Halo Mbak, Bingung ya kalau batuk-pilek nggak sembuh-sembuh. Kalau memang kata DSA anak mbak alergi berarti sebenarnya nggak perlu antibiotik, hanya perlu obat anti alergi. Kecuali kalau memang selain alergi ada indikasi penyakit lain flu atau radang tenggorokan. Dafi juga alergi karena turunan saya dan papanya. Selama ini kalau dia pilek karena alergi (pagi hari atau saat udara dingin ) saya biarkan saja, demikian juga saat batuk. Tetapi setelah hampir 1 bulan begitu terus, saya bawa ke dokter alergi dan dikatakan Dafi memang positif alergi. Sejak itu dia harus minum obat pengontrol alergi terus menerus, tahap pertama untuk 3 bulan. Menurut dokternya, karena alergi tidak bisa dihilangkan langkah yang harus kita ambil : 1. Mengenali sumber alergi dan menjauhkannya dari anak. 2. Memperhatikan reaksi alergi (apakah jadi batuk/bersin, atau gatal atau sesak nafas dll). 3. Minum obat pengontrol alergi dalam jangka waktu yang ditentukan dokter (minimal 3 bulan). Saat ini anak baru bisa minum obat pengontrol tersebut setelah usia 2 tahun. 4. Sediakan selalu obat anti alergi yang membantu mengurangi dampak alergi saat anak terserang.
Tes alergi rasanya belum bisa sampai anak usia SD. Mbak tahu caranya (kayaknya saya udah 2 kali deh nulis prosedurnya, tapi nggak apa-apa deh): 1. Kulit lengan digaris-garis (dengan pulpen) menjadi sekitar 20 an kotak (tergantung kelengkapan bahan alergen). 2. Di tiap kotak ditetesi bahan alergen (yang diduga menyebabkan alergi). 3. Setelah ditetesi kulit ditusuk dengan jarum steril sehingga tetesan alergen bisa masuk ke dalam kulit. 4. Ditunggu 20-30 menit untuk melihat reaksi. Jika tubuh tidak tahan dengan suatu bahan maka akan timbul bentol. 5. Besar bentol diukur untuk menghitung kadar 'keparahan' jika terkena bahan tersebut. Kebayang kan bu kalau anak kecil melakukan prosedur ini, selain sakit berkali-kali ditusuk jarum, gatelnya minta ampun dan menurut dokter alergi, reaksi tubuh anak tidak bisa diduga, jadi selain gatal bisa terjadi shock kalau jantungnya tidak tahan menerima serangan dari banyak bahan alergen sekaligus. Menurut saya, diarenya bukan karena obat, tetapi masuk angin saja. Obat yang mengandung antibiotik tidak boleh diulang karena sifatnya 'sekali serang selesai' kalau nggak ampuh mungin bakterinya udah resisten, bakteri bisa resisten kalau dikasi antibiotik jenis tertentu terus menerus atau antibiotiknya tidak diminum sampai habis. Untuk obat alami saya belum pernah coba, tetapi untuk yang cocok kecap dan jeruk nipis cukup ampuh, atau air parutan kunyit sedangkan untuk diare bisa pakai air rebusan daun jambu batu dan harus banyak minum oralit agar tidak dehidrasi. Kalau diarenya ada darahnya harus diobati oleh dokter karena kemungkinan disentri. Kalau memang tidak ada indikasi TB ya tidak perlu tes mantoux karena prosesnya juga cukup sakit. Kalau Kika gampang diatur, rontgen thorax bisa menjadi bahan apakah perlu tes mantoux. Kadang timbangan di tiap tempat beda lho bu, jadi percayakan ke satu timbangan untuk melihat perkembangan anak. Kalau memang sudah tahu Kika alergi, mungkin yang tepat ya konsul ke dokter alergi. Di Jkt ada Klinik Alergi Dr Indrajana di Jl. Tanah Abang atau dokter lain sehingga sejak kecil kita sudah bisa mengantisipasi efek yang akan timbul dan jangan kebanyakan obat yang tidak perlu. Karena mailnya panjang, jawabannya panjang juga nih, nggak apa-apa ya semoga berguna. Mamanya Dafi __________________________________________________ Do You Yahoo!? Listen to your Yahoo! Mail messages from any phone. http://phone.yahoo.com >> Kirim bunga dukacita, ucapan selamat dll ke mancanegara? Klik, >http://www.indokado.com/international/ >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]