Kenapa ya untuk sebuah nyawa dan mungkin juga beberapa nyawa lagi yang belum ter expose cuma bisa dibilang "Harap Maklum". Apa yang di maksud "Harap Maklum" itu. Apakah cuma kata seperti itu yang keluar dari pihak RS, kenapa nggak ada tindak lajutnya. (Mengoreksi lagi, atau mengklarifikasi lagi apa yang terjadi). Saya kira pihak Managemen RSnya sendiri sudah probem. -----Original Message----- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Wednesday, March 28, 2001 1:59 PM To: [EMAIL PROTECTED] Cc: "Deasy_Subarna/APD/SunLife"@SunLifeOfCanada.com; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Re: Klarifikasi Anakku meninggal di RS. MMC Rekan Netters , Rekan saya meminta klarifikasi dari RS MMC dan RS MMC yang kelihatannya OKE itu hanya cukup bilang "harap maklum" untuk sebuah nyawa ??? - l i t a - ----- Forwarded by Lita Agustin/CON/PTTU on 03/28/01 10:44 AM ----- Lina Rosita To: Lita 03/28/01 Agustin/CON/PTTU@PTTU 10:10 AM cc: Subject: Re: Klarifikasi Anakku meninggal di RS. MMC Lina Rosita To: [EMAIL PROTECTED] 03/28/01 cc: 08:23 AM Subject: Re: Klarifikasi Anakku meninggal di RS. MMC Yth. RSMMC, Sebagai warga masyarakat, apalagi sebagai seorang ibu saya sangat "trenyuh" dan prihatin sekali mendengar kisah Ibu dari seorang bocah bernama : Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek). Jika memang kejadiannya tidak tepat sedemikian, berarti cerita ini adalah bohong belaka, namun apakah jawaban dari rsmmc seperti dibawah ini sudah berdasar atas sumpah jabatan dan hati nurani ???????? Hanya anda para dokter RSMMC-lah yang tahu jawabannya. Seorang ibu yang prihatin, Lina Rosita ----- Forwarded by Lina Rosita/CON/PTTU on 03/28/01 08:18 AM ----- rsmmc <rsmmc@centri To: [EMAIL PROTECTED] n.net.id> cc: Subject: Re: Klarifikasi 03/22/01 Anakku meninggal di RS. MMC 03:53 PM Yth Ibu Lita Agustin Terima kasih atas informasi yang diberikan kepada kami. Mengenai cerita "Anakku meninggal di RS MMC", kejadiannya tidak tepat sedemikian. RS MMC hanya berkewajiban memberitahukan hasil audit medis kepada yang bersangkutan karena menyangkut rahasia jabatan. Harap maklum. Demikian, Atas perhatian dan kerjasamanya yang baik kami ucapkan terima kasih. Hormat kami, Dr. Arjaty Humas [EMAIL PROTECTED] wrote: Yth. RSMMC Saya hanya ingin tahu saja, apakah cerita ini benar ???????? Kalau ya, bagaimana ini bisa terjadi di sebuah RS yang bertaraf sangat OKE ....... ( soalnya saya minded sekali dengan RS ini ) ----- Forwarded by Lina Rosita/CON/PTTU on 03/22/01 01:43 PM ----- Lita Agustin To: "Deasy_Subarna/APD/SunLife" 03/22/01 @SunLifeOfCanada.com, [EMAIL PROTECTED], 01:29 PM [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], Bondan Setyarini/FOR/PTTU@PTTU, Wenna Prasetyo/FOR/PTTU@PTTU, Rizkinar Roza/CON/PTTU@PTTU, Lina Rosita/CON/PTTU@PTTU, [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] cc: Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC For reference, RS yang kayaknya oke ternyata..... - l i t a - ----- Forwarded by Lita Agustin/CON/PTTU on 03/22/01 01:32 PM ----- "maimun utami" To: [EMAIL PROTECTED] <immud@hotmai cc: l.com> Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC 03/22/01 12:47 PM Please respond to balita-anda Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk & pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok & lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis & tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr & suster yg jaga & lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster & DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa & mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD????). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya & suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster & dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen & dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan & adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh & difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur & sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga & bertanya kenapa tangan & kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto & dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto & ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat & petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat & dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan & kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi pasien??) saya bilang kalo si adek matanya ngantuk & tdk bisa tidur, dia lihat trus dia bilang kalo' matanya adek itu bukan mata mau tidur...(massya Allah..saya sdh lgs lemas) dia lgs panggil dr jaga & suster. Dia juga instruksiin unt hub DSAnya & ambil darah dgn segera!! Para netter sekalian saya sdh tidak bisa berdiri lagi melihat saat adek diambil darah dia tdk memberikan reaksi apa-apa (jarumnya gede & darah yg diambil banyak). Dr jaga & manager duty panggil suami saya & memutuskan unt segera membawa adek ke UGD (Bayangin kalo tidak ada manager duty yg tidak sengaja kontrol). Saya tidak tau lagi apa yg terjadi di sana saya hanya bisa menangis & berdoa sampai akhirnya adek yang montok (7,3 kg) yg sdh ngerti diajak ngomong, yg murah senyum dipanggil sama penciptanya Allah SWT jam 4.15 sore. Saya tdk tau lagi berapa kali saya tidak sadarkan diri.... bener-bener saya tidak menyangka sama sekali...ternyata Allah SWT lebih menyayangi dia. Sampai adek meninggal DSAnya tidak pernah muncul ataupun mengucapkan belasungkawa. Dia hanya periksa satu kali pada jam 7.00 pagi itu saja, padahal saat dia periksa dia tau kondisi si adek, bukankah seharusnya dia selalu memantau perubahan pasien baik secara lgs maupun tdk lgs. Saya hanya pasrah karena ini takdir illahi, saya tidak akan meyalahkan siapa-siapa ini memang jalannya adek menuju sorga. Saya hanya mencurahkan apa yg ada di hati saya semoga para netter bisa mengambil pelajaran dari cerita saya ini. Saya sekali lagi hanya bisa mengucapkan innalillahi wainnalillahi rojiun. _________________________________________________________________________ Get Your Private, Free E-mail from MSN Hotmail at http://www.hotmail.com. kirim bunga, pesan cake & balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] >> kirim bunga, pesan cake & balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] >> kirim bunga, pesan cake & balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]