Hossain
Salahuddin Murtad 




oleh Hossain Salahuddin/Jamie Glazov

04 Mar, 2008 



Tamu Frontpage Interview hari ini
adalah Hossain Salahuddin, yang adalah seorang penyair,
penulis, dan murtadin yang telah mengarang beberapa buku. Dia adalah
editor majalah Maverick, yang mengutamakan tulisan sastra,
sekulerisme, dan rasionalisme. 

FP:
Hossain Salahuddin, selamat datang di wawancara FrontPage.


HS: Terima kasih atas sambutannya. Saya merasa sangat
terhormat berada di sini. 

FP:
Tolong ceritakan masa kecilmu dan bagaimana kau mengenal Islam.


HS: Aku lahir di tahun 1984, di keluarga Muslim di
Bangladesh. Keluargaku adalah Muslim kolot dan orangtuaku
benar2 menekankan agar aku sungguh2 belajar Qur’an bahkan sebelum
mereka memasukkanku ke sekolah. Mereka mendatangkan seorang Mullah
untuk mengajarku melafalkan Qur’an dalam bahasa Arab – dan aku
jadi sangat mahir melakukannya. Aku ingat bahwa aku mampu melafalkan
seluruh Qur’an dalam bahasa Arab tiga kali sebelum aku berusia 12
tahun tanpa mengerti sepatah kata pun artinya. Kalau aku mencoba
mengingatnya, kupikir isi Qur’an itu sangat mencekik dengan
berbagai aturan halal dan haram. Kau tidak boleh melakukan ini, kau
harus melakukan itu, dan peringatan terus-menerus: “Kau adalah
Muslim, jadi berlakulah sebagai Muslim.” 

Begitulah, aku
tidak begitu bangga dengan masa kecilku. Terdapat berbagai macam
kekangan agama di sekitar leherku dan ini sebenarnya mempengaruhi
hubunganku dengan anggota2 keluargaku. Meskipun demikian, aku dulu
tetap Muslim taat. Aku hanya tidak senang melakukan ibadah Islam.
Memang sewaktu kecil aku suka agak melawan, meskipun aku tidak lalu
besar menjadi seorang pemberontak. 

FP:
Apa yang membuatmu ragu dan akhirnya meninggalkan Islam? 

HS:
Sekitar usia 13 atau 14 tahun, aku jadi senang sekali menulis
karangan, terutama syair. Aku lalu mulai banyak membaca dan
menulis puisi. Aku ingat bahwa aku meminjam sepuluh buku dan
membaca semuanya satu per satu.. Sejarah, Sains, Filosofi, Agama,
Sastra, pokoknya segala jenis buku. Benar2 saat yang sangat
menyenangkan. Kuakui aku sedikit lebih dewasa dari usiaku, dan aku
benar2 menghargai bagian hidupku saat itu yang merupakan masa
pencerahan bagiku. Buku2 membuatku mampu berpikir dan menilai sesuatu
secara logis, untuk melarikan diri dari dunia yang penuh prasangka
dan kepercayaan2 takhayul. Buku membebaskanku secara sepenuhnya.
Mereka adalah sahabat sejatiku. 

TAPI keluargaku dan guru2ku
di sekolah tidak menyukai perubahanku. Guru2ku mulai memberiku
berbagai masalah. Mereka adalah Muslim2 kolot dan mereka tidak suka
tulisan2ku. Mereka bahkan melarangku menulis di majalah sekolah dan
ini benar2 mengecewakanku karena aku mungkin adalah satu2nya murida
yang pandai mengarang. Mereka terus-menerus mengingatkanku bahwa
Islam melarang penulisan puisi, musik, melukis, bergaul
dengan non-Muslim atau membaca buku2 tentang agama2 non-Islam,
dan ini semua benar2 membingungkanku. 

Lalu aku mencari jalan
keluar: membaca Qur’an dan Hadis dalam bahasa asliku.
Aku membaca Qur’an berulang-kali sambil tidak percaya dengan apa
yang kubaca. Aku mulai menandai ayat2 yang kupertanyakan dan menulis
komentar di sebelahnya. Aku heran, apakah ayat2 penuh kebencian
ini disebarkan dan dikhotbahkan di segala penjuru kotaku ? Aku
benar2 kaget. Kupikir mestinya terjemahannya yang salah. Tapi aku
kemudian mengumpulkan berbagai terjemahan Qur’an dari para ahli
Islam ternama. Ternyata berbagai terjemahan tersebut bermakna sama
dan ini membuatku benar2 kaget. Aku menghabiskan hampir dua tahun
masa hidupku di usia 9 dan 10 tahun untuk mencari jawaban. 

Di
usia 10 tahun, buku syair pertamaku diterbitkan dan di usia 11 tahun
aku benar2 yakin bahwa Islam adalah agama yang sangat sarat
kekerasan. Dengan membaca Qur’an dan buku2 Islam lainnya dalam
bahasa aslimu sendiri, maka kau akan mengalami dua hal: 

1.
Kau menjadi Muslim beringas yang dicuci otaknya oleh Islam dan siap
untuk menghabisi siapapun yang menentangmu;

2. Kau
meninggalkan Islam sama sekali dan menjadi orang sekuler merdeka.


Aku memilih yang nomer dua di usia yang sangat muda.


FP:
Apakah kau mengalami ancaman setelah murtad? Apakah keselamatanmu
masih terancam saat ini? 

HS: Well, aku tidak
meninggalkan Islam seketika, tapi prosesnya terjadi secara bertahap.
Kukira setelah aku berusia 12 tahun, aku secara sadar betul benar2
murtad. Beberapa sahabatku tahu akan pandanganku tentang Islam.
Sebagian dari mereka sangat kaget. Tapi aku murtad diam2 dan
tidak banyak orang sekitar yang tahu. 

Tentu saja aku khawatir
jika membuat warga Muslim mayoritas marah. Jadi yang kulakukan adalah
mengajukan banyak pertanyaan untuk menyampaikan pendapatku. Aku
melakukan ini berdasarkan apa yang dilakukan Socrates, dan ini
sebenarnya bisa sangat efektif. Aku mulai mempertanyakan Islam dan
ahadis dalam tulisan2ku dan karenanya aku jadi terbentur banyak
masalah. Meskipun aku punya beberapa sahabat yang sependapat
denganku, aku pun punya banyak musuh yang membenciku dan mengawasi
diriku. Tapi saat itu aku masih muda dan tidak terlalu peduli – aku
terus saja melakukan hal yang sama. 

Akhirnya kesabaran mereka
habis dan mereka menyerangku secara fisik
di suatu malam – aku beruntung sekali bisa lolos hanya dengan
luka2 kecil dan sedikit memar saja. Setelah kejadian ini, aku jadi
lebih berhati-hati, tidak banyak keluar rumah dan menulis di rumah
saja. Di tahun 2002, sebuah organisasi Islam menerbitkan sebuah buku
dan menyebutku sebagai Murtad-Nastik atau Kafir Murtad dalam
buku itu. Jadi sebenarnya aku tidak pernah mengumumkan diriku murtad
secara umum, tapi merekalah yang melakukan kehormatan itu bagiku.


Setelah itu aku bertekad meninggalkan Bangladesh dan di tahun
2003 aku pergi ke Australia sebagai mahasiswa. Tentang
pertanyaanmu apakah keselamatanku masih terancam sekarang, hm,
kupikir aku tetap waspada akan adanya serangan dari Muslim.
Tidak hanya aku saja, tapi siapapun yang
non-Muslim atau lahir sebagai Muslim lalu murtad – siapapun yang
berbeda dari mereka (Muslim) tetap dalam bahaya dan
begitulah kenyataan yang menyedihkan. 

FP:
Apa pendapatmu tentang imperialisme Arab dan kolonialisme Islam?
Bagaimana sih pemikiran muslim non-Arab tentang hal ini? 

HS:
Yang paling menggugahku adalah bahwa Islam adalah bentuk lain dari
kolonialisme Arab terselubung. Di negara2 Asia Tenggara kau lihat
orang2 terus-menerus menjerit-jerit tentang kolonialisme Inggris dan
bahwa mereka adalah korban perbuatan Inggris sampai detik ini. Akan
tetapi, tiada satu pun yang bicara tentang kolonialisme Arab yang
sampai detik ini masih sangat aktif berlangsung di setiap negara
Muslim non-Arab. Islam itu aslinya dari daerah Arab, dan Islam
bukanlah agama yang menekankan hati nurani, hubungan pribadi dengan
Tuhan atau masalah2 rohani; tapi Islam itu sangatlah bersifat
politik dan imperial. Tempat sucinya saja terletak di tanah2
Arab, bahasa sucinya adalah bahasa Arab, dan tokoh2 utamanya juga
semua orang2 Arab. Jadi sangatlah menarik untuk diamati akibatnya
pada Muslmi non-Arab. 

Begitu jadi Muslim, orang non-Arab
mulai tidak menyukai budaya non-Islamnya sendiri dan dia jadi
terpesona oleh segala hal yang berbau Arab dan lalu ingin jadi bagian
dari Arab. Dia akan mulai memuji-muji para jihadi Arab yang telah
menguasai tanah airnya sendiri. Dia lalu menolak semua budaya
aslinya sendiri dan mulai berkhayal untuk mengIslamkan budaya
kafirnya tersebut. 

Kau bisa melihat jelas hal ini pada
orang2 mualaf yang telah diberangus pikirannya dengan Islam. Hal ini
bagaikan penyakit kejiwaan yang merasuk
dirinya dan meracuni masyarakat Muslim selama ribuan tahun.
Kolonialisme Arab itu berbentuk politik dan budaya dan hal ini
merupakan bentuk kolonialisme yang paling lama berlangsung. Para
Muslim giat sekali menyalahkan imperialisme dan kolonialisme Eropa,
Barat, dan Israel atas segala masalah yang ada di dunia saat ini.
TAPI jika dihadapkan dengan imperialisme Arab atau kolonialisme
Islam, Muslim malah jadi bangga karena dijajah Arab dan mereka malah
kagum dengan para jihadis yang datang dari tanah Arab dan menjajah
tanah air kakek moyangnya. 

Dengan cara ini, kolonialisme
Islam dan imperialisme Arab bersama-sama telah menaklukkan dan
menghancurkan berbagai kebudayaan kuno yang sangat maju dan
mengakibatkan perubahan2 yang sangat merusak pada kebudayaan asli
tanah yang terjajah. Kita bisa katakan bahwa orang2
Arab merupakan imperialis paling sukses sepanjang masa,
karena mualaf2 yang setia pada Islam memang justru senang ditaklukkan
oleh “Jihadis Mulia” dari “Tanah Suci” – ini dianggap
mualaf bagaikan keselamatan saja layaknya. 

FP:
Bagaimana pendapatmu atas perang suci (jihad) Islam? 

HS:
Islam akan selalu berhubungan dengan expansi
politik melalui Jihad. Qur’an dan Hadis berulang-kali
menyatakan bahwa tiada hal yang lebih mulia daripada Jihad dalam nama
Allah. Para pembela Islam akan mencoba mengatakan padamu bahwa Islam
itu adalah agama damai, Jihad bermakna banyak, dan tidak harus selalu
penuh kekerasan, dll. TAPI sejarah berdarah Islam menyampaikan
kisah yang berbeda. Sebenarnya malah Qur’an itu harus diartikan
secara harafiah. Muhammad berkali-kali berkata bahwa Qur’an itu
bukan sajak atau kiasan; tapi adalah suara Allah SWT sendiri sehingga
siapapun dapat mengertinya dan menanggapinya secara serius; bahkan
sebenarnya tindakan menganggap Qur’an sebagai kiasan merupakan
penghujatan. 

Dalam Hadis dinyatakan bahwa Muhammad
memerintahkan pengikutnya untuk menghentikan segala ibadah non-Islami
dengan kekerasan. Sebagai agama, Islam punya akar kebencian
yang dalam terhdp kafir. Dalam Qur’an, Allah berkali-kali
memerintahkan Muslim untuk melakukan jihad dan menjanjikan hadiah2
surgawi tanpa batas bagi Muslim yang mati syahid dalam perang suci
demi Allah SWT. 

Jika kau bertanya pada seorang Turki Sufi
Dervish yang suka menari berputar-putar bagai gasing, kau tidak akan
mendapat gambaran Islam yang sebenarnya. Yang kau dapat darinya hanya
pandangan kemanusiaan yang menyenangkan dari filosofi Mistik Sufi.
Tapi sebenarnya Islam malah menganggap Sufisme sebagai bid’ah
dan kaum Sufi ditindas oleh Muslim2 kaffah di sepanjang sejarah
Islam. 

Untuk benar2 mengerti makna Jihad, kau harus melihat
langsung pada kehidupan Muhammad, sahabat karibnya, dan pemimpin2
Islam yang kemudian, dan pemikir2 Islam. Dari sini kau akan
mendapatkan gambaran yang sangat penuh kekerasan. Bahkan para Kalifah
pengganti Muhammad menggunakan kata Jihad sebagai kata yang
berarti penaklukkan daerah baru. Dengan begitu, sudah jelas
apa Islam sebenarnya. 

Jangan pedulikan sedikitpun apa yang
dikatakan para pembela Islam tentang Jihad, bagi Muslim umumnya,
Jihad berarti perluasan kekalifahan Allah SWT yang sesuai dengan
firman Allah SWT sendiri. Muslim yang mati syahid dijamin masuk surga
langsung tanpa diadili segala di hari kiamat. 

Cendekiawan2
Islam seperti Taqi al din ibn Taymiyyah, Mohammad ibn abdul
Wahhab, Sayyid Qutb, Abdullah Mawdudi, Hasan al Turabi menulis
banyak keterangan tentang hal ini. Jihadi2 modern seringkali mengutip
pernyataan para ahli Islam ini sebagai sumber inspirasi jihadnya.
Mereka mengira bahwa Muslim sekarang berada dalam peperangan melawan
kekuasaan gelap. Kekuasaan gelap ini tidak boleh ditoleransi.
Meskipun Allah akhirnya akan menghancurkan kekuasaan gelap ini, tapi
Muslim wajib ikut memeranginya. Itulah sebabnya sampai detik ini
tiada imam atau negara Islam yang mengutuk terorisme atas nama jihad.
Sudah jelas pula bahwa semua cara hidup Barat sangat bertentangan
dengan Islam – dengan begitu Barat langsung jadi target jihad
ulama2 Islam dan mereka membagi dunia dalam dua pihak: Dunia Islam
yang Damai dan Dunia Kafir yang Penuh Perang. 

FP:
Jadi para teroris Islam tidak salah
mengerti tentang Islam ?


HS: Jelas tidak; bahkan sebenarnya merekalah yang
mengartikan Islam dengan sangat benar. Dalam Islam, Muslim memang
wajib berjihad sampai seluruh dunia menyembah satu Allah saja
karena memang Islam tidak mengijinkan adanya Tuhan yang lain.
Allah SWT hanya ingin berkuasa seorang diri saja dan tidak mau
dipersekutukan dengan allah2 yang lain. Kedengarannya memang lucu,
tapi ini benar. 

Coba lihat berapa banyak negara2 Islam yang
menerapkan demokrasi? Liberalisme, privacy dan kebebasan individu,
kebebasan berbicara dan beragama – semua hal modern ini sangat
bertentangan dengan Islam. 

Tidak peduli apapun yang
dikatakan para pembela Islam, kata “Islam” dan “kebebasan”
merupakan dua kata yang bertolak belakang. Tidak seperti agama2
Budha dan Kristen, Islam bukanlah agama pribadi saja; Islam itu
merupakan agama sosial, politik, budaya, dan tidak bermakna rohani
karena tujuannya adalah untuk menguasai dunia. Islam menembus semua
bagian kehidupan Muslim dan mengontrolnya. Syariah Islam dianggap
sebagai hukum illahi dan berisi ketetapan tentang seluruh aspek
kehidupan, dari cara pakai tusuk gigi sampai bagaimana kau ngeseks;
dari motong ternak sampai ke ayat2 yang harus kau lafalkan jika buang
air besar di WC, dll. Pokoknya semuanya laah… 

FP:
Bagaimana pendapatmu tentang Muhammad dan para pemujanya?


HS: Bagi saja, Muhammad jelas adalah salah satu tokoh
paling berpengaruh dlm sejarah umat manusia, dlm arti bahwa satu juta
Muslim masih bersedia utk mati baginya. Muslim menganggapnya sbg
manusia yg paling suci, tidak memiliki dosa se-cuilpun dan sosok
paling sempurnya dan terbesar yg pernah hidup di planet ini. Setiap
Muslim --mau tidak mau-- memuja Muhammad dan bereaksi dgn biadab
setiap kali namanya dicerca oleh kartunis atau novelis atau siapa
saja. 

TAPI jika kau baca biografinya oleh Bukhari, Ibn
Ishaq, Al Tabari, kau akan menemukan insiden2 yg menunjukkan
sifat tabiat Muhammad sebenarnya. Kebiadaban luar biasanya terhdp
Yahudi, oragn2 berhala Mekah dan saingan2nya tercatat dgn rapih. Ia
membunuh masal TIGA suku Yahudi - Banu Nadir, Banu Qurayza & Banu
Qaynuqa; membunuh Pangeran Khaibar dan menggagahi jandanya. 




      Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang 
Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com

Kirim email ke