Maaf rekan netters, klu menurut say, khan tidak bisa juga lalu semua anak
tidak menerima vaksin MMR, krn daya tahan tiap anak terhadap MMR juga
berbeda-beda. Dan penyakit ini memang banyak bawa korban mungkin krn
didukung kondisi lingkungan yang kurang bersih.

Mungkin perlu dicermati juga tulisan dr. Rudy sbg berikut :
"Saat ini, faktor yang jelas diketahui sebagai predisposisi terjadinya
autisme pasca vaksinasi MMR adalah genetik. Jadi, bila di keluarga ada yang
mengalami autisme, keterlambatan bicara, retardasi mental, schizophrenia,
dlsb., maka risiko terjadinya autisme akan meningkat.
Tidak ada dokter yang anti terhadap vaksin, tetapi vaksinasilah secara aman.
Tetap berikan vaksin, tetapi diberikan secara terpisah yaitu measles
tersendiri, mumps tersendiri, dan rubella tersendiri, pada waktu yang
berlain-lainan."

Dgn tulisan tsb ibu-ibu bisa mempertimbangkan sendiri dan disesuaikan dgn
kondisi anak .. kira-kira perlu tidak anaknya divaksin (krn di situ ada
pengaruh faktor genetis sementara utk kasus MMR siapa saja bisa kena).

Kalau masalah belum bisa bicara, menurut saya belum tentu Autis .... setahu
saya banyak masalah dan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Hanya
saja kita memang harus ekstra cermat apabila salah satu milestone dalam
pertumbuhan tidak dicapai oleh si anak atau dicapai dalam waktu yang jauh
dari ukuran normal.
Nggak ada salahnya untuk sering konsultasi ke Klinik Tumbuh Kembang yg saat
ini banyak dibuka di pusat-pusat kesehatan (ada atau tidak ada penyakit atau
keterlambatan perkembangan pada anak).

Salam,
lusie

----- Original Message -----
From: Nuraeni A <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, June 21, 2001 10:56 AM
Subject: Re: [balita-anda] Untuk Dr. Rudy Sutadi


> saya kutipkan pernyataan DR. Rudi sebelumnya :
>
> ......"Menurut Prof. Paul Shattock dari Autism Research Center di Inggris,
> pada
> dialog interaktif di TVRI tanggal 21 Maret 2001, orang-orang di WHO adalah
> epidemiologis (yang kerjanya di belakang meja saja) bukannya klinikus
(yang
> terjun langsung ke lapangan). Jadi mereka tidak tertarik dengan
> kasus-per-kasus. Mereka hanya tertarik pada angka-angka statistik, seperti
> misalnya apakah angka sebesar itu sudah significant merupakan masalah
> masyarakat luas. Beberapa kasus yang terjadi dalam sekian ribu anak
mungkin
> tidak mempunyai arti bagi mereka, tetapi 1 saja penyandang autisme dalam 1
> keluarga akan merupakan ujian yang sangat berat. ........
>
> yang jadi point penting adalah :
>
> "Beberapa kasus yang terjadi dalam sekian ribu anak mungkin
> tidak mempunyai arti bagi mereka, tetapi 1 saja penyandang autisme dalam 1
> keluarga akan merupakan ujian yang sangat berat."
>
> ada baiknya IDI mempertimbangkan hal ini dan secepatnya mengupayakan
vaksin
> MMR yang terpisah,
>
> ibunya aulia
>
> At 08:18 PM 6/20/01 -0700, mamanya dafi wrote:
> >Mbak Rossy,
> >Maaf saya jawab duluan. Setahu saya IDI sudah
> >mengeluarkan pernyataan bahwa tidak ada hubungan
> >antara vaksin MMR dan Autisme dan vaksin tersebut
> >tidak dilarang di Indonesia.
> >Terlepas dari diskusi yang sudah berulang kali terjadi
> >di milis ini dari mulai 1/2 tahun yang lalu saya kira
> >memang orang tua lah yang berhak mengambil keputusan
> >bagi anaknya, tentu dengan bekal pengetahuan yang
> >cukup dan berimbang.
> >
> >Mamanya Dafi
>
>
>
> >> Rayakan ultah putra/i Anda dengan kue Teletubbies dll! Klik,
http://www.indokado.com/kueultah.html
> >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
> Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
>
>


>> Rayakan ultah putra/i Anda dengan kue Teletubbies dll! Klik, 
>http://www.indokado.com/kueultah.html
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]





Kirim email ke