Buat Ibu Maimun,
Innalillahi wa inailaihi roji'un.
Saya turut berbela sungkawa...... dan meneteskan air mata membaca
email Ibu Maimun.
Sama dengan Ibu, saya sangat yakin akan takdir Allah. Tetapi, menurut
saya, jangan dibiarkan kasus seperti ini berhenti disini hanya karena kita
percaya takdir. Kita harus menuntut tanggung jawab dokter/RS ybs, supaya
kasus seperti ini tidak terjadi lagi di masa yad, karena Ibu tahu bahwa
kejadian ini adalah kelalaian dari pihak RS.
Kalau saya bisa 'memaksa' Ibu, maka saya akan meminta Ibu utk
menuntut hal ini ke pengadilan. Di negara2 maju seperti Jepang, dengan
kejadian seperti ini polisi akan langsung menangkap dokter tsb, walaupun
tanpa pengaduan dari orangtua. karena hal ini sudah diatur oleh UU.
Sekian komentar dari saya, semoga Ibu dan keluarga tetap tabah.
Taufan Surana
-------Original Message-------
Date: 2001”N03ŒŽ22“ú
14:45:37
Subject: [balita-anda]
Anakku meninggal di RS. MMC
Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi
pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya
yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah
dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis
kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun
masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2
minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali
batuk & pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat
sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali,
dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok & lusa. 9
Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis & tidak mau disusuin,
melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam
didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat
fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan
dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr
& suster yg jaga & lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana
menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita
teriak panggil suster & DRnya. Baru kemudian susternya muncul,
tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul.
Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa &
mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja.
Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh
boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan
pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter
bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang
begitu tindakan seorang dokter jaga UGD????). Si dr tanya mau pake DSA
siapa? karena saya & suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr.
Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya
diperiksa sama suster & dr piket. Saya malah minta tlg dr unt
dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak.
Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen & dilakukan terapi uap,
kondisinya mulai agak baikan & adek bisa tidur walaupun nafasnya
masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa.
Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi
pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh & difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya
tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg
mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs
saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya
penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg
slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab
itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak
sedikitpun menangis malah dia tidur & sesekali menjilat lidahnya
(kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan
sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau
oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr
jaga & bertanya kenapa tangan & kakinya dingin sementara
kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga
bertanya kapan mau difoto & dites darah, setelah ditanya baru ada
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto
& ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri
akhirnya tidak dapat & petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg
bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya
seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia,
suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru
dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga
complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa
istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo
yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat & dia juga lgs
ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk
suster!!!) dia juga pegang tangan & kaki adek dan dia sendiri
kaget melihat kondisi adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt
melihat perubahan kondisi pasien??) saya bilang kalo si adek matanya
ngantuk & tdk bisa tidur, dia lihat trus dia bilang kalo' matanya
adek itu bukan mata mau tidur...(massya Allah..saya sdh lgs lemas) dia
lgs panggil dr jaga & suster. Dia juga instruksiin unt hub DSAnya
& ambil darah dgn segera!! Para netter sekalian saya sdh tidak
bisa berdiri lagi melihat saat adek diambil darah dia tdk memberikan
reaksi apa-apa (jarumnya gede & darah yg diambil banyak). Dr jaga
& manager duty panggil suami saya & memutuskan unt segera
membawa adek ke UGD (Bayangin kalo tidak ada manager duty yg tidak
sengaja kontrol). Saya tidak tau lagi apa yg terjadi di sana saya
hanya bisa menangis & berdoa sampai akhirnya adek yang montok (7,3
kg) yg sdh ngerti diajak ngomong, yg murah senyum dipanggil sama
penciptanya Allah SWT jam 4.15 sore. Saya tdk tau lagi berapa kali
saya tidak sadarkan diri.... bener-bener saya tidak menyangka sama
sekali...ternyata Allah SWT lebih menyayangi dia. Sampai adek
meninggal DSAnya tidak pernah muncul ataupun mengucapkan belasungkawa.
Dia hanya periksa satu kali pada jam 7.00 pagi itu saja, padahal saat
dia periksa dia tau kondisi si adek, bukankah seharusnya dia selalu
memantau perubahan pasien baik secara lgs maupun tdk lgs. Saya hanya
pasrah karena ini takdir illahi, saya tidak akan meyalahkan
siapa-siapa ini memang jalannya adek menuju sorga. Saya hanya
mencurahkan apa yg ada di hati saya semoga para netter bisa mengambil
pelajaran dari cerita saya ini. Saya sekali lagi hanya bisa
mengucapkan innalillahi wainnalillahi
rojiun. _________________________________________________________________________ Get
Your Private, Free E-mail from MSN Hotmail at
http://www.hotmail.com.
>> kirim bunga, pesan cake &
balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com >> Info balita,
http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke:
[EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke:
[EMAIL PROTECTED]
|