Bapak Rudi Sutadi MD dan Bapak/Ibu semua,
tempo hari Bapak Rudy pernah e-mail artikel dari luar negeri (dalam bahasa
inggris) tentang hubungan MMR dengan Autisme, tetapi sebelum saya print,
ternyata hilang oleh virus, Bisakah Bapak atau ibu yang masih menyimpannya
memmemfowardnya lagi untuk saya?
terima kasih atas bantuannya. 

-----Original Message-----
From: Rudy Sutadi, MD [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Thursday, November 02, 2000 12:01 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [balita-anda] FW: [balita-anda] Fw: Autisme, Vaksin, dan
Mercury dalam Vaksin


Yth. Ibu Vielloshant,

Pertama-tama, perlu ditekankan bahwa keputusan untuk menunda pemberian
vaksinasi adalah seratus persen diserahkan kepada orangtua untuk menimbang
untung-ruginya.
Karena perlu disadari bahwa penundaan tersebut akan meningkatkan
risiko terkenanya penyakit yang bersangkutan.

Pertimbangan penundaan imunisasi hanya bila misalnya ada autism high-risk.
Batita yang risiko tinggi untuk autisme adalah bila kemungkinan adanya
faktor genetik, misalnya :
- Kakaknya autistik, kemungkinan adiknya akan autistik 10-20%
- Saudara (sepupunya, oom/tantenya, dan lain-lain yang sedarah) autistik,
   kemungkinan autistik adalah 2-3 sampai 9 %
- Saudara kembarnya autistik, kemungkinan 95% (2 telur), 100% (1 telur)
- Saudara autistik dengan fragile-X, kemungkinan 50%
- Salah satu orangtua autistik, kemungkinan 46%
- Hal-hal lain yang angkanya belum jelas, misalnya ada keluarga yang
   retardasi mental, kesulitan belajar, terlambat bicara, dlsb.

Untuk menjawab pertanyaan sampai kapan penundaan imunisasi pada anak
yang autism high-risk, agak sukar menjawabnya.
Namun karena autisme dapat berkembang/terjadi/didiagnosis sebelum anak
berusia 3 tahun, maka penundaan vaksinasi ini mungin paling tidak setelah
anak berusia 3 tahun dan diyakini tidak ada masalah.
Tetapi ada 1 kasus di USA yang mendapat MMR pada usia 4 tahun kemudian
terjadi regresi dan menunjukkan gejala-gejala autistik.

Hubungan autisme dengan vaksin adalah vaksin-vaksin yang mengandung
thimerosal (mercury/air-raksa) yaitu Hepatitis B dan DPT, serta MMR yang
sebenarnya tidak mengandung thimerosal tetapi toksik bagi otak dan beberapa
teori lainnya.
Yang paling aman yaitu tetap memberikan vaksinasi tetapi yang
thimerosal-free.

Terimakasih atas perhatiannya. Selamat berjuang, semoga si kakak mengalami
kemajuan dan dapat recover dari autismenya. May God with you, always.

Dr. Rudy Sutadi, SpA


----- Original Message -----
From: Vielloshant Carlusa <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: 30 Oktober 2000 15:09
Subject: [balita-anda] FW: [balita-anda] Fw: Autisme, Vaksin, dan Mercury
dalam Vaksin


>
>
> Yth Bpk. Dr. Rudi Sutadi
>
> Anak saya yang pertama (saat ini berusia 2 tahun) menunjukkan gejala
> autisme dan sejak 4 bulan yang lalu sudah mengikuti program therapi (BT
dan
> Snozele) selama 6 jam per minggu. Adiknya (umur 4 bulan) menurut
penglihatan
> kami sehat-sehat saja dan rutin ke DSA untuk imunisasi. Saat ini belum
> imunisasi MMR. setelah membaca e-mail dari Bapak, Bagaimana menurut Bapak
> apakah anak saya yang kedua tersebut jangan di imunisasi MMR atau di tunda
> saja (sampai umur berapa baru boleh MMR) dan bagaimana dengan imunisasi
yang
> lainnya (mana yg boleh, mana yang tidak) untuk menghindari Autismenya ?
> terima kasih atas informasinya.
>
> -----Original Message-----
> From: Rudy Sutadi, MD [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
> Sent: Monday, October 30, 2000 11:18 AM
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Subject: [balita-anda] Fw: Autisme, Vaksin, dan Mercury dalam Vaksin
>
>
> ----- Original Message -----
> From: Rudy Sutadi, MD <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: 30 Oktober 2000 10:20
> Subject: Autisme, Vaksin, dan Mercury dalam Vaksin
>
>
> > Hai semuanya,
> > Semoga tulisan ini dapat menjawab, meluruskan dan menengahi diskusi
> mengenai
> > thimmerosal, mercury, dan vaksin/vaksinasi (DPT, Hepatitis B, MMR).
> >
> > THIMMEROSAL
> > Vaksin bukan tercemar thimmerosal/mercury, tetapi thimmerosal memang
> sengaja
> > digunakan untuk mematikan/melemahkan bakteri/virus dalam pembuatan
vaksin,
> > serta sebagai bahan pengawet agar supaya tidak tercemar oleh
bakteri/jamur
> > (terutama pada vaksin yang multidose, yaitu vaksin yang satu vial dapat
> > digunakan untuk beberapa kali suntikan).
> >
> > MERCURY DAN MERCURY DALAM VAKSIN
> > Dosis maksimum paparan mercury adalah 0,1 ug/kgbb (EPA), 0,3 ug/kgbb
> > (ATSDR), 0,4 ug/kg (FDA). EPA=Environmental Protection Agency,
> ATSDR=Agency
> > for Toxic Substances and Disease Registry, FDA=Food and Drug
> Administration.
> > Bila berat bayi baru lahir sekitar 3,0 kg, maka paparan maksimumnya
adalah
> > 0,3-1,2 ug.
> > Sedangkan dalam vaksin per 0,5 cc-nya (per dosis, sekali suntik)
terdapat
> > ethyl-mercury sebanyak 25 ug (DPT, TT, beberapa HIB), 12,5 ug (Hepatitis
> B).
> > Sehingga per kali suntik saja anak mendapat ethyl-mercury 40-80 kali
dosis
> > maksimum !!! Bila imunisasi Hepatitis B dilakukan pada umur 1 hari (I),
1
> > bulan (II), dan 6 bulan (III), serta DPT I, II, III pada umur 3, 4, 5
> bulan,
> > maka pada umur 6 bulan bayi telah mendapat 200-400 kali dosis maksimum
!!!
> > Kiranya terlalu berani bila kita mengatakan hal ini cukup aman.
> >
> > Mercury yang terdapat di alam dalam 3 bentuk yaitu metallic element,
> > inorganic salts, dan organic compounds (misalnya methyl mercury, ethyl
> > mercury, dan phenyl mercury). Toksisitas (daya racunnya) tergantung
> > bentuknya, jalur masuknya ke badan, dosis, dan umur saat terpapar.
> > Maka pemberian vaksin yang mengandung thimmerosal (ethyl-mercury) adalah
> > sangat berbahaya, sebab
> > 1. Ethyl-mercury lebih toksik dibanding methyl-mercury yang terdapat
dalam
> > ikan yang tercemar.
> > 2. Diberikan langsung melalui injeksi (seratus persen masuk ke badan,
> > dibanding makan ikan yang relatif lebih sedikit yang diserap usus).
> > 3. Dosis yang didapat oleh bayi sungguh sangat mencengangkan (lihat
> > keterangan di atas).
> > 4. Usia bayi di mana otak sedang berkembang pesat (orang dewasa relatif
> > tidak berkembang lagi) sehingga lebih dahsyat akibatnya.
> > 5. Dan, bayi sampai usia 6 bulan fungsi eksresi/sekresi empedunya (untuk
> > membuang mercury yang terdapat dalam tubuhnya) relatif belum baik
sehingga
> > terjadi penimbunan.
> >
> > Kalau memang sedemikian bahayanya, mengapa tidak semua bayi kompak
> > beramai-ramai jadi autisme? Karena pada autisme terdapat faktor genetik
> yang
> > menyebabkan bayi tertentu rentan terhadap ethyl-mercury ini. Faktor
> > kerentanan genetik ini sering saya contohkan pada DM (diabetes mellitus,
> > kencing manis) dan alkoholisme.
> > Oleh karena faktor genetik ini, sehingga bila 1 keluarga mempunyai anak
> > autistik kejadian anak berikut autistik juga adalah 10-20%. Dan
> > saudara-saudara sepupu, keponakan, dan yang mempunyai hubungan darah
> lainnya
> > kemungkinan juga autistik mencapai 2-3 sampai 9%.
> > Oleh sebab itu, pada keluarga-keluarga yang high-risk seperti di atas,
> > sangat bijaksana UNTUK PALING TIDAK MENUNDA imunisasi yang mengandung
> > thimmerosal paling tidak sampai usia 6 bulan. Atau memberikan
> > thimmerosal-free vaccines. Saat ini satu-satunya vaksin hepatitis yang
> tidak
> > mengandung thimmerosal yang FDA-Approved hanya COMVAX (dari Merck),
> > sedangkan Engerix-B (dari SmithKline Beecham) masih dalam proses
> permohonan
> > (belum FDA-Approved). Tetapi COMVAX juga mengandung vaksin Hib, sehingga
> > pemberiannya sebaiknya dittunda, mulai usia 2 bulan.
> >
> > Pemberian vaksin hepatitis I pada umur 1 sampai beberapa hari adalah
> sangat
> > tidak beralasan. Pemberian pada umur 1 hari itu bila Ibunya jelas-jelas
> > positif HBsAg-nya (artinya mulai sakit atau sedang sakit Hepatitis B).
> > Rekomendasi dari AAP (American Academy of Pediatrics), hepatitis-B pada
> umur
> > 1 hari juga diberikan bila status HBsAg Ibu tidak diketahui (positif
atau
> > negatifnya), pertanyaannya adalah berapa persen dari Ibu-Ibu DI
INDONESIA
> > yang status HBsAg-nya tidak diketahui kemudian terbukti positif? Mungkin
> DI
> > INDONESIA sangat kecil sekali. Entah di Amerika sana, yang seksnya
bebas,
> > pre-marital intercourse tinggi, ceplak-ceplok cipok-sana cipok-sini,
> > buktinya GUDANG AIDS/HIV juga ada di Amerika sana.
> >
> >
> > HUBUNGAN MMR DAN AUTISME
> > Fakta menunjukkan bahwa late-onset autism (autisme yang mulai sekitar
usia
> > 18 bulan ke atas) meningkat tajam setelah tahun 80-an, yaitu tahun di
mana
> > vaksin/vaksinasi MMR mulai diberikan.
> > Hati-hati untuk mengutip kalimat yang mengatakan bahwa TIDAK ADA
hubungan
> > antara imunisasi MMR dengan autisme. Sebab penelitiannya sendiri bukan
> > mengatakan tidak ada hubungannya, tetapi hubungan ini INCONCLUSIVE
> > (TIDAK/BELUM dapat disimpulkan).
> > Untuk yang mengerti statistik, tentunya faham bahwa sesuatu hipotesis
> > penelitian dikatakan berbeda bermakna (significant different) adalah
bila
> > p<0,05. Artinya secara sederhana yaitu suatu hal terjadi bersamaan
> > kemungkinannya kurang dari 5%. Nah, bila dari 10.000 anak, yang tidak
> > mendapat MMR dan menjadi autistik adalah 20 orang, sedangkan yang
mendapat
> > MMR dan menjadi autistik adalah 80 orang, dari perhitungan didapat
p=0,55.
> > Maka akan disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara
anak-anak
> > yang mendapat MMR atau tidak mendapat MMR dengan terjadinya autisme.
> > Statistik tinggal statistik, tapi jelas sekali bahwa yang mendapat MMR
> > kemudian jadi autisme 80 orang dibanding 20 yang tidak mendapat MMR. Di
> > samping itu, kemungkinan 5,5% dengan <5% kan perbandingannya sangat
> tipis?!
> > Satu atau 2 orang saja dalam statistik mungkin tidak ada artinya, tetapi
> > adalah SUNGGUH SANGAT BERARTI adanya 1 penyandang autisme saja dalam
suatu
> > keluarga. Mungkin memang bagi dokter-dokter yang tidak mempunyai anak
> > autistik, yang tidak mempunyai empathy, tidak begitu mempermasalahkan
beda
> > angka 1 atau 2 orang saja dalam statistik. Kalau orang Inggris bilang
"If
> > you were in my shoes....." Makanya ada seorang Ibu di pengadilan Jakarta
> > pernah menyambit seorang hakim dengan sepatunya, mungkin seakan-akan
> > mengatakan "If you were in my shoes, Judge. Nih eloe rasain sepatu
> gue....."
> > Jadi hati-hatilah para pakar/dokter untuk tidak dengan gagah perkasa
> > mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara MMR dengan autisme,
salah-salah
> > banyak sepatu melayang, supaya sang pakar/dokter bisa merasakan
sepatunya
> > orangtua penyandang autisme. Just joking, itu kan kiasan saja. Tetapi
> mohon
> > para dokter untuk tidak gegabah dengan mudah sekali mengemukakan hal
> > tersebut. Jangan lagi terjadi seperti dulu-dulu, tidak tahu/ngerti
> autisme,
> > jelas-jelas autistik tapi diberi komentar yang tidak bertanggung jawab
> > seperti "ah engga apa-apa"/ "anak laki memang lebih lambat ngomongnya" /
> > "dia kan lebih cepet jalan jadi ngomongnya lebih lambat" / "cuma
terlambat
> > ngomong aja" / dll. Sehingga tidak segera mendapat penanganan yang
tepat.
> > Tentunya paling tidak minus Dr. Hardiono, karena beliau yang pertama
kali
> > mencurigai autisme pada anak saya kemudian dirujuk ke Dr. Melly.
> >
> > Selain itu, bukti dari penelitian juga ada, yaitu bahwa MMR itu toksik
> > terhadap otak, penelitian lain menunjukkan hubungan vaksin measles
> (campak)
> > dengan G-Alpha Protein Defects, dll.
> >
> > Lalu kenapa pemerintah berbohong? Mungkin itu white-lying, untuk
menutupi
> > kepentingan yang lebih besar lagi memang sering pemerintah (beserta
> ahlinya,
> > apakah itu dokter, ahli ekonomi, kepolisian, dll. Ya di Indonesia, ya di
> > Amerika) menutup-nutupi kebenaran. Ingat kontroversi antara hubungan KB
> > dengan kanker waktu dulu?
> > Hal ini juga terjadi, yaitu selama belum tersedianya thimmerosal-free
> > vaccines dengan harga terjangkau serta stock cukup. Serta bahayanya
> epidemi
> > (wabah) bila masyarakat menolak vaksinasi (termasuk MMR), seperti yang
> > terjadi pada wabah campak di Amerika (tahun 1989-1991), pertusis di
> Jepang,
> > Swedia dan Inggris (akhir tahun 70-an), serta difteri di Uni Soviet.
> > Namun bila yang menolak atau paling tidak menunda vaksinasi hanyalah
yang
> > autism high-risk, tentunya tidak apa-apa, karena dikenal kekebalan yang
> > disebut herd-immunity.
> >
> > Last but not least, hati-hati dalam membaca hasil penelitian ilmiah,
> karena
> > kadang statistik bisa diplintir, bisa diutak-atik supaya sesuai dengan
> > pesanan. Silahkan baca buku HOW TO LIE WITH STATISTIC.
> >
> > Dr. Rudy Sutadi, SpA
> >
> >
> >
>
>
>
> >>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<<
> >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com
> >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
> Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> >>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<<
> >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com
> >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
> Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>


>>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<<
>> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]















Kirim email ke