Ada artikel bagus tentang Anak dari GATRA.

Bila Anak Jadi Setan

Perilaku buruk terjadi lantaran struktur dan sistem kerja otak berubah.
Bukan faktor psikologis semata.
PUNYA anak bandel memang menyebalkan. Apalagi sampai menjadi pembunuh.
Biasanya para orangtua cuma
geleng kepala, dan tidak tahu mengapa anaknya berperangai seperti setan.
Penyebabnya sudah sering diungkap. Ada
yang menyebut karena pergaulan buruk atau lantaran kurang perhatian
orangtua. Singkatnya, perilaku buruk itu
banyak disebabkan faktor psikologis semata.
Anggapan tersebut dipatahkan oleh temuan Dr. Bruce Perry. Peneliti dari
Baylor College of Medicine, Amerika
Serikat, ini menemukan bukti bahwa perilaku buruk disebabkan pula oleh
perubahan struktur dan kerja pada otak.
Proses singkatnya begini: hormon stres seorang bocah -akibat perlakuan
buruk- mendorong kerja otak
menghasilkan hormon yang membuat si bocah menjadi agresif. Di antaranya
bereaksi untuk bertengkar, melukai,
bahkan membunuh.

Reaksi agresif itu, menurut Prof. Soemarmo Markam, ahli saraf dan guru
besar Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, dihasilkan oleh Amicdala. Ini salah satu bagian dalam sistem
limbik pada otak manusia, yang berfungsi
sebagai pusat perasaan. Bagian samping Amicdala memuat perasaan agresif,
sedangkan bagian tengahnya memuat
perasaan jinak. Bila seseorang mengalami tekanan psikologis
terus-menerus, maka yang sering muncul adalah
Amicdala bagian samping. "Bagian ini menjadi dominan, sehingga orang itu
bertindak agresif dan destruktif," kata
Soemarmo kepada Budi Pristiwanto dari Gatra.
Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan. Sebab, menurut Soemarmo, sifat
itu menurun hingga tiga generasi. Dan
yang paling banyak mengalami adalah kalangan masyarakat strata bawah.
"Hidup mereka penuh kekerasan untuk
mempertahankan hidup, sehingga keturunannya menjadi agresif pula,"
Soemarmo menambahkan.

Sebaliknya, menurut Bruce Perry, kekerasan juga menyebabkan sistem kerja
otak jadi mogok. Hormon stres tak
lagi responsif, sehingga perasaan bocah itu tak lagi sensitif. Kasus ini
bisa dilihat pada anak-anak yang suka
menyakiti binatang. Misalnya yang dilakukan Luke Woodham. Sebelum
menembak mati tiga temannya di SMU
Pearl, Mississippi, Amerika Serikat, remaja ini memukuli anjingnya
sampai mati. Ia kemudian membakar anjing
piaraannya itu.
Pendapat para ahli tersebut tak menafikan anggapan bahwa lingkungan yang
buruk mempengaruhi perilaku bocah.
Sebab, menurut Prof. Dadang Hawari, hal itu tak terlepas dari proses
imitasi dan identifikasi yang muncul dalam
perkembangan anak. "Kalau yang ditiru adalah tindak kekerasan, maka
perangainya menjadi keras dan buruk," kata
psikiater kondang itu kepada Rita Triana Budiarti dari Gatra.

Sementara itu, kurangnya perhatian orangtua bisa membunuh emosi si
bocah. Menurut Bruce Perry, ketidakacuhan
ini merusak perkembangan kulit otak yang berfungsi mengontrol perasaan
memiliki dan kasih sayang. Bocah-bocah
yang merasa dikucilkan dan tak punya pegangan ini mencari figur di luar
lingkungannya. Misalnya kelompok
pencinta musik yang memperkenalkan obat bius, atau para jagoan yang
sering dimainkannya di komputer. Para
jagoan yang haus darah itulah yang dijadikan tokoh idola, sehingga
mereka bertingkah laku seperti para jagoan
dalam permainan Mortal Combat, atau tokoh Adolf Hitler dalam kasus
pembantaian 14 siswa SMU Columbine di
Littleton, Colorado, dua pekan lalu.

Yang lebih ironis, para bocah -yang belum bisa membedakan antara
kenyataan dan khayalan- itu melakukan
pembunuhan. Mereka menganggap orang yang dibunuhnya itu bisa hidup
kembali, sebagaimana sering mereka
mainkan. "Jalan pikiran mereka tentang sebuah kematian masih ajaib,"
kata Richard Lieberman, seorang psikolog
pelajar di Los Angeles.

Lalu, bagaimana penyembuhannya? Memang sulit. Sebab, struktur otak yang
telanjur kebanyakan hormon agresif
tak bisa dibenahi dengan pembedahan. Upaya yang bisa ditempuh, menurut
Soemarmo Markam, antara lain
memberi obat-obatan agar bocah itu tidak terlalu agresif. Yang paling
mungkin cuma mencegah agar si bocah tidak
destruktif. Antara lain dengan memberi kasih sayang yang cukup selama
anak itu dalam proses pertumbuhan.
"Jangan suka memaki atau memukul di bagian kepalanya," kata Soemarmo.
"Juga jangan sering menyuguhi mereka
dengan film-film kekerasan dan adegan sadis," ia menambahkan.

Sedangkan Dadang Hawari menawarkan upaya penyembuhan lain. Yakni dengan
menelusuri riwayat hidup
penderitanya -mulai kehamilan, lahir, dan seterusnya- untuk mengentahui
trauma atau penyakit yang mengganggu
sarafnya. "Bisa dimonitor dengan rekaman EEG (electro ensevalo-graphy)
untuk melihat fungsi otaknya," tutur
Dadang. Kemudian dilakukan wawancara kejiwaan untuk melihat fungsi otak
. Barulah penderitanya diobati dengan
terapi khusus.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Gatot Imam Sukoco
System Research & Development Group - Divisi RisTI - TELKOM
Jl. Gegerkalong Hilir 47 Bandung 40152
tel : +62-22- 457 1304
fax : +62-22-212 234
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
- jangan lupa kunjungi http://www.keadilan.or.id ... partai dari muslim
oleh muslim .. untuk semua



Untuk melihat diskusi milis ini sebelumnya, klik:
http://www.mail-archive.com/balita-anda%40indoglobal.com/

--------------------------------------------------------------------------
"Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas"
Berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]
http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet


Kirim email ke