Oleh : Drs. Psi. Baiturokhim Harian Pikiran Rakyat Minggu 21 Mei 2000 Suatu ketika seorang ibu rumah tangga merasa bingung. Masalahnya, tiga bulan terakhir ini ia melihat putranya, si Upik cemberut, pendiam, mudah marah, mudah melamun, susah tidur, bila tidur mengigau, tidak ada semangat belajar, nilai sekolahnya menurun drastis, dan kegiatan sosial semakin berkurang. Melihat kenyataan ini seorang ibu tidak mengetahui kenapa si Upik kok harus demikian, bukankah sebelumnya ia adalah anak ceria, berbakti terhadap orang tua, mudah bergaul, bergairah dan bersemangat hidupnya sehingga nilai rapornya termasuk lima besar. Pada mulanya, ibu tidak pernah berpikir apa yang terjadi pada anaknya, dan menganggapnya biasa-biasa saja. Namun setelah dirasakan dan diamati, ternyata tingkah laku anak semakin lama menampakkan semakin memprihatinkan, sehingga kerapkali membuat orang tua jengkel. Padahal ketika anak ditanya mengapa si Upik kok berperilaku demikian, maka tidak pernah sepatah katapun yang dijawab oleh si Upik kecuali dengan diam. STRESS PADA ANAK Apa yang digambarkan tersebut di atas sebenarnya merupakan tingkah laku stress pada anak. Hanya saja kebanyakan orang yang ada di sekitarnya, termasuk bapak, ibu, dan saudara pada umumnya belum akrab dengan gejala dan perilaku stress stress pada anak-anak. Bahkan mereka banyak yang beranggapan bahwa gejala dan perilaku stress hanya terjadi pada remaja, dewasa dan orang tua. Atau barangkali baru kali ini mengetahui istilah gejala dan perilaku stress pada anak-anak. Atas dasar ketidaktahuan gejala dan perilaku stress pada anak-anak, umumnya orang tua tidak memberikan obat malahan justru semakin dimarahi. Lebih parah lagi anak yang bersangkutan tidak memahami bahwa dirinya sedang mengalami gejala dan perilaku stress. Akibatnya, gejala stress tidak terobati tetapi malah justru semakin diperparah. Bila hal ini terjadi maka dapat mengakibatkan trauma psikologis yang berdampak buruk pada masa perkembangan anak yang akan datang. Misalnya, anak mengalami kegagalan sekolah, berlajar bersosial, beribadah dan sebagainya. Stress ditinjau dari segi bahasa, berarti 'tertekan'. Sedangkan para ahli psikologi membagi stress menjadi dua hal, yaitu stress fisik (physiological stress) dan stress psikis (psychological stress). Stress psikologik terjadi karena stresornya (penyebab stress) berkaitan dengan masalah-masalah kejiwaan, misalnya gagalnya sebuah permintaan mainan kepada orang tua, atau seringnya orang tua memarahi bahkan memukuli anaknya tanpa suatu alasan dan saran perbaikan. Padahal kita telah mengetahui bersama bahwa anak merupakan bentuk miniatur dari orang dewasa, sehingga aspek psikologis pun mereka dapat merasakan. Bila remaja, orang dewasa dan kaum tua acapkali menderita stress yang disebabkan adanya kegagalan dan kekecewaannya, karena mereka memiliki pemikiran, perasaan, dan penalaran moral (moral reasoning). Demikian juga dalam faktanya, ternyata alam psikologis anak-anak akan sangat menyesal bila mengalami gangguan dan hambatan. Atas dasar fakta inilah maka stress pada anak-anak juga rentan terjadi walaupun anak yang bersangkutan tidak dapat mengatakannya. Bila stress merupakan bentuk ketertekanan (to be stressed), maka kehidupan mental anak pun juga sensitif untuk mudah tertekan. Contohnya cukup sederhana, yakni bila seorang remaja, dewasa ataupun orang tua senantiasa disalah-salahkan, dimarahi, diremehkan tentu alam psikologis mereka akan tertekan. Demikian halnya kita melihat bahwa anak-anak yang ada di lingkungan senantiasa dimarahi, baik oleh orang tua ataupun lingkungannya, tentu saja anak tersebut akan emosional dan mengalami ketertekanan mental/stress. Dengan demikian, perilaku stress dapat juga melanda anak-anak. Hanya saja stressornya (penyebab stress) dan reaksi memang secara kualitatif berbeda. Tetapi sebenarnya karakterisriknya sama. Biasanya stressor pada anak-anak misalnya, tidak tahan dimarahi lingkungan dan termasuk orang tua, memiliki keinginan yang tidak terpenuhi, diperintahkan melakukan sesuatu yang sebenarnya anak yang bersangkutan tidak mampu, tidak diterima oleh kelompoknya, sering mendapat hukuman (punishment) daripada ganjaran (reward) bersambung.... 2/3 >>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<< >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]