Saturday, March 1, 2008
Kuliner 47 - Nasi Bancakan, Bandung

Kalau Resto "Bumbu Desa" sukses mengusung slogan masakan kampung masuk
kota dengan tempat makan yang modern, di Bandung sekarang muncul rumah
makan sunda yang bener-bener "kampungan". Tidak hanya makanan yang
menonjolkan cita rasa Sunda jaman dulu, seluruh suasana dan interior
juga disetting sangat "kampungan". Suasana ini langsung menyergap kita
ketika kita menginjakkan kaki masuk ke restoran ini. Mang Barna, salah
satu pemilik resto ini selain Bi Oom, dengan pakaian "kebesarannya"
dengan ramah akan menyapa kita di pintu depan. Dinding restoran tidak
dihiasi oleh lukisan atau poto-poto artistik, tetapi ditempeli
berbagai poster mulai dari poster india, band-band indonesia masa
kini, dangdut, rolling stone, dan lain-lain. Poster-poster ini
diseling dengan lukisan pemandangan yang memperkuat image kampungan
yang sedang dibangun. Wajah Bung Karno juga muncul dalam kalendar yang
dipasang di dinding. "Anu penting mah, aya gambar na pak SBY pamingpin
urang jeung wakil na cep" (yang penting ada gambar Pak SBY, pemimpin
kita dan wakilnya, Mas), " ujar mang Barna pada Jurnal Indonesia
mengenai poster-poster yang dipajang di warungnya. Memang beliau tidak
lupa memasang poto pemimpin kita, pernah anda perhatikan berapa banyak
tempat makan yang memasang poto presiden RI? :)) Jadi, dimana kita
bisa menemukan resto yang unik ini?

Nasi Bancakan, demikian nama "warung" ini. Berlokasi di Jl. Trunojoyo
no. 62 Bandung, bersebelahan dengan resto Sambara, berjarak sekitar
300 meter dari Gedung Sate. Makanan yang disajikan di Nasi Bancakan
ini tentunya khas sunda, tetapi dengan beberapa pilihan masakan unik
jaman baheula, yang jarang ditemuin di tempat lain. Selain makanan
standar seperti ayam goreng, sayur asem, perkedel, aneka pepes dan
lain-lain, kita juga bisa menemukan makanan yang mungkin terdengar
asing bagi sebagian orang, sebut saja ceos kacang merah, gejos cabe
hejo, hampas kecap, tumis lember, tumis kadedemes, tumis suung dan
masih banyak yang lain. Untuk nasi, kita bisa memilih Nasi Liwet atau
Nasi Daun. Harga? Relatif sangat terjangkau, mulai dari 500perak
(krupuk aci) sampai 7000perak (cumi oli). Rata-rata 5000perak lah...

Oh iya, makanan-makanan tersebut disajikan dalam "baskom" seng putih
dengan corak bunga-bunga, oldies banget lah. Tidak cukup dengan itu,
kita pun akan memakan makanan itu diatas piring seng dan gelas seng
yang mungkin sekarang udah gak ada yang jual lagi. Acung dua jempol
untuk totalitas dalam membangun image kampungan di resto ini.

Buat minum saya pilih Es Kopi Nyereng (1500perak). Kopi hitam dengan
susu kental manis, dibanjur air soda dan es. Rasanya? bener2 unik,
saya belum pernah menemui tempat makan yang menyajikan menu itu. Atau
bisa juga pilih Bandrek, minuman khas sunda berbahan dasar jahe.
Hangatnya sampe ke badan.

Dan untuk dessert, tersedia kue balok. Apa itu? Kue jadul yang mirip
dengan pukis, tetapi uniknya dimasak dengan arang (atas dan bawah),
kehangatan dan kematangannya merata di seluruh kue. Gak usah banyak
cerita, langsung aja meluncur ke warung Nasi Bancakan, dan anda akan
menemukan sensasi tersendiri. Tapiiii (mengutip spanduk yang
terpampang besar di ruang tengahnya), "Omat... lamun dahar lima ulah
ngaku hiji, da Gusti mah Maha Uninga, sing karunya ka emang, hehehe"
(Ingat... kalau makan lima jangan bilang satu, Tuhan Maha Mengetahui,
kasihan dong sama Mang Barna, hehehe)

Citation: 
http://www.banyumurti.net/2008/03/kuliner-47-nasi-bancakan-bandung.html

Reply via email to