Agak melenceng sedikit (soalnya lagi napsu nih ) ....Ngomong-ngomong soal Sinterklas dan Piet Hitam.... Mengapa pemberi hadiah harus orang kulit putih? Dan mengapa pelengkap penderita si penghukum yang ditakuti harus orang kulit hitam? Ini budaya kolonial yang dianut mentah-mentah tanpa akal sehat. Kalau mau diadaptasi mengapa tidak membuat Sinterklas berkulit kuning, coklat atau hitam (Zwarte Sinterklas) ? dan mengapa tidak membuat si Piet berkulit putih (Wit Piet)? Saya nggak terima kalau the good guy harus selalu orang kulit putih. Tak use ye.... Maaf bagi yang tidak sependapat. Salam/Hendra Nur Agustinus <[EMAIL PROTECTED]> on 25/06/99 07:42:42 Please respond to [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda <[EMAIL PROTECTED]> cc: (bcc: Hendrasly Sulaiman/BASF-INDONESIA/BASF) Subject: [balita-anda] Piet Hitam (was: Anak Ngempeng) From: Tjoek Lianto <[EMAIL PROTECTED]> >Pelbagai trik telah dicoba oleh orang tua saya, sampai akhirnya >yang manjur yaitu Swaterpiet (Piet Hitam anak buahnya Sinterklas). Jadi >ceritanya menjelang Natal, orang tua saya bilang sama kakak saya, kalau >tidak mau membuang dotnya nanti Sinterklas tidak akan memberi hadiah. Lalu >pada saat acara Sinterklas, Sinterklas tetap memberikan hadiah, tapi dengan >bisikan, kalau masih ngedot, nanti Swaterpiet akan datang mengambil kembali >hadiah Sinterklas dan sekaligus mengambil kamu untuk dimasukkan ke dalam >karungnya yang buessaaar itu. Hasilnya ternyata 100% manjur tuh mbak. TRAUMA DENGAN PIET HITAM Dari waktu ke waktu, di berbagai pertokoan dan pusat perbelanjaan biasanya menyelenggarakan acara Sinterklas. Sinterklas yang baik hati dan membagi-bagikan hadiah kepada anak-anak yang manis. Anak-anak ini semua senang, walau ada beberapa anak yang nakal yang kemudian harus berurusan sejenak dengan Piet Hitam, sang pengawal Sinterklas. Piet Hitam ini cukup ditakuti oleh anak-anak. Sayangnya, dalam perkembangannya sekarang, Piet Hitam tidak lagi seperti dulu. Sikapnya sekarang sudah kasar. Bila kita perhatikan pada acar-acara tersebut di sebuah pusat pertokoan, Piet Hitam tersebut dengan kasar mengayun-ayunkan sapu lidinya kepada anak-anak dan beberapa penjaga toko untuk mengusir sekana-akan menunjukkan kesan bahwa ia adalah orang yang kejam dan harus ditakuti. Padahal fungsinya sebagai suatu sarana pendidikan bukanlah seperti itu. Piet Hitam adalah figur yang memberikan hukuman, sedangkan sinterklas adalah yang memberikan hadiah. Proses belajar yang diterapkan disini adalah
ôReward and Punishment
ö atau pemberian hadiah dan hukuman. Bagi anak-anak yang berbakti kepada orang tuanya akan diberi hadian dan yang nakal akan dihukum dengan ancaman dibawa oleh Piet Hitam dan dimasukkan karung ke negeri para Piet Hitam. Tentu saja mereka semua takut. Pendidikan ala Sinterklas dan Piet Hitam ini memang bukan budaya asli kita, melainkan merupakan warisan dari Belanda. Saat ini, banyak timbul pro dan kontra tentang masalah ini. Sinterklas berasal dari nama Saint Nikolaas (Santo Nikolaus), seorang uskup dari Hipo (Afrika Utara) dan Piet Hitam merupakan terjemahan dari Zwarte Piet. Romo Mangunwijaya dalam bukunya yang berjudul Putri Duyung Yang Mendamba, mengulas secara khusus mengenai masalah ini. Romo Mangun adalah salah satu dari golongan yang kurang setuju dengan pendidikan macam Sinterklas ini. Romo Mangun mengutip uraian seorang ahli psikologi Belanda yang bernama Bomans, yang mengungkapkan dengan nada keras bahwa Sinterklas adalah akal bulus kaum dewasa untuk menambal kekuarangan mereka dalam mendidik anak. Semua yang oleh orangtua gagal ditanamkan dalam anak, sang usukp alimlah (Sinterklas) yang harus membereskannya. Sapu lidi dan karung, tiada lain hanyalah saksi kemiskinan mereka, bukti ketidakmampuan orangtua. Sendi Pedagogi Sibterklas adalah ketakutan. Anak harus takut agar menjadi penurut. Dan anak penurut adalah anak yang baik. Menjadi anak yang penurut akan menerima pahala dari seorang kakek yang naik kereta menjangan di atas atap, sebuah simbol dari Tuhan. Kalau dilihat dari segi pendidikan, memang cara mendidik berdasarkan ancaman akan dimasukkan karung atau di cambuk dengan lidi sudah bukan jamannya lagi. Tetapi kini, sangat sedikit sekali orangtua yang punya anak nakal yang mau meminta sang Piet Hitam untuk menghukum anaknya. Orangtua ini sudah merasa malu bila menunjukkan kepada umum bahwa anaknya nakal. Dan umumnya, sinterklas kemudian hanya membagi-bagikan hadiah sedangkan Piet Hitam kehilangan fungsinya dan jadi pameran saja yang akhirnya hanya mengayun-ayunkan sapu lidinya, ibarat seorang samurai mengayun-ayunkan samurainya. Satu hal yang perlu kita kaji secara bersama, anak yang pernah diancam oleh Piet Hitam, bisa menjadi trauma. Trauma itu bisa berlangsung untuk beberapa hari, beberapa bulan atau mendekan terus dalam jiwa anak tersebut. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah pendidikan semacam itu efektif? Dan mereka yang mengalami trauma ini tidak sedikit. Siapakah yang harus bertanggung jawab? Piet Hitam? Ataukah seharus orangtua itu sendiri yang gagal dalam mendidik anaknya? Kalau kebetulan anak Anda adalah salah satu yang mengalami trauma dengan Piet Hitam, cobalah untuk menyadarkan bahwa sesungguhnya yang diminta dari orangtua adalah sikap hormat dan berbakti. Kalau anak Anda kebetulan diganggu oleh Piet Hitam dalam acara tersebut sehingga ia menangis menjadi-jadi, cobalah menunjukkan kepadanya bahwa Anda sebagai orangtua lebih berkuasa pada Piet Hitam dengan menghardiknya dan memintanya untuk tidak menggangunya lagi. Anak yang melihat bahwa orangtuanya lebih berani dari Piet Hitam akan tunduk dan yakin pada perlindungan orangtua. Yang penting sekarang, kalau kita mengikuti acara Sinterklas, apa tujuan yang hendak kita capai. Sekedar bersenang-senang dan menggembirakan anak? Ataukah ada tujuan pendidikan. Kalau kita kaji tulisan Romo Mangun tersebut, ada benarnya juga. Tak baik mendidik anak dengan dasar ketakutan. Anak-anak harus berkembang dengan sewajarnya, sebagai orangtua kita wajib membimbingnya untuk selalu berada di jalan yang benar. (Artikel ini pernah saya kirim dan dimuat di majalah Liberty beberapa tahun lalu) Kunjungi: http://www.balita-anda.indoglobal.com -------------------------------------------------------------------------- "Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas" Berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Berhenti berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet
Kunjungi: http://www.balita-anda.indoglobal.com -------------------------------------------------------------------------- "Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas" Berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Berhenti berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet