> ---------- > From: Muhammad Djamzury > Sent: Wednesday, February 21, 2001 5:17 PM > To: Riocahyo; Yayuk Sriwahyuningsih; Megah Amalliyah; Novida Amalia K; > Yenni Afrianti; Evi Firayanti; Magmasattwati; Ina Roswati > Subject: FW: SUNARSIH OH SUNARSIH........KORBAN KEBIADABAN SANG TUAN > Importance: High > > > > Selasa, 20 Februari 2001 > 'Rabu Kelabu' bagi Sunarsih > > Gadis itu bernama Sunarsih, usianya baru 14 tahun dan hanya lulusan > sekolah dasar (SD). Gagal melanjutkan ke SLTP karena biaya, ia lantas > memutuskan mencari pekerjaan. Delapan bulan lalu, Juni 2000, ia > meninggalkan kampung halamannya, Desa Genuaan, Kecamatan Grati, Kabupatan > Sidoarjo, Jatim, menuju Surabaya. > > Lewat Ny Mien, seorang calo PRT, Sunarsih diterima bekerja sebagai > pembantu di rumah Agus Lolo (36), di kawasan Margorejo Indah, sebuah > kawasan perumahan elite di jantung kota Surabaya. Hatinya langsung > berbunga-bunga begitu memasuki rumah megah berlantai tiga milik sang > majikan. Mimpi hidup enak dan bergaji besar terbayang di pelupuk matanya. > > Namun, mimpi indah tersebut rupanya jauh dari kenyataan. Yang didapatnya > malah penderitaan. Sebab, Ny Ita -- istri Agus Lolo -- ternyata wanita > pemberang. Dan, Sunarsih-lah yang menjadi sasaran keberangannya. Tidak > hanya dibentak, tapi juga sering dipukuli dan dianiaya. Bahkan, ia sering > tidak diberi makan hanya karena kesalahan kecil. > > Gaji Rp 150 ribu per bulan yang dijanjikan pun tak kunjung diberikan, > kendati sudah delapan bulan ia bekerja. "Bila Sunarsih mencoba menanyakan > gajinya dan mengutarakan keinginannya untuk pulang, malah dipukul dan > ditampar mukanya oleh Ny Ita. Ini dialaminya ketika ia hendak minta izin > pulang kampung Hari Raya Idul Fitri yang lalu," kata Wartin (15), PRT di > rumah yang sama. > > Penderitaan panjang itu pun berujung tragedi. Rabu (13/2) lalu, sekitar > pukul 09.00 WIB, Sunarsih disiksa majikannya hingga tewas hanya gara-gara > buah rambutan. Ketika itu, Ny Ita merasa kehilangan enam buah rambutan > yang ditaruh di almari esnya. Ia langsung menuduh Sunarsih mengambilnya. > Padahal, di rumah mewah itu ada tiga PRT lain, yakni Wartin (15), Mariatin > (16), dan Partun (14), serta seorang baby sister, Ponimah (22). > > Maka, datanglah 'Rabu kelabu' bagi gadis lugu itu. Sang majikan > benar-benar murka, karena Sunarsih menolak tuduhan itu. Ia dihajar > habis-habisan oleh Ny Ita. Gadis kurus karena kurang makan itu dipukuli > dengan pipa air hingga seluruh tubuhnya memar dan penuh luka. "Sunarsih > merintih kesakitan. Ia mengiba dan minta ampun, tapi malah digerujuk air > cucian hingga basah kuyup," cerita Wartin. > > Aksi penyiksaan tidak cukup sampai di situ. Ia juga dipaksa oleh sang > majikan untuk memakan kotorannya sendiri. Kemudian, kedua kaki dan > tangannya diikat kuat dengan tali plastik. Setelah itu, Ny Ita dengan > meminta bantuan PRT yang lain, mengangkat tubuh Sunarsih ke sebuah kamar > di lantai II. Pintu kamar lantas dikunci rapat-rapat dari luar, tanpa > diberi makan dan minum. > > PRT lain yang melihat kejadian itu mengaku tidak berani menolong. "Saya > memang tak berani menolong Sunarsih. Kalau menolong, saya juga bisa kena > sasaran, karena Ny Ita orangnya ringan tangan. Salah sedikit dalam bekerja > saja kami ditampar," kata Partun saat diperiksa petugas Polresta Surabaya > Selatan. > > Setelah dikurung seharian, sekitar pukul 16.00 WIB, Ny Ita membuka kamar > tempat mengurung Sunarsih. Ia kaget mendapati pembantunya itu tergolek di > atas lantai. Ny Ita menendang kaki Sunarsih beberapa kali, tapi tidak > bergerak. Hati Ny Ita jadi kecut juga. Ia memanggil para pembantu lainnya > untuk melihat Sunarsih. "Sunarsih mati," kata para PRT itu kepada Ny Ita. > Mendapat laporan itu Ny Ita tampak ketakutan dan melihatnya sendiri. > Benar. Sunarsih tewas. > > Ny Ita pun berusaha menyusun alibi. Dia meminta kepada ketiga PRT-nya > untuk tidak melaporkan kejadian sesunguhnya kepada polisi. Ny Ita > mengancam akan memecat dan tidak memberi gaji bila ada PRT-nya yang berani > melapor. Bila ada petugas datang, semua PRT di rumahnya disuruh mengatakan > Sunarsih tewas karena jatuh dari lantai II. > > Di bawah tekanan sang majikan, ketiga PRT hanya mengaku mengangguk setuju. > Kemudian, Ny Ita dan suaminya membawa jenazah korban ke RSUD dr Soetomo > Surabaya. Pasutri keturunan Tionghoa ini juga melaporkan kejadian tersebut > kepada petugas Polsekta Wonocolo, Surabaya. Dalam laporannya, pasutri ini > menyebutkan bahwa PRT-nya bernama Sunarsih meninggal karena terjatuh dari > lantai II rumahnya. > > Tapi, polisi tidak begitu saja percaya pada laporan pasangan Ny Ita. Dan, > berdasar penyelidikan di TKP, polisi menemukan banyak kejanggalan. Hasil > visum et repertum dari rumah sakit pun menyebutkan bahwa korban meninggal > bukan akibat terjatuh. Tetapi, luka di sekujur tubuh korban itu akibat > penganiayaan. Di celana korban ditemukan kotoran. Bahkan, dalam > tenggorokan korban juga terdapat kotoran. "Kematian Sunarsih bukan akibat > terjatuh. Tetapi didahului penganiayaan yang berat," kata petugas di RSUD > dr Soetomo. > > Mendapat hasil visum itu, petugas Polsekta Wonocolo malam itu juga > langsung menangkap dan memeriksa pasutri Ny Ita dan Lolo. Kepada petugas, > Ny Ita pada awal pemeriksaan tetap bersikukuh bahwa kematian pembantunya > itu akibat terjatuh dari lantai II. Namun, akhirnya Ny Ita mengakui telah > melakukan penganiayaan hingga pembantunya meninggal. > Dalam kasus ini petugas menganggap Ny Ita sebagai pelaku utama. Tersangka > telah melanggar Pasal 351 (penganiayaan), Pasal 170 (pengeroyokan), dan > Pasal 304 (membiarkan orang sengsara) KUHP. Dengan Pasal 170 KUHP ini, Ny > Ita diancam hukuman penjara 12 tahun. > > Rupanya, Ny Ita tidak mau masuk ke sel tahanan Mapolsekta Wonocolo > sendirian. Ia menyeret ketiga PRT-nya, Wartin, Mariatin, dan Partun. > Menurutnya, ketiga pembantunya itu juga ikut membantu dirinya melakukan > penganiayaan terhadap Sunarsih. Ketiganya kini pun harus pula meringkuk > dalam tahanan Mapolsekta Wonocolo. > > Tragedi Sunarsih ini nyaris mengundang amuk massa. Puluhan warga sekitar > dan para abang becak, begitu mendengar kasus penganiayaan itu, berusaha > menyatroni rumah mewah Ny Ita di kawasan Margorejo Indah. Mereka berusaha > melempari rumah dan mengancam akan membakarnya. Namun, amuk massa itu > urung terjadi. Polisi cepat-cepat menempatkan tiga regu Dalmas Polresta > Surabaya Selatan. "Kalau tidak cepat mengantisipasinya, bisa terjadi amuk > massa," kata Kapolresta Surabaya Selatan, AKBP Drs Wahyu Indra Pramugari. > > Namun, itu bukan berarti Ny Ita dan Lolo sudah 'aman' menempati rumahnya > lagi. Sebab, warga Margorejo keberatan memiliki tetangga Ny Ita. Semua > warga Margorejo -- ditandatangani Ketua RT dan RW -- membuat surat > pernyataan agar Ny Ita pindah dari Margorejo. "Kami tidak ingin memiliki > tetangga orang biadab," kata mereka. > > Tragedi Sunarsih juga mengundang simpati Pusat Studi Hak Asasi Manusia > (PUSHAM) Universitas Surabaya (Ubaya) dan Ikatan Advokad Indonesia > (Ikadin) Surabaya. Kedua lembaga ini, Sabtu (17/2) lalu, menggelar diskusi > dan upaya pembelaan bagi Sunarsih. "Keberadaan PRT sangat dibutuhkan > masyarakat. Tetapi, hingga saat ini belum ada undang-undang perlindungan > bagi PRT," kata Ketua PUSHAM Ubaya, Dra Endah Triwijati MA. > > Sementara itu, orang tua korban, Suri (37) dan Samiah (32), hanya bisa > pasrah melihat kenyataan pahit yang menimpa anak gadisnya itu. > "Mudah-mudahan majikan anak saya itu mendapat hukuman yang setimpal," kata > Suri. Menurut Ny Suri, Sunarsih bekerja di Surabaya semata-mata ingin > meringankan beban orang tuanya. Namun, yang didapat hanya kesengsaraan dan > kabar duka bagi orang tuanya. sunarwoto > > > >> kirim cake & bunga ke 20 kota di Indonesia? klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]