SUARA PEMBARUAN DAILY ( 5 Desember 2001 )

Warga Bogor Diserang Antraks 
Gejala Terjadi pada Muka, Leher, Lengan atau Tangan
JAKARTA - Daerah Bogor, Jawa Barat, termasuk endemis penyakit antraks. Dua
orang warga Jalan Raya Kedunghalang Bogor dicurigai terserang antraks. Dari
uji serologi yang dilakukan, seorang positif terpapar Bacillus anthracis. 
Hal itu diungkapkan Kepala Subdit Zoonosis Direktorat Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan (PPMPL Depkes) dr H
Widarso MSc kepada Pembaruan di Jakarta, Selasa (4/12). 
Widarso mengatakan, untuk mengantisipasi meluasnya penyebaran penyakit itu,
pihaknya telah mengirim surat ke Ditjen Peternakan Departemen Pertanian
supaya hewan-hewan ternak rakyat di Bogor divaksinasi. 
Menurut Widarso, kedua warga yang diduga terkena antraks itu berusia lanjut.
Ini diketahui pada 14 November lalu ketika petugas kesehatan melakukan
surveilens penyakit antraks ke puskesmas-puskesmas. 
Dua orang mengalami gejala penyakit antraks tipe kulit, yakni terjadi
nekrotik disertai rasa gatal dan sakit. Untuk memastikan apakah orang
tersebut terserang antraks, dilakukan uji laboratorium yang memakan waktu
beberapa hari. Uji yang dilakukan berupa uji serologi dengan Polymerase
Chain Reaction (PCR) dan uji identifikasi Bacillus anthracis. 
Dari hasil pengujian yang diterima Widarso pada Selasa (4/12) siang, seorang
positif terpapar antraks, yang diketahui dari uji serologi. Tetapi
identifikasi bakteri Bacillus anthracis negatif. 
Seorang warga dipastikan telah terpapar bakteri tersebut, namun karena orang
itu segera meminum antibiotik maka bakteri tidak terekspos di dalam tubuh.
Pada laporan itu tidak disebutkan dari mana warga tersebut terkena antraks. 
"Bisa saja Bacillus anthracis sudah masuk ke dalam darah orang itu, tetapi
dengan antibiotika yang diminumnya maka tubuh membentuk antibodi sehingga
bakteri itu tidak berkembang lebih jauh," katanya. 
Dikhawatirkan Menyebar 
Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, Widarso mengkhawatirkan
penyakit antraks itu menyebar dengan cepat dari daging hewan ternak
mengandung Bacillus anthracis yang dikonsumsi masyarakat. 
Terlebih saat ini, menjelang Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru, konsumsi
daging hewan ternak meningkat. Apabila hewan ternak tidak segera
divaksinasi, bisa jadi penyakit antraks menyerang manusia melalui daging
itu. 
Dijelaskan, jenis antraks yang terdapat di Indonesia adalah antraks tipe
kulit dan pencernaan. Antraks tipe pencernaan, jika tidak ditangani segera
bisa mengakibatkan kematian kurang dari dua hari. Berbeda dengan antraks
tipe kulit, yang memerlukan waktu lebih lama. 
Gejala klinis antraks tipe kulit, mula-mula kulit tampak melinting disertai
gatal-gatal, 2-3 hari melepuh yang berisi cairan jernih, lepuh akan pecah
membentuk keropeng berwarna hitam pada bagian tengah, dan terjadi
pembengkakan. 
"Biasanya gejala ini terjadi pada muka, leher, lengan atau tangan. Tetapi
bagi masyarakat yang tinggal di daerah endemis antraks, biasanya kalau
mereka meng-alami gejala itu, langsung mengonsumsi antibiotik yang banyak
tersedia di puskesmas," ujarnya. 
Pada kesempatan itu Widarso juga menjelaskan, pihaknya telah menyusun
prosedur penanganan teror antraks melalui paket kiriman. Penanganan itu
meliputi tata cara pengamanan barang bukti diduga mengandung antraks, tata
cara pelaporan teror antraks, dan flow chart penanganan bahan/pa-ket/surat
yang dicurigai mengandung antraks. 
Juga disusun prosedur pengiriman hasil pemeriksaan, pengobatan terhadap
penderita antraks tipe pernapasan, dan daftar penyidikan penyakit veteriner
yang memeriksa kuman antraks. 
Prosedur itu disampaikan ke seluruh kedutaan besar di Indonesia melalui
Departemen Luar Negeri, seluruh rumah sakit umum daerah, Departemen
Perhubungan, Badan Intelijen Negara (BIN), PT Pos, dan Polri. (N-4) 




>> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke