Warga Miskin Bertambah Miskin Biaya Masuk Sekolah Picu Inflasi Juli
Palembang, Kompas - Kemiskinan di Sumatera Selatan hingga Maret 2007 semakin mengkhawatirkan, karena Badan Pusat Statistik Sumsel mencatat tingkat keparahan kemiskinan di provinsi lumbung energi ini makin meningkat. Hal itu mengindikasikan bahwa penduduk miskin di daerah ini justru bertambah miskin. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan Haslani Haris di Palembang, Rabu (1/8), mengatakan, indeks kedalaman kemiskinan naik dari 3,23 pada Juli 2006 menjadi 3,85 pada Maret 2007. Sementara itu, pada periode yang sama, indeks keparahan kemiskinan naik dari 0,86 menjadi 1,14. Sedangkan jumlah penduduk miskin di Sumsel mencapai 1,33 juta jiwa atau 19,15 persen dari jumlah penduduk. Di Jambi, indeks kedalaman kemiskinan di perkotaan menunjukkan angka 3,08. Indeks ini menunjukkan kesenjangan kemiskinan di perkotaan jauh lebih tinggi ketimbang di pedesaan yang mencapai 1,31. Sedangkan BPS Lampung memastikan jumlah penduduk miskin di Lampung per Maret 2007 naik sebesar 22,19 persen dari Juli 2005. Pada Juli 2005 tercatat jumlah penduduk miskin di Lampung sebesar 1,572 juta jiwa, sementara pada Maret 2007 tercatat sebesar 1,660 juta jiwa. Kepala BPS Sumatera Selatan Haslani Haris mengatakan, bertambahnya indeks keparahan kemiskinan dan indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin jauh di bawah garis kemiskinan. Selain itu, jurang pengeluaran penduduk miskin semakin melebar. Kemiskinan penduduk yang meningkat tersebut menunjukkan semakin sulitnya penduduk miskin untuk memenuhi kebutuhan minimum, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Sementara itu di Kalimantan Timur, yang merupakan provinsi kaya, ternyata jumlah penduduk miskinnya justru bertambah dari 299.100 jiwa pada Juli 2005 menjadi 324.800 jiwa pada Maret 2007. Menurut Kepala BPS Kaltim Eri Hastoto, pertambahan tersebut antara lain dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak per Oktober 2005 serta masuknya penduduk baru ke Kaltim. Kenaikan harga BBM memicu kenaikan harga barang dan jasa. Di sisi lain, pendapatan masyarakat cenderung tetap sehingga warga tidak mampu membeli barang kebutuhan sehari-hari dan jatuh miskin. Faktor lainnya adalah pertambahan penduduk. Pertambahan alami berupa kelahiran sebesar 1,2 persen per tahun ditambah kedatangan penduduk baru sebesar 2,77 persen per tahun. Hanya saja, kata Eri, penduduk baru banyak yang kurang terampil sehingga sulit memperoleh kerja dan jatuh miskin. Untuk itu, kebijakan pemerintah diperlukan. Penduduk miskin yang terampil tetapi belum bisa berusaha karena tak punya modal perlu dibantu. Pemerintah juga perlu menciptakan lapangan kerja baru. Biaya pendidikan Pengumuman BPS yang dilakukan secara serentak di berbagai daerah, kemarin, juga menyebutkan, pengeluaran warga untuk kebutuhan sekolah dan perlengkapan pendidikan memicu kenaikan inflasi di Samarinda, Kalimantan Timur, dan Pontianak, Kalimantan Barat. "Kebutuhan sekolah memicu kenaikan harga," kata Eri Hastoto di Samarinda, Rabu (1/8). Di provinsi itu, andil terbesar terhadap kenaikan inflasi adalah kenaikan kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,32 persen, disusul bahan makanan 0,29 persen. (WHY/BRO/HLN/LKT/ITA)