin memang sebuah ungkapan yang sudah banyak ditinggalkan oleh sebagian besar dari kita. Tapi bukan berarti juga terus jadi muncul ungkapan banyak anak seret rezeki, atau banyak anak susah cari rezekinya Hak semua orang untuk berkata apa saja. Hak semua orang juga untuk menentukan yang terbaik bagi diri dan keluarganya. Tapi kewajiban setiap orang juga untuk tidak mendahului yang maha mendahului. Kembali ke keluarga yang memiiki anak banyak dan hidup serba kekurangan tersebut di atas. Kebetulan tidak jauh dari rumah saya ada sebuah keluarga seperti itu. Anaknya sekarang sudah lima. Tiga laki-laki, dua perempuan. Yang pertama masih duduk di kelas 3 SD. Anak nomer 3 umurnya 5 tahun,keempat 2.5 tahun, dan yang kelima 12 bulan. Allah memang maha adil. Kelima anaknya jarang sekali sakit. Salah seorang anaknya bahkan mendapat julukan 'Anak Seribu Pulau' ."Kalau tiap anak di sini seperti mereka, pasti Hermina bakalan bangkrut..," demikian canda salah seorang tetangganya yang begitu kagum dengan 'tingkat kesehatan' kelima anak tersebut. Pernah suatu waktu istri saya menawarkan bantuan susu formula untuk anaknya yang kelima, tapi sang ibu menolak dengan alasan tidak sanggup untuk membeli susu formula selanjutnya kalau bayinya nanti 'ketagihan'. "Cukuplah ASI saja buat anak saya," demikian ucapnya. . Punya anak satu, dua, tiga, empat , dan seterusnya mungkin memang pilihan. Tapi pilihan di atas segala pilihan adalah apa yang kita dapatkan saat ini, plus segala ikhtiar yang sungguh-sungguh untuk menyempurnakannya, tanpa sekali-sekali bersyakwasangka dengan apa yang diikhtiarkan oleh orang lain. Newland 161105