Opini kritis ti Akmal Sjafril (http://multiply.com/gi/akmal:journal:681)
Baktos, Dian Ketika Kebenaran Tidak Lagi Dianggap Signifikan<http://multiply.com/gi/akmal:journal:681> Entah berapa ribu tahun yang lalu, Allah SWT mengungkapkan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia sebagai *khalifah* di Bumi. Keputusan ini dianggap mencengangkan bagi sebagian pihak, terutama para malaikat yang tak putus memuji dan mensucikan nama-Nya, sedangkan mereka tahu persis bahwa manusia akan saling menumpahkan darah di Bumi. Tidak berapa lama kemudian Allah menciptakan Nabi Adam as. dan mengajarkannya pengetahuan yang membuat para malaikat menarik kembali protesnya itu. Nabi Adam as. – dengan pengetahuannya itu – membuktikan bahwa dirinya memang pantas menjadi * khalifah* Allah SWT di Bumi. Kalau Anda membuka-buka *mushaf*, dengan 2-3 kali membalik lembaran halamannya saja Anda akan langsung menemukan kisah yang saya ceritakan di atas. Perlu dijadikan catatan tersendiri di sini bahwa Allah SWT tidak pernah membantah protes para malaikat secara langsung. Artinya, memang ada hal-hal yang tidak diketahui oleh para malaikat (perihal kehendak Allah dalam penciptaan manusia), namun malaikat pun tidak 100% salah ketika mengatakan bahwa manusia akan saling menumpahkan darah di muka Bumi. Pernyataan yang satu ini sudah terlalu banyak bukti empirisnya. Bersama dengan manusia, diciptakan pula fitrahnya untuk selalu cenderung pada kebenaran. Fitrah adalah sifat dasar yang dimiliki secara merata oleh setiap manusia. Melanggar fitrah adalah suatu tindakan yang sangat dimungkinkan, namun juga sangat tidak taktis-strategis. Selain karena dinilai sebagai sebuah perbuatan dosa, ia hanya akan menyiksa manusia itu sendiri. Dalam dunia yang sedang dibikin liberal ini, orang praktis boleh berbicara apa saja. Yang penting jadi diri sendiri, menyuarakan apa yang ada di dalam hati. Padahal, selain fitrah yang suci, di dalam hati pun bersemayam hawa nafsu. Tapi ideologi sekuler tidak membeda-bedakan suara hati, sebagaimana agama pun dipukul rata semua. Kebenaran dibuat KO dan tak berdaya sedikit pun. Kebenaran adalah hal yang tidak signifikan, karena sebagian penduduk dunia kini semakin ragu apakah kebenaran itu memang ada. Di dunia *game*, kebenaran sudah lama ditinggalkan. Banyak *game* komputer yang sudah tidak lagi peduli pada kewajibannya untuk mengedukasi anak-anak. Jika dulu kita selalu bermain sebagai tokoh pembela kebenaran, sekarang justru sebaliknya. Ada *game* menjadi mafia, ada *game* yang karakter utamanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, dan entah berapa * game* dengan latar belakang Vietnam yang menanamkan sugesti seolah-olah AS berada di pihak yang benar (dan menang). Bicara soal kebenaran sudah tidak lagi laku. Yang benar dan yang salah itu tipis bedanya, atau bahkan tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah. Demokrasi ala masyarakat barbar telah membuat segalanya menjadi kabur. Narkoba – dalam dosis tertentu – telah dilegalkan di Belanda. Minuman keras sudah lama dianggap sebagai kawan sejati manusia di Barat. Pelacuran yang dilarang keras hanyalah yang tidak resmi terdaftar. Boleh berjudi asal sebagian keuntungan bandar disalurkan ke pemerintah. Tidak boleh membuat film seronok kecuali kalau disertai label "untuk 17 tahun ke atas", walaupun semua orang tahu bahwa remaja dengan usia di bawah itu juga bisa bebas mendapatkannya. Mungkin tidak semua orang yang memperjuangkan sekularisme dan liberalisme tahu seperti apa dunia yang sedang mereka bentuk. Inilah akibatnya kalau hidup terlalu 'sibuk' ; bangun pagi langsung pergi kerja, setelah itu ke *night club*, jojing sampai pagi buta, pulang dalam kondisi kelelahan (atau mabuk), langsung tidur, dan besoknya bangun pagi untuk kembali ke kantor. Tidak ada waktu untuk merenung, dan memang dengan sengaja tidak merenung. Merenung itu kolot, katanya. *Just do it!*, kata iklan. *Express yourself*, *have fun go mad*, dan entah apa lagi slogannya. Sejak saya 'melebarkan sayap' ke Facebook, saya langsung tertarik dalam dunia iThink. iThink adalah salah satu aplikasi di Facebook di mana setiap orang bebas menuliskan opininya, kemudian orang lain pun bebas memilih untuk setuju atau tidak setuju padanya. Aplikasi yang satu ini saya anggap saya jadikan tempat observasi khusus untuk mengamati bagaimana orang-orang Barat menyatakan pendapatnya dalam berbagai hal. Ternyata di dunia yang modern dan – konon – sekuler ini pun, agama masih merupakan isu utama. Yang saya temukan di iThink adalah pertempuran antara dua ideologi besar : Islam dan non-Islam. Saya sebut 'non-Islam', karena sebenarnya ia merupakan gabungan dari berbagai ideologi, dengan atheisme sebagai kekuatan intinya. Atheisme sendiri adalah ideologi yang 'serba mentah'. Tidak ada konsep yang tegas, yang ada hanyalah kebencian terhadap agama yang diumbar-umbar dengan berbagai cara. Apa yang terjadi di iThink adalah musibah moral yang merupakan takdir bagi bangsa-bangsa yang memutuskan untuk menjadi sekuler-liberal ; tidak ada aturan yang bisa dipegang dengan mantap. Setiap hari kita bisa menemukan opini yang sangat mencengangkan. Beberapa hari yang lalu saya menemukan opini yang kurang lebihnya berbunyi, "*Death is not a big deal*". Mereka bahkan sudah berani meremehkan kematian, meskipun pada kenyataannya tak ada seorang pun diantara mereka yang berani menantangnya. Ada yang mengatakan bahwa jika perajaman dilegalkan bagi pezina di negerinya, maka ia pasti sudah tertimbun segunung batu. Ada yang mengatakan bahwa penghargaannya terhadap perempuan hanyalah sebatas pada kenikmatan duniawi (anehnya, kaum feminis tidak bertindak keras pada opini semacam ini). Baru-baru ini saya menemukan orang yang berpendapat bahwa selingkuh seharusnya tidak dianggap sebagai perbuatan buruk. Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa hubungan seks dengan binatang tidak ada salahnya sama sekali. Inikah wajah dunia yang akan diwariskan pada anak-anak kita? [Non-text portions of this message have been removed]