> > Hiji hal anu jelas, dina tv LOBA teuing runtah na. Katambah pangaruh > tv gede teuing deuih. Tapi, mun urang na bisa ngariksa, tv teu perlu > jadi tolovisi, pan loba acara anu hade oge! ;)) >
Hmmm... tololvisi teh alat anu canggih jang ngabobodo rahayat. Pangusaha jeung para politikus geus migunakeun ieu intrumen kalawan jitu. Kang Obama ge teu petot2 ngucurkeun dana jang ngabobodo rahayat lewat tololvisi. Di Itali, juragan Berlusconi ge pan ngarangkep jadi juragan tolovisi. Sukses politik Kang Berlusconi nyambung jeung sukses imperium media na. Kumaha cara na ngabendung pangaruh TV sangkan teu jadi alat ngabobodo rahayat? Ceuk kuring mah kudu diimbangan ku sikep KRITIS ti masyarakat sorangan. Kumaha carana sangkan masyarakat urang bisa kritis? Kudu dipikiran babarengan. Bangsa urang anu boga mind set partriarkal rada hese sina boga sikep kritis. Sikep urang anu "KUMAHA CEUK ANU DIBENDO"kudu geuwat dirobah. Ngan heseeeeeee...... sigana mah! :((( R 09 November, 2008 - Published 16:10 GMT Email kepada teman Versi cetak Meraih suara dari gelombang televisi A Marzuq Produser BBC Siaran Indonesia Iklan politik PKS memilih momen sumpah pemuda Iklan politik PKS memilih momen sumpah pemuda Hari-hari ini pemirsa televisi di seluruh nusantara semakin sulit menghindar dari iklan politik semacam ini. Ada yang memunculkan orang yang namanya sudah sering terdengar, meski dengan kendaraan politik baru. Atau, orang-orang yang dipilih sebagai representasi warga pemilih yang dibidik parpol pemasang iklan. Pemilihan umum masih lima bulan lagi, tapi tampaknya dalam kalender politisi, setiap menit sangat berarti bagi para politisi dan parpol. Mereka berlomba untuk muncul di media massa dengan pesan masing-masing pada hampir setiap peristiwa publik, seperti ibadah puasa peringatan proklamasi. Muhammad Asfar, yang dosen ilmu politik pada Universitas Airlangga, Surabaya, mengatakan, iklan beberapa parpol kini memiliki target yang spefisik. Simak Paket Minggu tentang iklan politik di televisi Namun, hingga lima bulan menjelang pemilu 2009, menurut Asfar, sebagian besar iklan masih bersifat memperkenalkan diri atau mencari popularitas, belum menyodorkan program dan belum memproyeksikan citra calon yang bersangkutan. Menyodorkan citra dan mengemas program, kini menjadi urusan yang semakin sulit, kata sebagian pakar komunikasi. Salah satu sebabnya adalah semakin banyak calon pemilih kecewa dengan janji-janji calon yang diusung parpol dalam pemilihan sebelumnya, termasuk pilkada. Menurut pengamat komunikasi Profesor Muhammad Budiatna, isi program yang realistis sangat menentukan efektivitas setiap iklan politik. Gencar beriklan Partai Gerakan Indonesia Raya, Gerindra, termasuk barisan parpol yang gencar menayangkan iklannya di layar televisi. Para pengurus dan pendukung Gerindra mengusung mantan Komandan Jenderal Kopassus Prabowo Subianto ke bursa pemilihan presiden 2009. Iklan Partai Gerindra memproyeksi sosok Prabowo Subianto Iklan Partai Gerindra tampilkan sosok Prabowo Subianto Menurut sebuah survey baru-baru ini, iklan Gerindra di televisi berhasil mendongkrak popularitas parpol baru tersebut. Partai-partai yang lebih senior juga tidak sibuk menampilkan advertensi politik di layar kaca. Mereka adalah Partai Demokrat-nya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Partai keadilan Sejahtera. Seri pariwara politik terbaru PKS muncul di tengah peringatan sumpah muda baru-baru ini. Ketua badan urusan hubungan masyarakat Ahmad Mabruri PKS, Gerindra, dan parpol lain harus mengeluarkan dana dalam bilangan miliaran rupiah untuk iklan di televisi. Namun, masih ada pertanyaan tentang apakah investasi politik mereka akan efektif untuk merebut suara pemilih. Pengamat komunikasi Muhammad Budiatna berpendapat, ada banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi efektifitas iklan di televisi, termasuk pemirsa yang cenderung lebih tertarik dengan tayangan hiburan, bukannya iklan politik.