4 my beloved husband....
artikel ini bagus sayang, sepertinya aku perlu dukungan dan bimbinganmu untuk menjadi
ibu yang baik buat Ciak.
thanks....

hananto seno wrote:

> waduh mbak, bagus amat sih artikelnya
> terimakasih lhooo, saya jadi terharu dan saya yakin artikel ini amat .. amt
> .. amat .. sangat berguna bagi semua orangtua yang punya aanak.
>
> dari : mamanya Erland
>
> ----- Original Message -----
> From: Wening Pusparini <[EMAIL PROTECTED]>
> To: balita-anda <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Tuesday, February 12, 2002 10:45 AM
> Subject: [balita-anda] Fw: Marah dengan Kasih Sayang
>
> FW: [daarut-tauhiid] Marah dengan Kasih Sayang"Ferry Hadary"
> <[EMAIL PROTECTED]> ,wrote:
>
> PETIKAN ARTIKEL:
>
> - Bayangkan, betapa wajah lugu dengan sorot mata
> berbinar itu meredup cahayanya karena api kemarahan
> yang tidak hanya membakar Anda, tetapi juga jiwa tunas
> muda yang sedang tumbuh tersebut.
> - Ingatlah mereka hanyalah seorang kanak-kanak, bukan
> orang dewasa dalam tubuh yang kecil!
> - Mereka bukan anak ikan, yang begitu lahir langsung
> bisa berenang.
> - Mereka juga bukan anak ayam, yang begitu menetas
> langsung bisa jalan.
> - Mereka adalah anak manusia, yang memerlukan proses
> untuk setiap tahap perkembangannya.
> - Hilangkan rasa marah bila anak membuat kotor, atau
> bersikap "nakal", yang mereka butuhkan adalah
> bimbingan dengan kasih sayang. Bukankah selain sebagai
> "penyejuk mata orang tuanya" anak juga sebuah "amanah"
> yang dititipkan Allah kepada Anda, orang tuanya.
> ************************************************
> MARAH DENGAN KASIH SAYANG
>
> Marah dan kasih sayang adalah dua hal yang berbeda.
> Ibarat api dengan air, kondisi ini memberikan efek
> yang berlawanan kepada orang yang menerima. Istilah
> dakwah dengan kasih sayang mungkin sudah biasa Anda
> dengar, namun marah disertai kasih sayang, sudahkah
> Anda lakukan?
>
> Didie, balita gendut berusia 2 tahun itu menangis
> menggerung-gerung di tanah. Baju putih bersihnya penuh
> berlepotan tanah, suara tangisnya pun membahana.
> Dengan mata melotot si ibu menarik tangan anaknya agar
> bangun, dan sebuah cubitan dengan spontan membuat si
> bocah berdiri diiringi tangis yang semakin tinggi
> nadanya. Begitu ancaman cubitan kedua terlihat dari
> tangan sang ibu, suara tangisnya ditahan menjadi
> sedu-sedan.
>
> Apa yang telah dilakukan bocah itu? Ternyata sepele
> saja. Ia menginginkan mobilan kecil yang dibawa
> sebayanya, anak tetangga sebelah. Keinginan yang
> lumrah buat seorang anak yang belum mengerti definisi
> kepemilikan. Pantaskah ibu memarahinya secara
> berlebihan?
>
> Umumnya seseorang akan melampiaskan amarahnya dengan
> disertai emosi, tidak hanya kepada orang dewasa namun
> juga kepada anak-anaknya. Padahal emosi ini berkaitan
> erat dengan tingkah laku yang akan muncul. Baik berupa
> ekspresi wajah maupun tindakan seperti, pelototan
> mata, cubitan, umpatan, membanting benda, maupun
> pemukulan.
>
> Apa yang sering membuat orang tua marah secara
> berlebihan? Stres acapkali menjadi pemicu kemarahan
> orang tua. Beban kerja sebagai ibu rumah tangga dengan
> pekerjaan yang tidak pernah selesai dan cenderung
> monoton, juga salah satu penyebab stres. Atau beban
> kerja di kantor juga bisa menyebabkan stres semakin
> menumpuk. Tanpa sadar, ketika di rumah luapan stres
> ini dilampiaskan dalam bentuk marah dan sikap keras
> kepada anak-anaknya sendiri.
>
> Betapa menyedihkan melihat anak yang seharusnya
> mendapatkan kasih sayang tetapi justru menerima
> tindakan kekerasan hanya karena orang tua mengalami
> stres dan tidak tahu harus berbuat apa. Bayangkan,
> betapa wajah lugu dengan sorot mata berbinar itu
> meredup cahayanya karena api kemarahan yang tidak
> hanya membakar Anda, tetapi juga jiwa tunas muda yang
> sedang tumbuh tersebut.
>
> Mungkin Anda pernah mendengar kisah seorang ayah yang
> memberikan sekantong paku kepada anaknya yang
> berkelakuan buruk. Kisah ini semoga memberikan Anda
> ruang untuk berpikir, sebelum meluapkan marah kepada
> buah hati tercinta. Kisahnya demikian, setiap kali si
> anak marah atau tidak bisa mengendalikan diri, Sang
> Ayah menyuruhnya memaku sebatang paku di pagar. Hari
> pertama, banyak paku yang tertancap di pagar. Tetapi
> dengan berlalunya waktu, si anak sampai pada hari di
> mana tidak sebatang paku pun perlu ia tancapkan. Maka
> datanglah ia kepada Ayahnya.
>
> Si Ayah menyuruhnya mencabut kembali satu batang paku
> setiap kali ia berhasil sabar dan menahan marah.
> Ternyata pekerjaan mencabut ini, lebih sulit daripada
> memaku. Ada lubang yang ditinggalkan begitu paku
> berhasil dicabut. Setelah semua paku berhasil dicabut,
> ia dapati pagar tidak kembali utuh seperti semula, ada
> banyak bekas lubang-lubang paku. Apa komentar Ayah
> yang bijak ini?
>
> "Kau bisa menancapkan pisau di punggung orang dan
> mencabutnya kembali, tetapi itu akan meninggalkan
> luka. Tidak peduli berapa kali kau meminta maaf atau
> menyesal, lukanya tetap tinggal. Ketahuilah luka
> melalui ucapan sama perihnya dengan luka fisik."
>
> Mari kita ambil hikmah dari nasehat ini, kalau Anda
> memarahi anak dan kemudian meminta maaf atas
> kekhilafan tersebut. Mungkin suasana kedamaian rumah
> akan kembali normal, tapi tahukah Anda bahwa
> perasaannya yang tergores karena amarah Anda tidak
> akan hilang begitu saja? Bahkan bisa jadi kemarahan
> Anda atas kesalahan yang ia perbuat justru menjadikan
> anak pasif, takut mencoba dan takut melakukan
> kesalahan kembali.
>
> Sekarang bandingkan dengan Iklan deterjen ini, yang
> pasti akrab ditelinga orang tua. "Bagi saya, kotor itu
> tidak masalah, karena di balik kotor ada belajar!"
> demikian ujar si ibu menanggapi tingkah anaknya yang
> menyebabkan bajunya kotor semua. Tidak ada rasa marah
> meskipun aktivitas anak tersebut akan merepotkan ibu.
> Menambah beban kerjanya karena harus membereskan,
> membersihkan rumah dan menambah cucian kotor.
>
> Memang, menjadi orang tua yang baik adalah "proyek"
> yang tidak pernah selesai dilakukan orang tua. Bahwa
> betapa sulitnya menjadi orang tua yang baik, betul
> adanya. Salah satu yang paling sulit adalah bagaimana
> orang tua bisa mengendalikan emosi dalam mengasuh
> anak-anaknya. Umumnya yang terjadi adalah ketika
> menghadapi kenakalan anaknya, orang tua kehilangan
> semua teori yang telah mereka peroleh dari buku-buku
> ataupun seminar mengenai pola asuh anak. Seberapa
> efektif marah yang diekspresikan orang tua mampu
> meredakan kenakalan anak? Dari literatur diperoleh
> hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak balita
> masih belum bisa memahami hubungan antara tindakannya
> yang 'nakal' menurut kacamata orang tua dengan pukulan
> yang diterimanya. Anak hanya merasakan sakit karena
> dipukul, tanpa tahu kenapa dipukul. Kalaupun ia tidak
> lagi melakukan tindakan 'nakal'-nya, itu bukan karena
> dia menyadari kenakalannya, tetapi lebih pada rasa
> takut akan dipukul lagi.
>
> Oleh sebab itu, kenapa Anda tidak marah dengan sepenuh
> kasih sayang? Bukan berarti Anda meniadakan "marah"
> dalam mendidik anak. Ketika Anda marah, haruslah dalam
> kondisi bahwa kesalahan tersebut memang pantas untuk
> dimarahi. Jangan campurkan kesalahan kecil dengan yang
> besar, sehingga ketika saat Anda memang harus marah
> itu akan berdampak efektif terhadap anak.
>
> Biarkan anak menikmati setiap tahap kehidupannya.
> Jangan tergesa-gesa membentuk dirinya. Apalagi
> disertai emosi untuk mengaturnya sesuai dengan standar
> Anda. Ingatlah mereka hanyalah seorang kanak-kanak,
> bukan orang dewasa dalam tubuh yang kecil! Jadi
> bersabar dalam menghadapi tingkah pola anak, adalah
> sikap yang terbaik. Mereka bukan anak ikan, yang
> begitu lahir langsung bisa berenang. Mereka juga bukan
> anak ayam, yang begitu menetas langsung bisa jalan.
> Mereka adalah anak manusia, yang memerlukan proses
> untuk setiap tahap perkembangannya.
>
> Perhatikan, betapa menggemaskan cara mereka belajar
> merangkak, belajar berjalan, memasukkan makanan yang
> berlepotan di lantai, atau ketika latah meniru satu
> kata, tanpa mengerti makna. Hilangkan rasa marah bila
> anak membuat kotor, atau bersikap "nakal", yang mereka
> butuhkan adalah bimbingan dengan kasih sayang.
> Bukankah selain sebagai "penyejuk mata orang tuanya"
> anak juga sebuah "amanah" yang dititipkan Allah kepada
> Anda, orang tuanya.
>
> >> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/
> >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke