Aturan ketat keur TNI?..... kade ah ulah ketat teuing bisi pegat.
Lamun geus pegat pan porosot nolol...leuwih cilaka tur kawiwirangan.
Matak era kasarerean, tong boro jalmana, dalah anu ninggalina oge pan
kaeraan.
Bangsa urang mah teu butuh aturan..... daek salamet! Sabab tong
boro-boro TNI anu boga hak khusus (istimewa), dalah sipil oge sok asa
istimewa lamun geus bisa kaluar (moncor) tina aturan. Sedengkeun pan
manusia mah pang resepna teh lamun disebut istimewa. Matak maning oge
tong make aturan ngarah euwuh jalma anu ngrempak jeung moncor tina
aturan....... Atuh manusia bakal sangeunahna? ah moal aya da standar
anu disebut sangeunahna jeung teu sangeunahna oge euweuh? Atuh bakal
silih aniaya jeung silih tindes? Ah aya aturan oge pan silih aniaya
jeung silih tindes... naon bedana.....

Hirup mah maning tosng make aturan, sabab syetan jeung iblis karesepna
ngagoda manusia supaya kaluar tina aturan; tah lamun aturanana
euweuh... maranehna (syetan jeung iblis) bakal bingung....
paling-paling engke maranehna bakal mikir jeung usaha satekah polah
ngaganggu manusia supaya nyieun aturan.... lamun hasil engke maranehna
bakal ngaganggu deui supaya manusia kaluar tina aturan anu dijieunna...

Bingungnya? sarua.......

AG/bdg









--- In Baraya_Sunda@yahoogroups.com, "Rahman" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Atur Ketat Hak Pilih TNI
> 
> Bukan Soal Waktu, tetapi Kesiapan TNI
> 
> Jakarta, Kompas - Tentara Nasional Indonesia tidak lagi punya wakil di
> parlemen sehingga sebagai warga negara anggota TNI mestinya punya hak
> pilih. Namun, prasangka terhadap TNI ternyata belum hilang. Sejumlah
> pengamat masih khawatir atas hak pilih itu sehingga menuntut aturan
ketat.
> 
> Pengamat politik Arbi Sanit malah menyatakan, TNI masih punya kemauan
> kuat untuk masuk politik. Karena itu, geraknya harus dipersempit dan
> jangan diberi peluang untuk menggunakan hak suaranya dalam Pemilu
> 2009. "Hak pilih bagi militer bukan merupakan hak dasar, tapi hak
> tambahan. Sebab militer punya hak-hak tambahan lain yang tak dimiliki
> warga, yaitu memegang senjata dan membunuh orang secara sah," ujarnya,
> Jumat (17/2).
> 
> Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hermawan Sulistiyo
> bersikap lebih lunak. TNI harus diberi waktu transisi sambil melihat
> penerapan aturan main yang ketat. "Katakanlah dalam waktu setahun
> dilihat, apakah ada pelanggaran? Kalau ada, tahun 2009 tak bisa ikut
> memilih," ujarnya.
> 
> Ketua Badan Pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)
> Munarman menilai pemberian hak pilih bagi prajurit TNI baru bisa
> dilakukan setelah ada kepastian TNI menyelesaikan agenda reformasinya,
> seperti penghapusan sistem pengamanan teritorial dalam komando
> teritorial, jaminan adanya supremasi dan kontrol sipil atas militer,
> penertiban bisnis militer, dan reformasi peradilan militer.
> 
> Akan tetapi, Wakil Ketua Komisi I DPR Yusron Ihza menyatakan, selama
> 30 tahun tentara menjadi alat kekuasaan. Karena itu jika hak-hak
> pilihnya dipulihkan, harus dibuktikan dulu bahwa tentara lebih baik.
> "Ini bukan percobaan di laboratorium sehingga bila gagal rakyat yang
> jadi korban. Idealnya, TNI baru ikut memilih tahun 2014," katanya.
> 
> Peneliti CSIS Edy Prasetyono meminta semua pihak tidak meributkan
> waktu yang tepat bagi anggota TNI memilih. "Kapan pun hak pilih
> diberikan tak masalah. Yang penting dampak negatifnya bisa dicegah
> melalui tata tertib pemilu. Misalnya melarang pencoblosan di kompleks
> militer atau pemakaian atribut militer dalam kampanye," ujarnya.
> "Masak mengatur personel TNI yang cuma 400.000 orang saja kita tak
> mampu, sementara pada pemilu lalu kita sanggup menangani ratusan juta
> pemilih," tambahnya.
> 
> Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Sutradara Gintings juga
> menyatakan, kapan hak pilih itu digunakan tergantung kesiapan TNI.
> "Dulu pada 2002 Panglima TNI Endriartono Sutarto meminta izin agar
> anggota TNI tidak menggunakan hak pilih untuk Pemilu 2004 dengan
> alasan belum siap. Jadi yang menentukan adalah kesiapan TNI sendiri
> dan sejauh mana TNI melaksanakan reformasi internalnya," ujarnya.
> 
> Namun, rekan separtainya Tjahjo Kumolo melihat hak pilih TNI merupakan
> strategi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk Pemilu 2009,
> mengingat Partai Demokrat kecil kemungkinannya meraih suara signifikan.
> 
> Effendy Choirie dari Fraksi Kebangkitan Bangsa justru menyatakan TNI
> harus siap menggunakan hak pilih pada 2009 karena itu merupakan amanat
> TAP MPR tahun 2000. Namun, yang penting mentalitas komandan, kepala
> staf, dan panglima TNI sudah siap. "Problem tentara terletak di
> komandannya, bukan prajurit. Yang punya kepentingan itu komandan,"
> katanya.
> 
> Mantan Kepala Staf Teritorial TNI Letjen (Purn) Agus Widjojo juga
> mengemukakan, prajurit TNI sebagai warga negara tidak bisa
> dikecualikan dalam proses menyalurkan aspirasi politiknya. Karena itu,
> sudah saatnya pada Pemilu 2009 prajurit TNI bisa mendapatkan hak
> pilihnya. Untuk menghilangkan kekhawatiran atas dampaknya, perlu
> diatur dalam perundang-undangan.
> 
> Mantan Gubernur Akademi Militer Mayjen TNI (purn) Noor Aman juga
> menyatakan, masyarakat wajib khawatir terhadap hak pilih anggota TNI,
> namun tak perlu berkembang menjadi rasa takut. "Masa transisi sudah
> diberikan pada 2004-2005. Jadi, kalau sudah siap untuk 2009 kenapa tak
> diberikan?" katanya. (idr/DWA/sut/BUR)
>






http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/

[Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to