Republika, 13 Mar 1999 http://www.republika.co.id/9903/13/13xboks.050.html 'Kembalikan Dolanan Tradisional Anak Kita' Tingkat kecerdasan anak-anak kita sekarang sungguh mengalami lonjakan yang sangat luar biasa bila dibanding dengan anak-anak kita pada masa lalu. Nilai rapor anak-anak kita sekarang umumnya mendapatkan angka delapan ke atas. Kecerdasan ini merupakan salah satu dari stimulan dari kebiasaan mereka melakukan penguasaan teknologi canggih sekarang, seperti permainan video game, nintendo, vcd, compacdisc, keyboard dan permainan modern canggih lainnya. Meningkatnya tingkat kecerdasan anak-anak kita ini, agaknya meninggalkan ''borok'' yang amat teruk di tengah masyarakat kita sekarang. Tengok saja, nyaris tiada hari anak-anak kita melakukan tindak kriminal seperti melakukan pencurian, tawuran, terlibat minum-minuman keras. Malahan di antara anak-anak kita juga sudah berani melakukan tindak pembunuhan, contoh terakhir yang mengiris hati adalah ''Kasus Medan'. Seorang anak dengan sadisnya membunuh orang tuanya dan saudara-saudaranya. Ilustrasi ragam jenis tindak kriminal tersebut merupakan dampak paling nyata dari hasil buah permainan modern yang direguk anak kita. Alat permainan modern memang mampu meningkatkan kecerdasan otak anak kita. ''Tapi dengan alat permainan modern itu ada aspek yang tertinggal yaitu perkembangan sosial, emosional, kemampuan perasaan menahan diri sendiri dan terhadap orang lain,'' kata pakar psikologi anak, Dr Seto Mulyadi kepada Republika, Rabu (10/3). Pada tahap selanjutnya, menurut Kak Seto, panggilan Seto Mulyadi, menjadikan anak kita mudah strees, tegang, tampil agresif, dan marah. ''Kenakalan anak kita seperti terjadinya tawuran pelajar itu merupakan akumulasi dari semua beban psikologi yang disandangnya itu,'' ungkap Kak Seto yang juga Ketua Yayasan Nakula-Sadewa, institusi bagi anak kembar di tanah air. Sementara kondisi psikologi anak seperti itu, nyaris tak mendapatkan perhatian yang serius dari orang tua mereka. Itu lantaran orang tua sibuk dengan aktivitasnya untuk melakukan bisnis dan mengejar karier di kantor. Malahan, orang tua kerap memaksakan kehendaknya terhadap anak-anaknya untuk mengikuti kursus-kursus di luar jam sekolah. Padahal, anak-anak sendiri sudah dibebani banyak pekerjaan rumah (PR). Baik yang harus dikerjakan di sekolah maupun di rumah. ''Kondisi itu sungguh memperburuk perkembangan anak,'' tuturnya dengan nada penuh prihatin. Mengapa alat permainan modern hanya mampu meningkatkan kecerdasan semata? Menurut Kak Seto, alat permaianan modern itu umumnya amat personal sifatnya. Dalam bermain mereka hanya berbuat sendiri. Tidak berinteraksi sosial dan terlibat emosional dengan teman-temannya. Kesendirian tersebut menyebabkan perkembangan jiwa anak tidak bisa mengerti perasaan dan tidak mampu melakukan musyawarah dengan teman lainnya. ''Yang terjadi akhirnya mereka menjadi seorang generasi yang egois. Mereka enggan mengerti dan memahami kondisi temannya. Sehingga, bila kepentingannya terganggu, anak kita mudah marah dan mengajak berkelahi,'' papar Kak Seto. Untuk mengembalikan format dasar watak anak kita yang bakal menjadi penerus bangsa ini, lanjut Kak Seto, hendaknya mereka dikenalkan pada alat-alat permainan tradisional seperti yang pernah dilakukan anak pada zaman dahulu. Permainan tradisional itu seperti gobak sodor, engklek, sepak tekong, culek-cublek suweng dan mainan tradisional semacamnya. Semua permainan tradisional ini anak-anak terlibat interaksi sosial dan emosi dengan teman lainnya. Karena mereka terlibat dalam kondisi perasaan dengan kawannya yang lain, maka dalam perkembangannya mereka menjadi generasi yang penuh tepo sliro (mengerti dan memahami perasaan orang lain -- red). Selain itu, permainan tradisional secara psikologis juga mampu mendekatkan diri si anak terhadap alam sekitarnya dan Tuhan. Tengok saja ketika bermain gobak sodor pada malam bulan purnama misalnya. Mereka terlibat perasaan akan indah dan syahdunya bermain dengan teman-temannya di bawah terang sinar rembulan. Hanya saja permainan tradisio nal ini kini sudah dijauhi anak-anak kita. Hal ini lantaran orang tua kita juga tak memperkenalkannya. Sehingga permainan tradisional ini sudah 'punah'. Bila masih memungkinkan, tambahnya, hendaknya permainan tradisional yang mengajarkan kesahajaan, kesederhanaan dan kebersamaan itu dikenalkan pada anak-anak kita. ''Karena permainan tradisional itu mampu menyeimbangkan perkembangan anak kita sekarang yang penuh beban ini,'' kata Kak Seto. (sunarwoto prono legsono) Kunjungi: http://www.balita-anda.indoglobal.com "Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas" ------------------------------------------------------------------------ Berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Berhenti berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] EMERGENCY ONLY! Jika kesulitan unsubscribe, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet