Fyi
> ----------
> From:         Khoerul Anwar[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
> Reply To:     [EMAIL PROTECTED]
> Sent:         Monday, November 22, 1999 1:15 PM
> To:   '[EMAIL PROTECTED]'
> Subject:      [balita-anda] FW: Rukhshah bagi Ibu hamil / Menyusui,
> Tinjaun Syariat .
> 
> Salam,
> Masih mengenai puasa, dari Mail-list tetangga.
> Semoga bermanfaat.
> 
> > Bismillahirrohmanirrahiim
> > 
> > Ustadz Syarif Lc, (Ummi no. 10, 1414H / 1994)
> > Secara prinsip di dalam Islam rukhshah atau dispensasi merupakan
> > keringanan
> > bagi hamba-hambanya sebagai bagian dari rahmat Allah, namun bukan
> > merupakan
> > hukum asal (azimah). Rukhshah digunakan dalam kondisi tidak normal. Ia
> > boleh
> > diambil tetapi memiliki tingkatan-tingkatan hukum yang berlainan dan
> > bergantung pada bobot kasusnya. Bila shaum bagi seorang ibu hamil dan
> > menyusui dapat menimbulkan kemudharatan bagi si Ibu atau bayi yang
> > dikadung
> > atau disusuinya, maka rukhshah itu bisa menjadi sunnah atau wajib dengan
> > menilik berat ringannya kasus medisnya. Tentu saja bukan berdasarkan
> > perasaan si ibu saja, tetapi berdasarkan pertimbangan dokter atau ahli
> > medis
> > lainnya.
> > Dalam kondisi kehamilan beresiko tinggi, seperti wanita yang sering
> > keguguran, menderita anemia, atau bahkan yang harus 'bedrest' selama
> > kehamilan, rukhshah dapat menjadi wajib diambil. Demikian pula bagi ibu
> > menyusui, bila volume air susu menurun drastis, anak jadi cengeng bahkan
> > jatuh sakit, rukhshah sebaiknya diambil si ibu.
> > 
> > Mengacu pada fiqh sunnah (buku asli) juz satu hal. 372:
> > Pembagian rukhshah secara umum:
> > 
> > A)* Rukhshah untuk tidak berpuasa bagi orang yang tua renta atau orang
> > sakit
> > keras yang tidak bisa sembuh lagi. Bagi mereka hanya diwajibkan membayar
> > fidyah, atau memberi makan orang miskin sebanyak satu sho' (kurang lebih
> 1
> > liter) setiap hari dan tidak wajib meng'qadha' atau mengganti shaum nya.
> > 
> > B)* Rukhshah untuk wanita hamil atau menyusui, ada 2 pendapat:
> > 1-* Pendapat yang menyatakan tidak wajib meng-qodha, hanya wajib
> membayar
> > fidyah.
> > Pendapat ini berasal dari ibnu Umar dan ibnu Abbas. Apabila
> dikhawatirkan
> > timbul kemudharatan bagi ibu atau bayi yang dikandung ataupun yang
> > disusuinya, (tentu dengan pertimbangan ahli dan bukan karena ingin
> > menggampangkan) maka atas keduanya boleh mengambil rukhshah dan wajib
> > membayar fidyah serta tidak wajib meng-qadha nya.
> > Dalil untuk itu anatara lain:
> > @ HR Imam Daruquthni, Ibnu Abbas berkata pada seorang ibu hamil: Engkau
> > sederajat dengan orang yang tidak punya daya untuk shaum,maka bagimu
> boleh
> > tidak ber shaum membayar fidyah serta tidak wajib meng-qadha.
> > @ HR Imam malik dan Baihaqi, Ibnu Umar ditanya seorang wanita hami, Ibnu
> > Umar menjawab: "Bukalah, dan berilah fidyah untuk orang miskin dengan
> > seperempat qadah gandum (kurang lebih 3/4 liter)".
> > 
> > 2.* Pendapat yang mewajibkan untuk meng-qadha shaum bagi wanita yang
> > mengambil rukhshah saat hamil dan menyusui adalah menurut Imam Hanafi,
> > yakni
> > dari Abu Ubaid dan Abu Tsaur, bagi wanita tsb boleh berbuka, tapi wajib
> > meng-qadha.
> > 
> > Menurut Imam Ahmad dan Syafei:
> > Bila ibu mengambil rukhshah untuk tidak shaum karena mengkhawatirkan
> > anaknya
> > saja (dibenarkan oleh pakar medis) maka ia wajib qodho dan fidyah. Bila
> > ibu
> > menganbil rukhshah karena mengkhawatirkan diri dan bayinya sekaligus,
> maka
> > ia hanya wajib meng-qodho dan tidak wajib bayar fidyah.
> > 
> > Jadi jelas, harus dilihat kasus perkasus, karena tujuan disyariatkan nya
> > Islam adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Sehingga seorang
> > hamba
> > tidak boleh menggampangkan hanya dengan enggan, atau sebaliknya tidak
> > boleh
> > menzhalimi diri, kalau memang benar tidak mampu. Para ibu sebaiknya
> > meneliti
> > seobjektif mungkin dengan seikhlas dan sejujur mungkin unruk memutuska
> > yang
> > terbaik. Sebaiknya juga minta pertimbangan dokter. Bila kasus berat dan
> > rukhshah harus diambil , kemudian bila dia selalu dalam kondisi
> kesehatan
> > yang buruk terus (penderita anemia misalnya), kemudian setiap tahun
> selalu
> > berturut-turut hamil atau menyusui, dia bisa mengambil pendapat pertama
> > dari
> > imam Malik, yakni karena sulit baginya mengqadha maka ia wajib membayar
> > fidyah saja. 
> > *   Bila kasus tidak terlalu berat, tetapi ia perlu mengambil rukhshah,
> > maka ia wajib mengqadha di bulan lain meskipun tidak secara berurutan
> atau
> > langsung.
> > *   Dan bila semasa hamil serta menyusui ibu tetap sehatdan janin juga
> > sehat, demikian pula bayi yang disusui tidak terpengaruh, tidak perlu
> > mngambil rukhshah.
> > 
> > Wallahu a' lam bishshowab,
> > 
> > Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
> > 
> 


>>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<<
>> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]















Kirim email ke