> From: NGSCOM <[EMAIL PROTECTED]> > > KRISIS ekonomi yang masih berlangsung meski nilai tukar dollar sudah > turun, membuat kasus gizi buruk masih saja terjadi. Ini harus membuat kita > berpikir kembali tentang efektivitas program gizi yang telah dilaksanakan > pemerintah. > Kemandulan pos pelayanan terpadu (posyandu) sebagai ujung tombak program > gizi kini terbukti, karena selama ini posyandu terlalu menitikberatkan > pada upaya pelayanan kesehatan. Pelayanan gizi seperti penyuluhan dan > pemberian makanan tambahan (PMT) terabaikan. > > Banyak anak balita peserta posyandu yang drop-out ketika mereka menginjak > usia 1-2 tahun karena orangtuanya merasa tidak ada lagi gunanya mengikuti > posyandu. Vaksinasi pada anak yang gratis diperoleh di posyandu memang > telah tuntas ketika anak berusia 1-2 tahun. Setelah itu mereka hanya > ditimbang dan diberi secangkir kacang hijau tiap bulan. > > Oleh karena itu, saya ingin memaparkan pengalaman ketika mengikuti program > gizi di Amerika. Saya menempuh program doktor di Iowa State University, > ketika itu bersama istri dan satu anak balita. Kami tergolong keluarga > miskin menurut standar hidup Amerika. Maka kami diperkenankan mengikuti > program gizi supaya anak kami tercegah dari ancaman gizi buruk. > > > *** > PROGRAM gizi di AS dikenal dengan nama program WIC. Lengkapnya adalah > ''Supplemental Food Program for Women, Infants, and Children''. Program > WIC ditetapkan resmi Pemerintah AS tahun 1972, dengan tujuan utama > mencegah gizi buruk pada keluarga berpenghasilan rendah. > > Kelompok sasaran program WIC adalah wanita hamil, ibu menyusui, dan anak > balita. Jadi benar-benar mirip posyandu. Kegiatan yang dilakukan dapat > dikelompokkan menjadi dua bagian: pemberian makanan tambahan (PMT) dan > pendidikan gizi. > > Tahun 1985 program ini telah mencakup 3,2 juta orang dengan anggaran 1,5 > milyar dollar AS. Sebagian besar anggaran digunakan untuk pemberian > makanan tambahan dan hanya tiga persen atau 50 juta dollar AS untuk > pendidikan gizi. > > Mengapa program pendidikan gizi porsinya lebih kecil? Masyarakat Amerika > dengan tingkat pendidikan relatif tinggi dianggap mampu mempelajari dan > memahami aspek-aspek gizi dari berbagai media massa, majalah, buku. Jadi > pendidikan gizi dianggap sudah swadaya. > > Kriteria utama menjadi peserta program WIC adalah penghasilan rendah. > Garis kemiskinan di AS ditetapkan sebagai berikut: keluarga beranak satu > berpenghasilan 15.000 dollar per tahun, beranak dua 18.000 dollar, > demikian seterusnya dengan menambahkan 3.000 dollar per anak. Jadi sebagai > mahasiswa dengan beasiswa 750-1.000 dollar per bulan dan mengajak > anak-istri ke AS, jelas berada di bawah garis kemiskinan. > > Pernah ada suara-suara mempertanyakan sejauh mana program WIC ini memenuhi > sasaran, mengingat banyakya orang asing bukan warga AS yang > memanfaatkannya. Dari survei yang dilakukan tahun 1980-an diketahui bahwa > mayoritas peserta program WIC adalah kulit putih (88 persen), kulit hitam > (2), Amerika Latin (2), Asia (2), sisanya lain-lain termasuk suku Indian. > > > *** > PESERTA program WIC setiap bulan menerima vouchers atau kupon makanan yang > dapat ditukarkan di toko swalayan terdekat dengan 23 liter susu (sumber > vitamin dan mineral), enam kaleng sari buah (kaya vitamin C), 12 butir > telur (protein hewani), satu kaleng peanut butter (protein nabati), dan > empat bungkus sereal (sumber karbohidrat). Jika anak masih bayi, diberi > susu formula. Kupon makanan itu nilainya 35 dollar. > > Program WIC diselenggarakan seminggu dua kali dengan jam kerja penuh: > pukul 09.00-16.00. Jarang terjadi antrean yang berjubel seperti di > posyandu di Tanah Air. > > Dalam program WIC tidak ada kewajiban bagi orangtua untuk menimbangkan > anak setiap bulan, cukup enam bulan sekali. Sementara pendidikan gizi > hanya dilakukan tiga bulan sekali, dan peserta dapat memilih jadwal yang > sesuai. > > Selain memperoleh kupon tiap bulan, juga ada kupon khusus antara Mei dan > Oktober untuk dibelanjakan di Farmers Market. Di sini sekelompok petani > menjual sayuran dan buah segar dengan harga miring. Kerja sama Program WIC > dan Farmers Market jelas menguntungkan kedua pihak. > > Setiap anak balita peserta program WIC juga memperoleh cek senilai 150 > dollar untuk memeriksakan gigi. Pertumbuhan gigi dimonitor untuk mencegah > gigi keropos pada anak-anak. > > Pemerintah AS bisa menyelenggarakan program WIC, salah satunya adalah > karena tingginya kesadaran membayar pajak dari warganya. Pajak menjadi > tulang punggung utama membiayai kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat > Amerika. > > > > *** > PROGRAM gizi di Indonesia sebenarnya sudah dimulai tahun 1960-an, ketika > pemerintah menyelenggarakan cikal bakal posyandu yang disebut ''Applied > Nutrition Program'' yang kemudian menjadi Usaha Perbaikan Gizi Keluarga > (UPGK). Salah satu kegiatannya sekarang populer dengan sebutan posyandu. > > Dalam hal PMT, posyandu sebenarnya belum mampu mandiri. Cuma tampaknya > pemerintah terlalu yakin bahwa masyarakat mampu membiayai penyelenggaraan > PMT. Sebelum krisis ekonomi saja, ada puskesmas pembina posyandu yang > hanya punya anggaran Rp 20.000 untuk membiayai PMT. > > Pemerintah memang telah berhasil menyelenggarakan posyandu tetapi itu > hanya dari segi kuantitas. Kualitasnya masih sangat rendah sebagai bentuk > pelayanan gizi yang optimal. Ketika krisis terjadi dan korban gizi buruk > berjatuhan, barulah pemerintah menyadari bahwa keberhasilan posyandu > selama ini semu. Karena itu perlu revitalisasi posyandu. > > Pemberdayaan posyandu yang mutlak harus dilakukan adalah memanusiakan > kader. Selama ini kader bekerja sukarela tanpa imbalan. Di zaman reformasi > pelayanan gizi yang menjadi tanggung jawab pemerintah harus memberi > insentif yang wajar kepada kader, sehingga mereka bisa bekerja profesional > termasuk mendeteksi kemungkinan munculnya gizi buruk di daerahnya. > > Kalau saat ini pemerintah sudah mengalokasikan dana sekitar Rp 200 milyar > untuk PMT dan Rp 125 milyar untuk pemberdayaan posyandu, maka tahun-tahun > mendatang dana ini harus selalu ditingkatkan. > > > *** > SELAMA ini pembangunan ekonomi menjadi prioritas pemerintah, meski > kenyataan ekonomi kita keropos. Sementara itu pembangunan sumber daya > manusia diabaikan termasuk penyelenggaraan program gizi. Inilah yang harus > dikoreksi oleh pemerintahan baru. > > Pemerintah AS dengan program WIC-nya menyadari bahwa kualitas sumber daya > manusia banyak ditentukan oleh input gizi yang diberikan ketika anak masih > balita. Oleh karena itu mereka tidak ragu-ragu mengalokasikan dana > trilyunan untuk memperbaiki gizi anak-anak balita. Ini adalah bentuk > investasi jangka panjang. > > Revitalisasi posyandu juga harus memprogramkan pentingnya PMT bagi seluruh > anak balita, tidak sekadar penyuluhan. Ingat, jangan hanya penderita gizi > buruk yang memperoleh bantuan JPS-BK, tetapi semua anak balita kurang > mampu harus mendapatkan akses bantuan pangan karena mereka sangat rentan > terhadap ancaman gizi buruk. > > Pemerintah jangan terlalu pusing memikirkan jenis pangan apa yang cocok > untuk anak balita, karena anak usia lebih dari satu tahun sudah bisa makan > seperti halnya orang dewasa. Hal inilah yang dilakukan program WIC di AS > dengan pilihan makanan yang mudah tersedia di pasaran seperti susu, telur, > sari buah, peanut butter, dan sereal. > > > (Dr Ir Ali Khomsan, Ketua Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya > Keluarga Pascasarjana IPB ) > Kunjungi: http://www.balita-anda.indoglobal.com "Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas" -= Dual T3 Webhosting on Dual Pentium III 450 - www.indoglobal.com =- Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Berhenti berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] EMERGENCY ONLY! Jika kesulitan unsubscribe, email: [EMAIL PROTECTED] Panduan Menulis Email yang Efektif http://hhh.indoglobal.com/email/ http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet