Dari Nakita.com

semoga berguna,


bubunya veya

-----------------------
  ----- Ternyata kompres dengan es sudah ketinggalan zaman dan tak efektif. Yang 
paling pas, gunakan air hangat dan mandikan anak. 

  Selama ini kompres air dingin atau es, lazim diterapkan para ibu saat anaknya demam 
atau panas tinggi. "Kalau suhunya 37,5 sampai 39 derajat Celcius, cukup pakai 
obat-obat penurun panas. Tapi kalau sampai 39-40 derajat Celcius, kompres perlu 
dilakukan untuk membantu menurunkan panas," kata dr. Waldi Nurhamzah, Sp.A, dari 
FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. "Penyakit apa pun, dari yang ringan seperti flu 
atau infeksi ringan, hingga infeksi berat di susunan saraf pusat atau di otak, dapat 
menggunakan kompres." 


  JUSTRU TAMBAH PANAS 


  Zaman dulu, kata Waldi, untuk mengompres umumnya digunakan air dingin atau es. 
Ternyata cara itu kini sudah ditinggalkan. "Sebab, kalau tubuh dikompres es atau air 
dingin, suhunya tak turun, malah makin tinggi. Ini terjadi karena mekanisme tubuh yang 
sedemikian rupa, di mana jika kondisi di luar dingin, maka tubuh akan 
menginterpretasi- kan kalau dirinya kurang panas. Akibatnya, tubuh pun akan tambah 
panas." 


  Selain itu, efek dingin bisa membuat pembuluh darah di permukaan kulit jadi 
mengecil. Alhasil, panas yang seharusnya dialirkan oleh darah ke kulit agar keluar, 
terhalang karena jalannya terhambat. "Kompres dingin juga bisa membuat pusat 
pengaturan panas dalam tubuh jadi kacau. Saraf-saraf yang digunakan untuk melihat atau 
memantau suasana di luar tubuh menangkap kesan, di luar tubuh dingin, sehingga tubuh 
pun akan bertambah panas." Kendati kompres dingin sudah tidak lagi dianjurkan karena 
berdampak negatif, "Tapi tak sepenuhnya ditinggalkan. Untuk sejumlah kasus semisal 
luka memar dan bakar, kompres air dingin masih kerap digunakan. Bahkan air dingin 
disiram- kan ke tubuh korban luka bakar," jelas Waldi. 


  BAHAYA PAKAI ALKOHOL 


  Selain kompres air dingin atau es, kompres alkohol juga amat diakrabi. Biasanya, 
lanjut Waldi, dilakukan pada pasien di rumah-rumah sakit. Prinsip kerjanya adalah 
karena sifat alkohol yang mudah menguap. "Untuk menguap memerlukan panas dan panas 
tadi berasal atau diambil dari tubuh pasien. Nah, diharapkan, dengan kompres alkohol, 
panas tubuh akan berangsur turun." 


  Namun, seiring dengan kemajuan ilmu kedokteran, kompres alkohol sudah mulai 
ditinggalkan karena dapat membahayakan kesehatan. "Jika alkohol dibalurkan ke tubuh, 
uapnya dapat terhirup si sakit. Ini bisa mengganggu susunan saraf pusat." Selain itu, 
alkohol pun mudah terbakar, sehingga berbahaya. 


  AIR HANGAT 


  Nah, saat ini yang lazim digunakan adalah kompres dengan air hangat atau suam-suam 
kuku. "Ini cara terbaik untuk menurunkan panas." Sebab, jelas Waldi, kalau suhu di 
luar tubuh terasa hangat, maka tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup 
panas. "Dengan demikian, tubuh anak akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otaknya, 
supaya suhu tubuhnya jangan terlalu panas." Jadi, kebalikan dari kompres air dingin, 
tubuh yang panas akan semakin panas, karena tubuh menganggap di luar suhunya dingin. 


  Walau demikian, cara termudah untuk menurunkan suhu tubuh anak adalah dengan 
memberinya obat penurun panas. Di rumah sakit pun, pasien yang datang dengan keluhan 
panas tinggi, tindakan pertama yang dilakukan adalahmemberinya obat penurun panas. 
"Kalau sudah dikasih obat tapi panas tetap tinggi, baru dikompres. Jadi, kompres bukan 
untuk keadaan darurat. Ia dipakai untuk membantu menurunkan panas, selain pemberian 
obat penurun panas." Dengan kata lain, kalau ternyata obat penurun panas yang 
diberikan dirasakan telah cukup, anak pun tak perlu lagi dikompres. 


  TETAP HARUS MANDI 


  Cara mengompres dengan air hangat yang paling efektif, kata Waldi, adalah 
memandikannya dengan air hangat. "Minimal, itulah yang disebutkan di literatur asing," 
katanya. Anak yang sakit, katanya, harus dimandikan, dicelup, atau dibilas dengan air 
hangat. "Bukan sekadar melap tubuh atau kepala anak dengan handuk hangat. Kalau perlu, 
anak yang sakit dimasukkan ke dalam bak mandi beri air hangat. Cara ini terbukti 
sangat membantu untuk menurunkan panas badan anak." 


  Tak perlu khawatir penyakit anak bakal bertambah parah jika dimandikan dengan air 
hangat. "Biarkan si kecil main air hangat. Apalagi pada dasarnya anak kecil suka air." 
Selama ini ada pemahaman yang salah dari para orang tua, bahwa anak sakit tidak boleh 
kena air atau mandi. Pemahaman tersebut, menurut Waldi, harus disingkirkan. "Itu semua 
masa lalu. Justru orang tua harus sadar, anak sakit pun, badannya harus senantiasa 
bersih. Di rumah sakit pun, anak harus mandi. Nah, apalagi di rumah?" Ia juga 
mengingatkan, kulit anak sakit penuh oleh kuman hingga harus tetap mandi agar bersih. 


  Lalu bagaimana kalau anak tak mau mandi dengan alasan lagi sakit? "Ya, 
pandai-pandainya orang tua membujuk. Memang, anak cenderung malas kena air dingin. 
Tapi air hangat, anak pasti suka. Kalaupun anak tak mau mandi di kamar mandi, kan, 
bisa dimandikan di tempat tidur." 


  TEMPAT TEPAT 


  Kembali ke soal kompres, pada prinsipnya mengompres adalah memberi kemungkinan agar 
panas yang ada dalam tubuh dapat mengalir keluar. Panas keluar melalui tempat-tempat 
di mana pembuluh darah besar yang dekat dengan kulit berada, seperti di leher, ketiak, 
dan selangkangan. "Jangan di dahi karena tak banyak manfaatnya untuk menurunkan 
panas." Kalau hanya dahi yang dikompres, tutur Waldi, "Yang dingin, ya, cuma dahinya, 
sementara tubuhnya tetap panas." Cara yang benar adalah meletakkan kompres di tempat 
yang tepat, yaitu di leher, ketiak, dan selangkangan. Nah, sekarang sudah lebih paham, 
kan? 

   

  Rodin Daulat G.T .Foto : Dint's/nakita 


Kirim email ke