Bp. Tri Agus,
saya juga setuju dengan ibu Sinto Adelar, kebetulan saya pernah konsul
dengan beliau.
Kalau saya pribadi (bagi pengalaman dengan ibu-ibu), saya sangat yakin bahwa
setiap anak yang lahir ke dunia adalah smart. Otak mereka cerdas dan dapat
menangkap apa saja yang diajarkan, diperlihatkan kepada mereka. Contoh yang
paling mudah adalah : jika kita bicara "makan" bukan "maem" terhadap anak
bayi, dia akan berusaha mengucap "maam" lalu pada umur 2 tahun dia akan
fasih mengatakan "makan" dengan ucapan yang benar, karena secara simultan
kita komit dengan kata "makan".
Begitu juga seluruh aspek pengajaran akademis dan agama, menurut saya dapat
diberikan dari umur 0 tahun hingga usia dia siap masuk SD yaitu 6 tahun.
Pengajaran disini tidak dipaksa dan dengan cara bermain. Yang paling utama
adalah ibu sebagai guru awal dan guru sebenarnya.
Saya memasukkan anak-anak saya ke play group dari awal usia sekitar 1 tahun
6 bulan dan 1 tahun 4 bulan. Awalnya mereka kelihatan capek dan mogok
sekolah. Kalau mereka tidak mau sekolah, saya tidak memaksa, saya
membolehkan mereka bermain di rumah. Sehingga banyak juga bolosnya.  Tetapi
efektifnya terlihat pada usia TK (anak I) yang berumur 3,5 tahun sudah dapat
mengikuti kelas TK A (tanpa dipaksa, karena ternyata dia tertarik dengan
pelajaran TK A). Sehingga dia menikmati saja pelajaran tersebut, tetapi saya
tidak pernah memaksa dia untuk mengerjakan PRnya jika diberi gurunya. Kalau
dia tidak mau, dengan alasan sudah belajar kok di sekolah,atau lagi capek,
saya pergi bermain dengan dia. Sehingga hasil yang saya peroleh cukup
mengejutkan karena dia dengan senang hati sudah dapat menulis huruf dan
angka (walau masih belepotan). Tetapi hingga sekarang saya tidak pernah
memaksa dia untuk melakukan tulisan indah dsbnya. Sedangkan yang kecil, umur
2 tahun 4 bulan sudah bisa menyanyi, dan menggambar (motorik halusnya sudah
diperkenalkan). Walau kadang dia mogok, saya selalu mengajaknya bermain, dan
tebak-tebakan gambar dan warna.

Setiap anak berbeda, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa anak adalah pandai,
hanya dari kita orang tua bagaimana menyikapi bibit tersebut yang memang
sudah ada. Sekali lagi tanpa dipaksa. Karena kalau merasa dipaksa dia akan
berhenti exploring sehingga apa yang dia inginkan akan macet. Saya
mengkondisikan anak saya, sehingga dia terkondisi untuk ikut serta (secara
tidak sadar ) belajar sambil bermain. Dan satu lagi mungkin yang lebih
penting, saya ingin menumbuhkan rasa dalam diri saya, bahwa banyak anak yang
lebih pintar dari anak-anak saya sehingga saya tidak merasa harus
berkompetisi untuk "memintarkan" anak saya agar mengungguli mereka. Cukup
ilmu dan agama yang saya atau gurunya berikan, jika mereka telah cukup
merekam di otak mereka (waktu kecil), mereka dengan mudah akan
mengeluarkannya sewaktu sudah besar, dan saya jelaskan kepada mereka bahwa
kita semua belajar untuk menjadi pintar bukan bersaing.

Mungkin pengalaman ini bisa menjadi bacaan ringan dan membantu.

Terima kasih.

----- Original Message -----
From: Jeany Lollyta <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, April 24, 2002 2:56 PM
Subject: RE: [balita-anda] Sehatkah Anak TK Belajar Baca?


> To : Bp. Tri Agus
>
> Saya sangat berterimakasih sekali dengan tulisan Bapak perihal hal ini,
> karena saya sebagai orang tua khususnya Ibu yang saat ini memiliki anak
> balita berusia 3,5 th seringkali merasa kuatir dan bimbang perlukah anak
> balita diajarkan membaca dan menulis.
>
> Saya juga ingin informasi dari Bapak, usia berapa anak sudah bisa
dimasukkan
> TK dan usia berapa di SD, krn saat ini saya agak bingung mengingat
sebentar
> lagi (Agustus 2002) anak saya memauki usia 4 th. Dalam usianya saat ini
yang
> baru saya ajarkan adalah pengenalan akan warna, bentuk2 persegi panjang
dan
> saat ini anak saya mulai belajar menulis angka 0,1, dan 2. Apakah sudah
bisa
> saya ajarkan tentang huruf atau mulai belajar menulis namanya sendiri.
>
> Mohon informasi dan keterangannya ya...Pak...
>
> Salam,
> Jeany/Mama Kezia
>
>
>
> > -----Original Message-----
> > From: Tri Agus [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
> > Sent: Wednesday, April 24, 2002 2:22 PM
> > To: [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: [balita-anda] Sehatkah Anak TK Belajar Baca?
> >
> > Sehatkah Anak TK Belajar Baca?
> >   <http://www.media-indonesia.com/media/redbox.gif>Tergantung Bagaimana
> > Cara Mengajarnya
> >   <http://www.media-indonesia.com/media/spacer.gif>
> >
> > TAHUN-TAHUN belakangan ini, banyak SD, khususnya SD favorit, yang
> > menerapkan persyaratan masuk harus bisa baca. Efeknya, banyak TK yang
> > 'memaksa' muridnya belajar baca. Padahal, di TK tidak ada kewajiban anak
> > belajar baca, kecuali hanya ajang sosialisasi prasekolah. Sehatkah
situasi
> > semacam ini?
> >
> > Sekarang, syarat yang dibebankan kepada calon siswa SD itu telah membuat
> > para guru TK (taman kanak-kanak) sibuk. Mereka sedikit 'memaksa'
> > mengajarkan anak didiknya membaca sejak usia TK. Pasalnya, mereka
> > khawatir, lulusan TK-nya tak bisa diterima di SD favorit. Padahal,
> > salah-salah menangani para bocah itu, bisa membuat efek buruk pada
> > perkembangan psikologis mereka.
> >
> > Sebenarnya, tak sekadar guru TK yang dibikin sibuk. Para orang tua pun
> > turut kelimpungan karena sangat mengharapkan anaknya bisa diterima di SD
> > unggulan. Sering kali, para orang tua inilah yang memaksakan
> > putra-putrinya untuk bisa baca.
> >
> > Seakan menjadi tuntutan zaman, itulah yang cenderung berkembang
belakangan
> > ini.
> >
> > Menjawab pertanyaan apakah sehat mengajar baca pada anak usia TK, Kepala
> > Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dr Sinto Adelar mengatakan,
> > "Tergantung dari mana melihatnya." Ia menjelaskan, jika anak diharapkan
> > memiliki kemampuan baca dengan cara pemaksaan, jelas itu tidak sehat.
> > Alasannya, pemaksaan terhadap anak akan berdampak negatif.
> >
> > Namun, Sinto menambahkan anak usia 4-5 tahun belajar membaca juga tak
bisa
> > dikatakan sepenuhnya salah. Dosen UI ini mengatakan boleh-boleh saja
anak
> > sudah diajarkan membaca sejak usia 4-5 tahun. Yang penting orang tuanya
> > harus melihat bagaimana kemampuan dan minat anak. "Kalau anak itu mampu
> > dan berminat, sama sekali bukan masalah," katanya.
> >
> > Sinto juga mengingatkan para pengajar atau orang tua yang membimbing
anak
> > untuk menjauhkan cara mengajar yang bersifat pemaksaan. Kegiatan belajar
> > anak harus lebih bersifat kegiatan yang menyenangkan. Metode pengajaran
> > membacanya itu tak membebaninya, yang bisa membuat anak tampak murung
dan
> > bingung.
> >
> > Pengenalan huruf sejak usia TK atau bahkan sejak usia 3 tahun,
sebenarnya
> > bukan hal aneh. Yang penting, kata Sinto, metode pengajarannya biasanya
> > melalui proses sosialiasi. Artinya, anak mengenal huruf dari benda yang
> > sering dilihat dan ditemui.
> >
> > Ia mencontohkan, bila anak sering melihat minuman Coca-Cola. Maka orang
> > tua mulai mengenalkan huruf kepada anaknya satu per satu pada kemasan
> > minuman. Kendati sambil bermain, anak mulai mengenal huruf C, O, L, A.
> > Atau, dengan cara menulisan kata 'buku' pada jilid buku. Sehingga anak
> > mengenal benda sambil belajar huruf yang membentuk nama benda tersebut.
> >
> > Mengajarkan anak melalui metode sosialisasi, kata Sinto, jauh lebih
> > efektif daripada metode pemaksaan. Tapi, sekali lagi Sinto mengingatkan
> > metode apa pun harus dilihat apakah anak memiliki kemampuan dan minat.
> > "Tetap harus dilihat kesediaan si anak sendiri," katanya.
> >
> > Minat belajar anak untuk membaca tak lepas pula dari kebiasaan orang
> > tuanya. Karena itu, Sinto meminta orang tua untuk membuat lingkungan
> > keluarga yang kondusif dan membangkitkan minat belajar. Orang tua harus
> > banyak memberi suri teladan. Misalnya, para orang tua, baik ibu atau
> > ayahnya, menjadikan membaca koran atau buku sebagai tradisi dalam
> > keluarga. Sehingga, anak berulang-ulang melihat apa yang dilakukan orang
> > tuanya, akhirnya ia akan ikut-ikutan membaca.
> >
> > Namun, Sinto mengingatkan kepada mereka yang mengajar anak usia 4-5
tahun.
> > Seandainya anak yang sedang belajar membaca sulit mengerti apa yang
> > diajarkan, sebaiknya jangan disalahkan. "Jangan sekali-kali mengatakan
> > 'anak bodoh'. Karena Suasana yang tak menyenangkan akan menghambat minat
> > anak," jelasnya.
> >
> > Walaupun sangat mengharapkan anaknya mampu membaca sebelum masuk SD,
tapi
> > orang tua tetap diminta santai-santai saja dan tak terlalu memaksakan.
> > Bahkan, Sinto menegaskan jangan sekali-kali menyiksa anak agar mau
belajar
> > membaca, sehingga ia merasa masa bermainnya telah terampas.
> >
> > Menurutnya, bagaimanapun anak usia empat tahun umumnya tak bisa duduk
> > konsentrasi selama setengah jam belajar membaca. Anak usia itu bukanlah
> > orang dewasa. Dunia mereka identik dengan dunia bermain. Sehingga
belajar
> > pun harus tetap dalam suasana bermain. Kecuali, katanya, anak tersebut
> > memang memiliki minat belajar mengenal huruf dan membaca.
> >
> > Tak perlu seleksi itu
> >
> > Di mata psikolog dari UI ini, sistem seleksi melalui kemampuan membaca
> > dinilainya kurang tepat. Sinto mempertanyakan apakah SD yang menerapkan
> > aturan itu memang diperuntukkan hanya bagi anak pintar atau sekolah itu
> > yang membuat anak pintar?
> >
> > Seharusnya, kata Sinto, sekolah-sekolah itu hanya menilai sejauh mana
> > kesiapan anak memiliki kemampuan membaca. Caranya, dengan menilai
> > kemampuan persepsi visualnya. "Apakah bisa membedakan bentuk? Kalau ia
> > memiliki kemampuan persepsi visual yang bagus, maka ia memiliki
kemampuan
> > membaca," jelasnya.
> >
> > Memang, tes seleksi calon siswa SD di satu sisi positif. Namun, di sisi
> > lain orang tua sering terjebak dengan pemaksaan agar anaknya bisa masuk
> > sekolah favorit. Kalau sudah begini kondisinya, anak pun seakan menjadi
> > bulan-bulanan ambisi! Dan, itu tidak sehat!
> >
> > Tri Agus
> > *********
> > Kunjungi website saya :
> > <http://www.bearbookstore.com/members/triagus/index.html>
> >
>
>
> >> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik,
http://www.indokado.com/
> >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>



>> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke