Artikel berikut didapat dari Kompas-Online, semoga bermanfaat.
Minggu, 5 Maret 2000
Pemberian Obat untuk Anak
JANGAN abaikan perintah "kocok sebelum diminum" dalam kemasan obat untuk anak-anak.
Pengocokan ini diperlukan untuk menyebar ramuan aktif yang ada dalam obat. Kalau
tidak, dua pertiga dari dosis pertama akan lebih lemah dibanding sepertiga yang
terakhir yang begitu kuat. Ini akan membahayakan buat anak-anak.
Secara umum ada beberapa kesalahan lain yang dilakukan orangtua dalam memberikan obat
kepada anak-anaknya. Bisa disebutkan misalnya, takaran yang tidak pas karena
menggunakan alat yang tidak sesuai. Katakan, menggunakan sendok dapur, padahal
harusnya memakai sendok obat. "Kelebihan lima mililiter saja berarti melebihkan dosis,
sementara kalau takaran kurang pemberian obat tidak efektif," jelas Mark Widome,
seorang profesor di Pennylvania State University, dalam majalah Parents, Februari.
Bahkan banyak orangtua memberikan obat manakala anaknya sebenarnya tak memerlukannya.
Sakit tenggorokan, pilek, atau batuk, umpamanya, kadang bisa disembuhkan tanpa harus
menggunakan obat-obat yang tersedia di lemari. Obat-obatan itu sebenarnya cuma
mengobati simpton, bukan penyakitnya sendiri. Acetaminophen, umpamanya, akan
menghilangkan demam, membuat mereka lebih enak, namun tidak mengobati virus atau
infeksi bakteri yang menyebabkan penyakit tersebut.
Siapa orangtua yang tidak panik anaknya terkena diare?
Pemberian obat diare khususnya untuk bayi hendaknya benar-benar dipertimbangkan.
Memang immodium misalnya, dengan cepat bisa menyetop diare, namun pemberian obat ini
untuk anak di bawah dua tahun bisa menimbulkan efek, antara lain masalah pernapasan.
"Satu hal yang bagus dari diare adalah bahwa dia membawa toksin melalui sistem
pencernaan yang tepat," kata dokter Widome. "Bila Anda menghentikan diare terlalu
cepat, toksin itu akan tetap di dalam," lanjutnya seraya menganjurkan orangtua untuk
lebih baik memberi banyak cairan selama 8-12 jam, sebelum mengurangi makanan yang
mengandung susu dan menggantinya dengan makanan lunak seperti telur ayam, nasi,
kentang, roti yang mudah dicerna. "Sembilan puluh sembilan persen diare dapat diatasi
dengan cara ini."
Menyimpan obat-obatan di lemari, tentu ada gunanya untuk berjaga-jaga. Namun jangan
lupa, obat punya masa laku tertentu yang satu sama lain berbeda. Ada obat yang boleh
dikonsumsi meski sudah dua tahun, tetapi sebagian lagi kadaluarsa kurang dari dua
tahun. Untuk amannya, periksalah lemari obat Anda tiap tiga bulan, jangan ragu untuk
membuang obat yang sudah jatuh tempo karena menyimpannya sudah tak ada gunanya.
Menurut Widome, kesalahan yang juga banyak terjadi, orangtua terus memberikan obat
tanpa resep dokter meski sakit tidak bertambah baik. Untuk hal yang satu ini, kalau
dua sampai tiga hari panas tubuh tidak juga reda, dr Widome menganjurkan untuk segera
memeriksakan diri ke dokter. (Parents/ret)