Saya ingat pengalaman  waktu kecil, ibu kami (saya tujuh besaudara)  bekerja
dan sesibuk apapun ibu selalu on time dalam 'jam anak'. Istilah 'jam anak'
adalah istilah yg beliau pake untuk berhenti dari jam kantor, beliau tidak
menerima lemburan kerjaan kantor kecuali benar-benar diperlukan. Menurut
beliau tidak usah terburu nafsu mencari uang/uang lembur krn beliau tidak
wajib mencari nafkah..yang wajib oleh beliau adalah mendidik anak.

Bapak juga mempunyai 'jam anak' tentu dg porsi yg berbeda krn Bapak lebih
sibuk. Jadi bisa dipastikan orang tua kami selalu mendampingi main sore,
keliling perumahan, acara hari Sabtu di sekolah dll. kami merasakan dan
selalu menanti datangnya 'jam anak', hari Sabtu, Minggu dan tanggal merah
krn asyik sekali bercanda dg beliau...begitu ibu/ayah  ada dirumah beliau
memusatkan perhatiannya untuk kami, bahkan sambil goreng tempe pun ibu
sempat menanyakan kegiatan kami disekolah atau saat dg pengasuh. Kebiasaan
itu membekas sampai saat ini, seberat apapun masalah yg saya hadapi saya
berbagi cerita dg orang tua (tentu kalo skrg dg ijin suami dong..)

Saat ini saya memberlakukan juga 'jam anak' untuk anak kami (usia 2 th)
tentu dg bekerjasama dg suami....contoh kecil: sejak lahir kami berbagi
tugas memandikan anak..pagi jatah saya dan sore/malam jatah suami..krn
terbiasa mandi sebelum jadwal kami ngantor..jadi anak kami udah bisa
mengikutinya. Kalo saya ada tugas yg menuntut pulang telat, sebisa mungkin
suami saya hadir di 'jam anak' menggantikan saya. Kebetulan pembantu kami
tinggal di kampung seberang perumahan kami..jadi Sabtu dia setengah hari
kerja, minggu dan tgl merah off....capek memang, tapi bukankah itu sudah
resiko jika punya anak dan anak itu dititipkan Allah ke orang tua bukan ke
pembantu...skrg tiap hari Sabtu pagi, anak saya selalu membuang seragam
kantor saya ke ruang cuci...he he he dia udah merasakan 'jam anak'
rupanya....

Yang kami tahu pengaruh mental pada anak bila kedua orang tuanya bekerja
adalah anak jadi tumbuh mandiri. Namun bila jatah untuk berinteraksi dg anak
terlalu sedikit, anak akan tumbuh 'terlalu' mandiri artinya dia tidak
merasakan didikan mandiri dg sentuhan orang tua. Karena dari kecil/balita
figur orang tua jarang dia lihat (baca: dapatkan), maka kelak bila dia udah
ABG atau dewasa bila mengalami masalah dia tidak akan lari ke orang tuanya
untuk berdiskusi atau sekedar bercerita,  dia akan lebih enak lari ke teman,
atau bahkan sosok yg mungkin bisa menggantikan figur orang tuanya walaupun
orang tuanya masih komplit...syukur kalo dia lari ke sosok yg lurus..tapi
kalo ke sosok yg menjerumuskan ke jalan negatif ?? bisa dibayangkan ....
Memang Kualitas lebih penting daripada Kuantitas...tapi kualitas bisa
tercapai dg maksimal bila ada interaksi yang terus-menerus dan
berkelanjutan.

Sekedar berbagi cerita...ide..pengalaman...
 

> ----------
> From:         Taufan Surana[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
> Reply To:     [EMAIL PROTECTED]
> Sent:         Thursday, May 17, 2001 6:17 PM
> To:   [EMAIL PROTECTED]
> Subject:      [balita-anda] Perkembangan anak tanpa ortu
> 
> 
> Rekan Netters,
> 
> Melalui forum di website kami, ada rekan netter, Pak Bhekti yg menanyakan
> ttg hal dibawah ini.
> Mohon tanggapan rekan2 semua.
> Sebelumnya kami minta ijin utk mencantumkan tanggapan rekan2 nanti di
> forum
> website kami.
> 
> forwaded message :
> -----
> Anak kami, Agung (4.5 th) dan Adinda (2 th) setiap hari kami tinggal di
> rumah bersama 2 orang pengasuh. Kami setiap pagi berangkat jam 6 pagi
> dan baru kembali ke rumah jam 9 malam. Apakah kondisi demikian kurang
> baik bagi perkembangan mental anak2 kami? Secara fisik anak2 kami sangat
> sehat, berat badannya selalu tambah setiap bulan. Hanya yg kami
> kuatirkan adalah perkembangan mentalnya. Namun menurut pengamatan kami
> kedua
> anak kami tersebut masih dalam kondisi normal perkembangan mentalnya.
> Dan kami setiap hari selalu berusaha setidaknya 2 jam untuk
> bersosialisasi dengan mereka berdua, kecuali jika mereka sudah tidar pada
> saat kami
> pulang kerja. Jadi menurut rekan2 netter semua, bagaimana hal terbaik
> yg hrus kami lakukan menghadapi situasi demikian? Sebelumnya, thanks...
> ------
> 
> 
> Taufan
> http://www.babybrain.s5.com/diskusi.htm
> 
> 
> >> Rayakan ultah putra/i Anda dengan kue Teletubbies dll? Klik,
> http://www.indokado.com/kueultah.html
> >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
> Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
> 
> 
> 
> 

>> Rayakan ultah putra/i Anda dengan kue Teletubbies dll! Klik, 
>http://www.indokado.com/kueultah.html
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]





Kirim email ke