Dari milis tetangga (ylki) :

Subject: FW: Hati2 di Stasiun Gambir

Hati-hati di Stasiun Gambir

Senin 4 Juni 2001, saya kembali dari Bandung dengan menggunakan kereta
api dan tiba di Gambir pada sekitar pukul 24.00.
Pada sisi luar stasiun Gambir saya melihat ada sebuah Taxi dari group
yang katanya adalah Taksi "Ter-aman" baru saja berhenti, lalu saya
segera masuk ke dalam taksi tersebut. Saat saya masuk, supir bertanya :
"Mau kemana ?". Lalu saya menjawab tujuan saya.
Supir itu tidak segera menjalankan taksinya, melainkan melihat-lihat
penumpang lain yang keluar dari stasiun.  Melihat gelagat ia tidak mau
mengantar ke tempat tujuan saya, saya tidak jadi menutup pintu lalu
berniat keluar. Saat akan keluar pada sisi taksi terdapat seorang pemuda
yang meminta uang parkir
dengan menahan pintu sehingga tidak memungkinkan saya untuk keluar atau
menutup pintu.
Karena uang saya di saku tercampur antara uang puluhan ribu dan ribuan,
serta melihat ada sesuatu yang kurang beres, saya meminta kepada supir
untuk memberikan uang seribu rupiah terlebih dulu. Namun sekali lagi si
supir seperti pura-pura tidak mendengar permintaan saya, sambil
seolah-olah melihat ke arah penumpang kereta yang sedang keluar.
Saat saya menoleh kembali ke arah pemuda tersebut betapa kagetnya saya
karena di leher saya menempel sebilah golok dan sebilah lagi mengarah ke
perut saya (saat itu terdapat dua orang yang menodongkan golok). Mereka
membentak : "uang ! mana uangnya!". Karena takut terluka saya mengambil
uang di saku saya lalu memberikan kepada mereka, tetapi mereka terus
membentak : "Semua! ayo keluarkan semua ! Handphone ! dompet ! keluarkan
semua !"
Saya berusaha mengeluarkan dompet dari saku saya dan coba menarik waktu
untuk membuang kartu ATM saya di dompet, namun mereka tidak sabar. Salah
satu dari mereka menuju pintu kanan untuk masuk sementara rekannya yang
lain mendorong saya untuk masuk ke dalam taksi.
Melihat keadaan akan semakin memburuk jika mereka sampai masuk, saya
memutuskan untuk melawan sambil mencekal tangan penodong itu, sehingga
terjadi rebut-rebutan golok. Karena posisi penodong yang tidak begitu
baik, saya berhasil meraih golok tersebut dan mendorong mundur. Mungkin
karena tidak menyangka mendapat perlawanan, penodong itu mengatakan :
"ok, cukup ! cukup !" sambil mundur. Segera saya menutup pintu dan
meminta supir tersebut untuk menjalankan taksinya (walaupun saya curiga
atas keterlibatan supir tersebut). Supir tersebut pura-pura tidak tahu,
lalu mengatakan bahwa ia mengira mereka meminta uang parkir.

Dari kejadian tersebut memang sulit untuk mengatakan bahwa supir
tersebut merupakan komplotan dari para penodong tersebut, apalagi
mengingat reputasi Group Taxi tersebut yang baik. Namun sulit juga untuk
mengatakan ia tidak terlibat. Hal ini terlihat dari cara ia yang tidak
segera menjalankan taksinya melainkan mengulur-ngulur waktu.
Saya mensinyalir bahwa modus seperti ini akan cukup banyak terjadi, di
mana untuk menghindari pemalakan para preman di tempat-tempat
perhentiannya mereka melakukan negosiasi dengan preman setempat untuk
menodong saja penumpang sementara mereka "mendukung" dengan memperlambat
waktu untuk menjalankan taksinya.

Pelajaran penting yang mungkin dapat dipetik :
1. Usahakan naik taksi yang sedang melintas bukan yang sudah lama
menunggu penumpang.
2. Amati keadaan sekitar dan sedapat mungkin langsung menutup pintu
taksi
3. Jika sampai tertodong, usahakan sedapat mungkin untuk tidak
membiarkan mereka masuk ke dalam taksi, karena jika itu terjadi akan
sulit untuk memprediksi nasib kita.




>> Rayakan ultah putra/i Anda dengan kue Teletubbies dll! Klik, 
>http://www.indokado.com/kueultah.html
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]





Kirim email ke