Keris Berpamor Besi Meteorit
Jumat, 29 Agustus 2008 | 13:19 WIB

Oleh Jimmy S Harianto

BENDA angkasa yang jatuh dari langit jika masih tersisa di atas bumi
dianggap sebagai benda ampuh. Tak heran, jika benda yang pernah
melewati jarak ribuan, bahkan jutaan kilometer dan nyaris terbakar
habis ketika memasuki atmosfer bumi ini, lalu dipakai oleh orang masa
lalu sebagai bahan pembuat pamor keris.

Tergerak oleh cerita bahwa keris-keris tua pada masa lalu ada yang
menggunakan bahan pamor dari "benda langit yang gaib" meteor, maka
Ferry Febrianto—penggemar keris yang kebetulan seorang
insinyur—menjelajahi dunia maya, berkomunikasi dengan komunitas
kolektor meteor, dan membolak-balik buku kepustakaan tentang benda
langit meteor lebih dari tiga tahun.

Intinya, dia ingin membuat keris dengan bahan pamor meteor sungguhan.
(Pamor adalah guratan motif yang muncul dari hasil lipatan besi yang
ditempa, biasanya beda warna). Meteor yang nyata-nyata bersertifikat
dan ia tahu persis apa jenisnya, tempat jatuhnya, serta
karakteristiknya.

Selama ini orang percaya bahwa pada masa lalu banyak keris tua memakai
bahan pamor besi meteor yang jatuh di Prambanan pada abad ke-19. Akan
tetapi, kesulitannya, "meteor" jenisnya apa ini dan sebenarnya kapan
persisnya benda langit itu jatuh di wilayah Prambanan, tak ada catatan
ilmiahnya. (Sisa-sisa bongkahan yang ada sekitar 15 kg dan dipercaya
sisa meteor Prambanan itu masih disimpan, dikeramatkan di Keraton
Surakarta dengan julukan Kanjeng Kiai Pamor).

Karena batu pamor yang bersertifikat nilainya mahal, Ferry pun mencari
kawan untuk menanggung bersama biaya eksperimen "keris berpamor
meteorit" ini. Jatuhlah pilihan kepada sesama penggemar keris yang
berbeda profesi dengannya. Mereka adalah Dr Dharmawan Witjaksono SpPD
(dokter) dan Dipl Ing Stanley Hendrawidjaja Arch (arsitek).

"Harga besi meteor di tangan kolektor sekitar 2 dollar AS (hampir Rp
20.000) per gram," ujar Ferry. Sekitar 100 gram besi meteor, menurut
Ferry, bisa dipakai untuk bahan pamor tiga keris. Meteor itu ia pesan
via internet melalui kolektor meteor, Jack Lacroix. Ada tiga keping
besi meteorit bersertifikat yang akan dipakai (jenis kamasite,
kategorinya coarse atau kasar), seberat sekitar 600 gram. Besi
meteorit berasal dari meteor yang jatuh di Campo del Cielo, Argentina.

"Menurut info dari James Hroulias (ahli metalurgi yang juga ahli tempa
besi bersertifikat dari AS), menempa besi meteorit merupakan proses
berisiko tinggi, dengan tingkat kegagalan mencapai 9 dari 10 kasus,"
tutur Ferry. Menurut James yang ahli pembuat pisau, besi meteorit
kalau dipijar dan ditempa begitu saja akan hancur berantakan.

Karena itu, Ferry berkonsultasi dengan seorang empu keris
berpengalaman—yang pernah menjadi empu Keraton Surakarta, Empu Pauzan
Puspasukadgo dari Solo. (Seorang penggemar keris dari Australia, Alan
Massey, pada tahun 1996 pernah melakukan eksperimen ini, memesan keris
dengan bahan besi meteorit yang ia bawa. Keris berpamor meteorit ini
kemudian digarap oleh empu muda, Yohannes Yantono, di Palur,
Solo—lihat Kompas, Selasa, 20 Agustus 1996).

Harus "ditapih"

Inilah sebuah teknologi tempa, yang mungkin dulu juga dipakai oleh
empu-empu kita pada masa lalu. Supaya lempengan besi meteorit tidak
hancur berantakan, lempeng-lempeng besi meteor itu harus "ditapih".
Maksudnya, lempeng-lempeng meteor itu dibungkus besi, baru kemudian
dipijar di bara api arang kayu jati—lebih dari 1.000 derajat
Celsius—lalu ditempa.

"Tapih" adalah kain sarung, yang biasa dipakai untuk membungkus bagian
bawah badan manusia tradisional Jawa. Teknik tempa "menapih" seperti
kain sarung inilah yang dipakai (Empu Solo) Daliman dan tiga panjaknya
(pembantu tempa) untuk membuat bahan pamor dari meteor Argentina itu.

Bakalan saton (tempaan lempeng besi yang sudah mengandung bahan pamor
meteorit) kemudian dikirim ke Haji Shaleh di Sumenep, Madura. Garapan
keris dilakukan seorang pembuat keris muda Madura, M Jamil.

Dari 300 gram bahan besi meteorit Campo del Cielo (separuh dari
keseluruhan 600 gram), jadilah sembilan bilah keris dengan berbagai
motif pamor, menurut pilihan Ferry, Dharmawan, maupun Stanley. Nama
keris pun dimiripkan dengan asal besi meteorit itu, "kanjeng kiai
kampuh".

Mengapa dipilih bahan meteorit yang "kasar"? Menurut Ferry, justru
meteor yang tidak halus (fine) biasanya menampakkan kristal dengan
pola "motif meteor" (istilah khas bagi meteor adalah Widmanstaten
pattern) yang lebih indah. Semakin bagus pola Widmanstaten-nya besi
meteor, semakin unik pula nanti jadinya jika muncul di dalam pamor.
Gradasi warnanya tak terduga, lebih menarik daripada sekadar pola
gemerlap datar dari bahan nikel.

Nilai nonbendawi

Orang Jawa memang suka dengan hal-hal gaib, terkadang di luar akal,
dan mengaitkannya dengan kenyataan hidup sehari- hari. Seperti pamor
keris dari bahan meteor, mengapa dulu laris dipakai untuk bahan keris
pesanan para raja?

Selain kelangkaan bendanya, juga dipercaya benda yang jatuh dari
langit "memiliki tuah yang gaib". Wahyu pun—legitimasi spiritual untuk
simbol keabsahan sebuah tindakan pada masa lalu—juga sering
dikait-kaitkan dengan hal-hal "dari langit".

Tak heran pula, jika dari sisa- sisa bongkahan besi meteor Prambanan,
kemudian dijadikan semacam pusaka. Ditaruh di sebuah tempat
khusus—semacam kandang atau kurungan—dan dikeramatkan sebagai pusaka
Kanjeng Kiai Pamor di Keraton Surakarta Hadiningrat.

"Tadinya kami ingin memakai bahan dari Kanjeng Kiai Pamor. Akan
tetapi, karena tidak memiliki akses, lebih baik kami mencari besi
meteorit dari luar negeri, melalui internet," tutur Ferry pula, yang
mengaku kini kembali melakukan eksperimen berikut: apakah pamor
meteorit itu juga bisa diukir (karena begitu kerasnya)....

"Semua proses kali ini akan kami lakukan di Solo, dari menempa bahan
sampai penyelesaian kerisnya," kata Ferry pula.

Apa yang dilakukan Ferry dan kawan-kawan ini ternyata membangkitkan
keinginan serupa di kalangan orang muda lainnya yang menyukai keris.
Jangan heran, jika pada masa datang ini, orang akan ramai "berburu"
besi meteor. Entah langsung ke lokasi di berbagai pelosok Jawa, atau
di dunia maya.

Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/29/13191868/keris.berpamor.besi.meteorit

------------------------------------

http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/
http://barayasunda.servertalk.in/index.php?mforum=barayasunda


[Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea]Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke