Mama Michelle, mungkin bisa dicoba lewat pijatan.
Luangkan waktu setiap hari 15 menit untuk memijat.  Bisa pagi hari sebelum mandi atau 
malam hari sebelum tidur ( jangan lupa setelahnya dilap air hangat untuk menghilangkan 
baby oil ).
Yang terpenting waktu memijat adalah menjaga kontak mata dengan anak.  Ajak bicara 
selama pemijatan sambil sering diolesi baby oil.  Bila kita dirumah semaksimal mungkin 
untuk merawat sendiri.

Mudah - mudahan berhasil......... 

*********** REPLY SEPARATOR  ***********

On 2/7/00 at 8:26 AM [EMAIL PROTECTED] wrote:

>At 02:54 PM 2/3/00 +0700, Mama Michelle wrote:
>
>>
>> Met ciang penghuni balita-anda
>>
>> Saya mau konsultasi mudah-mudahan anda semua dapat membantu dan
>memecahkan
>> solusi saya.
>>     Begini, saya punya baby perempuan berumur 6 bulan (anak pertama),
>dari
>> sejak lahir sampe sekarang dia tidak mendapatkan cukup ASI karena ASI
>saya
>> sangat kurang sekali, malah sekarang sudah tidak ada sama sekali.
>Sehingga
>> dari sejak lahir sampe sekarang saya berikan dia susu formula. Akibatnya
>> hubungan antara ibu dan anak tidak dekat.
>>     Disamping itu saya bekerja, jadi semakin tidak deket aja, padahal
>saya
>> kurang gimana saya sayangnya sama dia dan sudah berusaha pendekatan
>sebagai
>> layaknya ibu dan anak.
>> kadang saya suka sedih, setiap saya mau berangkat kerja dan setiap pulang
>> kerja dia tidak mau senyum, melirik pun tidak mau seperti orang ngambek
>aja.
>>     Apa mungkin dia begitu karena kurang mendapatkan ASI atau karena
>setiap
>> hari saya tinggalkan bekerja?  lalu harus bagaimana agar saya bisa dekat
>sama
>> dia sebagaimana layaknya ibu dan anak padahal saya sudah berusaha dan
>sangat
>> sayang sama dia.
>> Mudah-mudahan anda bisa membantu saya, karena jawaban anda dapat
>menghibur
>> hati saya yang sedang sedih.
>>
>> LOVE
>> Mama Michelle
>
>
>___________________________
>Mama Michelle yang baik,
>
>Sepertinya banyak kok ibu bekerja yang mesti pergi pagi pulang malem. Saya
>kalo
>berangkat kantor jam 6.30 dan sampai rumah lagi sekitar jam 18.00 karena
>rumah
>saya jauh dari kantor (saya tinggal di Surabaya). Anak saya masih 3,5
>bulan,
>laki2.
>Sebelum berangkat mesti saya yang momong anak saya (bergantian dengan
>suami)
>sampai dengan waktu saya harus mandi. Setelah mandi pun anak saya masih
>saya
>ajak bercanda sambil saya berdandan atau ganti baju. Dan setiap hendak
>berangkat selalu saya pamiti dengan kata2 :
>"Ibu berangkat dulu ya, Nak. Jangan nakal di rumah" atau yang lain dan saya
>cium, kadang sampai berkali2 sampai pipinya merah   ;)
>Begitu juga kalo saya pulang dari kantor, semua urusan anak saya dan suami
>saya
>yang turun tangan. Jika pulang kantor dia sudah tidur, saya akan menegurnya
>pelan2 dengan bilang :
>"Ibu sudah pulang, Nak" dan saya cium pelan2. Kalo dia masih bangun ya saya
>bilang :
>"Halo sayang.... apa kabar" Pokoknya saya ajak ngomong dan bercanda sampai
>dia
>tersenyum.
>Anak saya tidur satu kamar dengan saya. Jadi setiap malam yang harus bangun
>adalah saya, bukan pengasuhnya.
>Setiap bangun pagi selalu saya sapa dengan "Selamat pagi sayang" atau
>"Sugeng
>enjang" (bahasa
>jawa).
>Kalo menurut saya, yang terpenting kita harus sering berbicara dengan anak
>kita
>supaya dia menyadari kehadiran kita dan bahwa kita ini adalah ibunya.
>Ini pengalaman saya yang pertama. Jadi mungkin masih belum berpengalaman.
>Mungkin ada rekan lain yang bisa menambahkan.
>
>Ibunya Rafi
>
>________________
>
>Benar apa yang diceritakan mamanya Rafi, supaya anak kita dekat dengan
>kedua orang tuanya di harus kita ajak komunikasi dan tidak klise kock kalau
>kita harus memperhatikan kualitas dari komunikasi kita jika kita jarang
>bertemu dengan buah hati kita. Mungkin ada sedikit pengaruh juga dengan
>pemberian ASI, karena pada saat kita menyusui terjadi suatu komunikasi
>antara bayi dan ibunya. Tetapi ibu tidak perlu kuatir masih banyak cara
>berkomunikasi lainnya yang bisa efektif dan memberikan hasil yang baik
>seperti yang saya alami.
>Saya juga wanita bekerja seperti ibu dan juga merangkap sebagai mahasiswa,
>jadi saya pergi dari rumah pagi lebih kurang jam 7 dan baru pulang ke rumah
>sekitar jam 9/10 malam karena dari tempat bekerja harus langsung ke kampus.
>Itu berlangsung sejak saya mulai bekerja saat dia berumur 3 bulan. Saya
>juga takut kalau anak saya tidak dekat dengan saya sehingga saya berusaha
>semaksimal mungkin untuk mengajak dia berkomunikasi. Perlu diketahui sejak
>saya dinyatakan positif hamil, saya sering mengajak bayi dalam kandungan
>saya untuk berbicara. Saya ceritakan kepada dia dimana sekarang berada
>apakah di kantor atau di kampus dan saya sedang melakukan apa, apakah
>sedang bekerja di depan komputer ataukan sedang mendengarkan dosen memberi
>kuliah. Hal ini saya lakukan agar dia mengerti kesibukan mamanya. Dan
>selama cuti melahirkan, bayi saya suka saya tinggal di malam hari untuk ke
>kampus, biasanya sebelum berangkat saya gendong dia dan saya cium serta
>katakan bahwa saya akan pergi ke kampus. Setelah pulang, saya gendong dia
>lagi dan saya katakan bahwa saya sudang pulang. Begitu juga setelah saya
>mulai bekerja, saya tetap lakukan hal yang sama kecuali jika pada malam
>hari saya pulang dia masih belum tidur, saya ajak dia bermain. Dan jika
>hari Sabtu dan Minggu, perhatian saya penuh tercurah kepadanya apakah saya
>ajak dia bermain di rumah ataupun jalan-jalan ke mall. Begitu juga setiap
>hari di kantor saya sempatkan untuk menelpon dia di rumah biasanya 2-4
>kali, waktu dia masih bayi saya suka minta susternya untuk menaruh gagang
>telepon di kupingnya supaya dia tahu bahwa walaupun mamanya pergi untuk
>bekerja tetapi dia tahu bahwa mamanya tetap memperhatikannya. Sekarang bayi
>saya suah berumur 14 bulan saya masih melakukan hal-hal tersebut dan siang
>hari menelpon dan berbicara langsung dengan dia. Dan juga di malam hari
>sejak dia lahir selalu tidur dengan saya kecuali jika saya sakit, dia saya
>titipkan di kamar neneknya (saya masih tinggal dengan orang tua saya).
>Memang anak saya lebih dekat dengan saya ketimbang dengan papanya karena
>suami saya sempat dinas ke luar kota selama lebih kurang 2 tahun. Tetapi
>sekarang dia sudah mulai dekat dengan papanya karena saya minta suami saya
>untuk melakukan seperti yang saya lakukan.
>Jadi Mamanya Michelle tidak perlu kuatir, anak kecil akan tahu jika dia
>disayang jika saya kita benar-benar tulus mengatakan bahwa kita sayang dan
>juga melakukan hal-hal positif terhadapnya.
>
>Salam
>
>Mamanya Hana
>
>
>
>Kunjungi: http://www.balita-anda.indoglobal.com
>"Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas"
>Kirim bunga untuk handaitaulan & relasi di jakarta http://www.indokado.com 
>-- Situs sulap pertama di Indonesia http://www.impact.or.id/dmc-sulap/
>Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
>Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]




Kunjungi: http://www.balita-anda.indoglobal.com
"Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas"
Kirim bunga untuk handaitaulan & relasi di jakarta http://www.indokado.com 
-- Situs sulap pertama di Indonesia http://www.impact.or.id/dmc-sulap/
Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]








Kirim email ke