Kamis 14 Februari 2008, Jam: 10:29:00   
JAKARTA (Pos Kota) – Tergiur menjadi penyanyi di Malaysia, enam cewek
asal Indonesia malah terjerumus ke lembah hitam. Mereka disekap,
dijadikan budak seks dan dipaksa melayani 200 lelaki hidung belang
dari hotel ke hotel.

Cewek-cewek berusia sekitar 20 tahun ini tak bisa lepas dari
cengkeraman `bapak ayam', sebutan germo di Malaysia. Mereka disekap di
sebuah kondomonium di daerah Ciras, Malaysia, sedangkan paspor ditahan
sejak mereka tiba di negeri jiran ini.

Bahkan para perempuan muda ini juga terlilit utang sebesar 5.000
Ringgit Malaysia (RM) dan tak akan lunas meski sudah melayani 200
tamu. Bayaran 168 RM dari tiap tamu semua diserahkan kepada AL, si
tauke alias `bapak ayam'. Mereka hanya menerima 40 RM atau sekitar Rp
100 ribu.

Enam wanita korban mafia pelacur Indonesia-Malaysia ini berhasil
dibebaskan Satgas KBRI dipimpin LO (Liasion Officer) Polri, Kombes Pol
Setyo Wasisto di Hotel Malaya, Kuala Lumpur. Cewek-cewek ini kemudian
dipulangkan ke Indonesia menumpang pesawat KLM dan tiba di Bandara
Soekarno Hatta, Rabu (13/2) petang 17:30.

Dengan wajah menunduk dan ditututupi kerudung, para korban
masing-masing Rn,21, Lp,21, Sp,20, A,20, Tsr,27, dan Sa,25, dikawal
oleh Setyo Wasisto, Susapto dari KBRI dan petugas lainnya.

Tak sepatah kata pun keluar dari mulut mereka, enam perempuan ini
langsung masuk mobil dan dibawa ke Bareskrim Mabes Polri. Enam wanita
ini berasal dari Jakarta, Surabaya dan Bandung.

"Dari keterangan para korban ini, masih banyak perempuan lainnya asal
Indonesia yang disekap dan dijadikan PSK, kami segera menyelidikinya,"
ungkap Setyo Wasisto yang dihubungi Pos Kota tadi malam.

Selama berbulan-bulan dipaksa melacur, setiap hari mereka bekerja
selama 12 jam mulai Pk. 18:00-06:00. Dari kondomonium mereka dijemput
oleh kaki tangan germo lalu dibawa ke hotel untuk melayani tamu.

Sejumlah hotel yang biasa menjadi tempat melayani tamu antara lain
Hotel Malaya, Hotel Alson Genesis, Hotel Pudu Raya dan Hotel Nova
Kuala Lumpur. Selain di Kuala Lumpur, para pelacur asal Indonesia
banyak tersebar di daerah Kinabalu dan Tawau.

JANJI JADI PENYANYI
Para perempuan asal Indonesia yang tergiur meraup rezeki di luar
negeri kerap menjadi korban perdagangan manusia. Mereka umumnya
tertipu karena dijanjikan akan menjadi pelayan restoran dan cafe
dengan gaji tinggi.

"Enam korban ini awalnya dijanjikan jadi penyanyi dan pelayan. Semua
dokumen diurus oleh orang yang memberangkatkan dari Jakarta," jelas
Susetyo. Mereka berangkat Desember 2007 pakai visa kunjungan penyanyi
dengan honor 4.000 RM. Semua biaya keberangkatan ditanggung oleh Ir
alias Am, sindikat di Jakarta yang tinggal di kawasan Mangga Besar,
Jakbar.

Sampai di Bandara KLIA Malaysia cewek-cewek ini dijemput oleh kaki
tangan si `bapak ayam' lalu dibawa ke kondomonium sementara dokumen
mereka dipegang oleh si germo. Sampai di kondomonium mereka di sekap,
pintu dikunci dari luar dan dipaksa melacur.

Uang hasil melacur tak akan menutup utang sebesar 5.000 RM meski sudah
melayani ratusan tamu. Ini karena mereka masih dibebankan biaya makan,
kosmetik, pakaian, bahkan tempat tinggal di kondomonium itu tidak gratis.

"Bertahun-tahun mereka jadi PSK utang itu tak terbayar," jelas
Susetyo. Salah satu korban mengaku sudah melayani sekitar 200 tamu
namun utang

Sindikat pelacur Indonesia-Malaysia ini terbongkar setelah Rn, salah
satu korban tertangkap Polisi Diraja Malaysia yang menggelar razia di
hotel-hotel. Rn lalu ditahan, setelah itu diserahkan ke KBRI. Kepada
petugas di KBRI ia mengaku dipaksa melacur.

Pihak Polda Metro Jaya kini masih memburu Ir, sindikat yang ada di
Jakarta. Polisi sempat mendatangi tempat tinggalnya di Mangga Besar,
Selasa (12/2) malam namun ia tak ditemukan.

Mabes Polri juga bekerjasama dengan Polisi Diraja Malaysia untuk
mengusut kasus trafficking (perdagangan manusia) ini. 

Kirim email ke