Baca e-mail Pak Deny, jadi ingat pengalaman saya dgn suami yg persis dgn
yang Bapak alami.  Setiap membicarakan nama anak, saya dan suami jadi
ribut. Yang saya pilih, dia tidak suka, yang suami pilih, saya kurang sreg.
Padahal kami memilih nama-nama itu dari buku nama-nama bayi (sampai punya 5
buku, dari nama-nama Indonesia, barat, nama sansekerta + arti nama, dsb).
Yang lebih pusing lagi karena saya harus menyiapkan banyak nama karena anak
yg akan lahir kembar yg menurut dokter keduanya laki-laki.  Tapi saya dan
suami sepakat menyiapkan 2 nama laki-laki dan 2 nama perempuan, siap-siap
kalau-kalau perkiraan dokter meleset.

Akhirnya ... karena setiap memilih nama  terjadi "perang", saya nggak
pegang lagi buku nama-nama itu .... sampai saat melahirkan.
Setelah bersalin, di rumah sakit, saya dan suami setiap malam menghabiskan
waktu untuk mencari nama-nama bayi.  (Padahal bayi sudah ada di hadapan,
tapi belum ada namanya sehingga kalau kami panggil hanya dengan sebutan
"sayang" atau "adek").

Pencarian nama di rumah sakit itu memang waktunya mepet sekali karena
terburu-buru, harus ada nama sebelum saya dan bayi pulang ke rumah (untuk
surat keterangan kelahiran).
Tapi pada saat seperti itu, kami tidak sempat lagi untuk "perang" sehingga
toleransi saya dan suami terhadap nama-nama yang kami pilih jadi besar,
ditambah lagi nama yg kami siapkan jadi cuma 2 karena sudah tahu bahwa yg
lahir kembar laki-laki.

Begitu pengalaman saya.

Semoga cepat mendapat nama bayi yg sesuai dengan Pak Deny dan ibu.

Salam,
Renny











---------------------------------------------------------------------
"Milis Bagi Orangtua Yang Menyayangi Balitanya"
To subscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
HI-Reliability low cost web hosting service - http://www.IndoGlobal.com

Kirim email ke