sumber :dari klinik nya www. pdat.com Jinak-jinak Merpati sambungan... Elizabeth Johnson, pakar di Mycology Reference Laboratory, Public Health Laboratory Service, mengatakan, siapa pun dapat tertular jamur jika mereka tinggal dan tumbuh di lingkungan dekat dengan sumber kotoran burung dara. Masalahnya, meskipun secara sadar orang mengetahui tinggal di sana dapat menyebabkan mereka terkena infeksi seperti infeksi paru-paru ringan, orang kelihatannya tak begitu peduli karena infeksi itu biasanya dapat sembuh dengan sendirinya tanpa perlu perawatan. Selama ini ada anggapan sebagian besar orang bahwa infeksi oleh jamur ini hanya persoalan kemampuan sistem kekebalan individual untuk dapat berkompromi. Walaupun begitu, Johnson tetap menyarankan agar tidak menganggap remeh infeksi jamur ini. Pada orang dewasa, jamur Cryptococcus neoformans yang terhirup dan masuk ke paru-paru dapat mengakibatkan infeksi yang tak terlacak atau dapat menjadi radang paru-paru. Jika orang dewasa itu memiliki penyakit yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh seperti AIDS, risiko menderita infeksi pada sistem syaraf pusat semakin tinggi. Hasil penelitian menunjukkan, 6 hingga 8 persen orang dewasa pengidap AIDS mengidap pula penyakit infeksi sistem syaraf pusat. Jika tidak mendapatkan perawatan yang baik, pada akhirnya infeksi pada saluran cairan otak ini menyebabkan tersumbatnya aliran cairan otak. Inilah yang disebut sebagai meningo-encephalitis, suatu kasus yang sebenarnya sama dengan hydrocephalus pada anak-anak. Bagaimana dengan burung dara di Indonesia? Meskipun belum ada penelitian khusus mengenai kasus infeksi jamur Cryptococcus neoformans pada orang dewasa di Indonesia, kasusnya diperkirakan banyak terjadi. Apalagi, di Jakarta banyak dijumpai masyarakat yang memelihara burung dara yang menjadi pembawa jamur ini. Kotorang burung dara itu pun dapat terhirup. Bukan hanya merpati yang membawa jamur itu, tapi juga jenis burung lainnya. Penelitian yang dilakukan Albert Einstein College of Medicine di Bronx atas beberapa jenis burung menemukan, jamur Cryptococcus neoformans justru ditemukan paling banyak pada burung kenari (26 persen), pada merpati (18,4 persen), dan pada kakatua Australia (1,7 persen). (yos/dody hidayat) >> Mau kenduri di kantor? Perlu nasi tumpeng? klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]