Ibu2, bapak2,
Segala pengalaman buruk tentang Jasa Dokter atau rumah sakit, nggak ada
salahnya namanya disebutin aja, baik nama dokter, perawat dll, nggak usah
takut...
Karena sebagai konsumen jasa kesehatan kita juga berhak tahu ! siapa-siapa
mereka ini yang benar-benar takabur dan hidup diatas kesakitan dan
penderitaan orang lain..,
Mungkin ibu Hanni Armansyah dan ibu Maimun Utami  tidak bisa menghakimi
mereka, biar publik yang menghakiminya !!!!

Wawan


----- Original Message -----
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, March 23, 2001 3:41 PM
Subject: [IDAI-OT] Pengalaman Buruk di MMC (Re: Fw: Anakku meninggal di RS.
MMC)


>
> Do'a tulus saya, semoga Ibu Maimun Utami sekeluarga mendapatkan
> kekuatan lahir dan batin untuk menjalani masa-masa sulit ini. Kiranya
> kecintaan Allah yang begitu besar pada Adek telah menghadiahkan
> sejenak kehidupan duniawi yang indah untuk dibagi bersama kedua
> orangtua dan kakaknya. Innalillahi wainnailaihi roji'uun...
>
> Terimakasih dan penghargaan saya yang tak terhingga kepada Ibu Maimun
> Utami (dan Ibu Ningsih) yang telah membagi pengalaman pahit ini
> kepada kami di milis. Seperti layaknya melihat bekas luka yang dalam,
> saya tahu persis bagaimana perasaan Ibu Maimun sekeluarga, karena
> pada tahun 1995 saya mengalami hal serupa, juga di RS. MMC Jakarta.
>
> Sama persis seperti Ibu Maimun, saya dan keluarga pada saat itu
> dihadapkan pada kenyataan bahwa seolah-olah nyawa tidak ada harganya.
> Seorang Profesor Dokter dokter yang disebut-sebut sebagai Hematolog-
> Onkolog ternama di Indonesia yang saat itu merawat Ayah saya tidak
> berlaku sebagai manusia...tapi layaknya Dewa. Penanganan amat sangat
> lambat dan tidak responsif. Saat kami dengan naifnya bertanya kepada
> dr. tsb apakah sebaiknya kami mencari second opinion dan ke mana
> sebaiknya kami pergi dijawab dengan angkuhnya, "Wah maaf ya, saya
> bukan travel agent!".
>
> Lain kesempatan lagi, kami melaporkan jenis pengobatan yang diberikan
> kepada pasien pada salah seorang dr. kerabat kami di kota lain dan
> mendapat jawaban (tertulis) bahwa jenis pengobatan semacam itu harus
> diberikan secara sangat berhati-hati, setelah melalui serangkaian tes
> karena akibatnya bisa fatal jika pada saat diberikan ternyata ada
> infeksi di tubuh pasien. Kami lalu membawa masukan dari kerabat ini
> pada dr. tsb dan tanpa melihat kertasnya beliau berkata, "Kalau anda
> tidak percaya pada penanganan saya ya silakan saja cari dokter lain."
> Ketika akhirnya 2 hari setelah pengobatan tersebut usus buntu pasien
> meradang, (tentunya) dr. tsb tidak mengatakan bahwa ada akibat dari
> jenis pengobatan yang diberikan, tetapi justru berkata "tidak apa-apa
> kita akan operasi saja usus buntunya, ini operasi kecil kok".
>
> Alhamdulillah wa syukurilah... selepas operasi, setelah beberapa hari
> kesakitan yang luar biasa, Allah swt menjemput Ayah kami tercinta dan
> menyelesaikan penderitaannya. Sekali lagi, persis seperti yang
> dialami oleh Ibu Maimun Utami, si Profesor-Doktor-dokter tersebut
> tidak sekalipun menghampiri kami untuk menyampaikan rasa duka cita.
> Beliau lewat di depan kami yang sedang terduduk lemas di ruang tunggu
> ICU, tapi melirikpun tidak!
>
> Setelah saya membaca tulisan Ibu Maimun Utami dan juga pengalaman Ibu
> Asrijani Asrin, kejadian yang keluarga saya alami di RS. MMC hampir 6
> tahun silam itu jadi seperti film yang diputar berulang-ulang di
> kepala saya. Sungguh saya ingin mendengar apa dan bagaimana tanggapan
> yang akan diberikan oleh RS. MMC atas kasus almarhumah Adek.
>
> Memang benar apa kata Ibu Ningsih, sungguh akan berbeda kejadiannya
> jika saja dokter, perawat dan petugas RS bisa menempatkan diri
> sebagai kami, si pasien atau keluarga si pasien. Sayang belum banyak
> yang bisa berlaku begitu. Karena saya yakin, kalau mereka pernah
> berada di posisi diremehkan seperti itu, kalau ada anggota keluarga
> (dekat) mereka yang mengalami apa yang kami alami, apalagi yang
> sampai kehilangan nyawa orang terdekatnya, pasti mereka mengerti apa
> artinya sikap komunikatif, responsif dan sensitif terhadap kebutuhan
> pasien dan keluarganya. Kadang saya bertanya, bagaimana dokter-dokter
> seperti mereka itu bisa nyenyak tidurnya setelah memperlakukan pasien
> dan keluarganya secara tidak manusiawi begitu.
>
> Sungguh beruntung dokter yang menangani almarhumah Adek, seperti
> beruntungnya Prof. Dr. dr. yang menangani almarhum Ayah saya dulu,
> bahwa sebagai orang yang beriman kita menempatkan keikhlasan hati
> dalam menjalani takdir Ilahi di atas segala perasaan lainnya. Jika
> saja mereka jadi dokter di AS, misalnya.. kemungkinan besar sudah
> dituntut ke pengadilan untuk alasan malpraktek.
>
> Salam,
> Hanni Armansyah
> ~ibunya Najla
>
> CC: Ibu Maimun Utami ([EMAIL PROTECTED])
>
>
> ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor ---------------------~-~>
> Get great low international calling rates
> from Net2Phone! Click Here!
> http://us.click.yahoo.com/fBRVBB/kJXCAA/4ihDAA/IrJVlB/TM
> ---------------------------------------------------------------------_->
>
> Mohon tidak mengirim posting untuk kepentingan komersial ataupun
kepentingan organisasi lain selain IDAI.
>
> Kirim tanggapan / pertanyaan ke : [EMAIL PROTECTED]
> Daftar ke :  [EMAIL PROTECTED]
> Untuk berhenti kirim email ke :  [EMAIL PROTECTED]
> URL milis ini : http://groups.yahoo.com/group/idai-ot
>
>
> Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/
>
>
>


>> kirim bunga, pesan cake & balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]




















Kirim email ke