Gua Pawon, Keindahan Yang Terlupakan Oleh Aisya Ria Ginanti Gua Pawon adalah sebuah tempat yang penting bagi orang Sunda karena di sana pernah ditemukan kerangka manusia purba yang konon adalah nenek moyang orang Sunda (masih diteliti di balai Arkeolog Bandung). Gua ini sebenarnya adalah sebuah situs purbakala yang terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, atau sekitar 25 km arah barat Kota Bandung.
Namun sayangnya popularitas Gua Pawon sendiri sebagai sebuah tempat wisata kalah dengan tempat-tempat wisata lainnya yang berada di sekitar Bandung. Misalanya saja oleh Kawah Putih, Tangkuban Perahu ataupun Situ Cibutur yang berada di dekatnya. Jadi bagi yang tinggal di daerah Bandung atau pun yang sering berdomisili di Jatinagor seperti kami, kami sarankan untuk berkunjung ke Gua Pawon ini. Untuk ke Gua Pawon, khusunya untuk yang berdomisili di Bandung atau Jatinangor, sebenarnya tidaklah sulit dan tidak memerlukan biaya yang besar. Kita tinggal naik bus jurusan Jakarta, Cianjur atau Bogor yang melewati Padalarang. Setelah itu turun di di jalan raya Bandung - Cianjur, tepatnya di daerah Citatah. Tidak sulit ditemukan karena di pinggir jalannya ada plang bertuliskan ’Situs Sejarah Gua Pawon’. Semoga saat teman-teman pas kesana plangnya tidak sedang ambruk. Letaknya tidak jauh setelah melewati Situ Ciburuy. Kalau sama sekali tidak tahu kawasan ini, bisa minta tolong pada kernet bisnya. Ongkos yang harus dikeluarkan juga tidak terlalu mahal. Saat itu kami naik dari Cileunyi dan diharuskan membayar Rp 7.000, mungkin kalau dari Bandung antara Rp 20.000 - Rp 25.000. Setelah sampai di plang tersebut ada sebuah belokan berupa sebuah jalan panjang yang tidak terlalu besar hanya saja jalanya sudah rusak cukup parah. Mungkin karena banyaknya truk pengangkut batu kapur yang sering pulang pergi lewat jalan itu. Sebenarnya untuk sampai ke Gua Pawon dari jalan tersebut, mempunyai dua pilihan. Pertama, naik ojeg dengan tarif sekitar Rp 10.000,- atau jika ingin merasakan perjalanan yang lebih seru, sebaiknya jalan kaki saja, karena pemandangan yang ditawarkan juga cukup cantik. Bila ingin berjalan kaki, maka akan menempuh jalan yang berbatu-batu, menanjak dan jauh. Di tambah lagi matahari yang menyengat. Tapi semua itu akan terbayar karena sambil berjalan, bisa merasakan hembusan angin segar dan indahnya tebing di karst Citatah yang meneluarkan semburat emas terekena sinar matahari. Dalam perjalanan ini, harus banyak bertanya pada warga sekitar karena sama sekali tidak ada papan petunjuk jalan untuk menuju ke Gua Pawon. Setelah berjalan cukup lama dan melewati beberapa tanjakan serta turunan ditambah jalan tanah merah becek barulah sampai di mulut Gua Pawon. Selain menuju ke Gua Pawon, yang datang ke sini juag bisa memanjat teving di karst Citatah ataupun ke Gunung Masigit, karena kami pun sempat melihat beberapa orang yang sepertinya adalah pecinta alam sedang memanjat tebing. Indah, eksotis dan misterius. Mungkin itulah kata-kata yang bisa menggambarkan Saat kami sampai ke Gua Pawon. Saat itu kami jadi ingin cepat-cepat masuk ke sana. Sayangnya harus siap-meliahat banyak sekali coretan-coretan pilox yang mengotori plang nama gua tersebut maupun dinding-dinding disekitarnya. Saat sampai di sana, jangan berpikir kalau akan menemukan penjaga Gua atau orang yang bisa mengajak berkeliling gua. Karena gua tersebut benar-benar sepi. Tidak ada kehidupan manusia. Paling hanya beberapa anak kecil saja yang terkadang lewat. Kalau berani, bisa langsung masuk dan menjelajahi gua itu sendiri. Namun bila merasa tempat itu sedikit spookey, gelap gulita dan takut tersesat seperti kami waktu itu, kami sarankan mencari penduduk sekitar yang bisa dijadikan guide. Waktu itu kebetulan penduduk sekitar sana merekomendasikan kami pada Pak RT setempat, yaitu Pak Koswara. Jadi kalau memang butuh pemandu, tidak ada salahnya mencari Pak Koswara. Cukup bertanya saja ke penduduk sekitar, maka akan diantar ke rumahnya. Saat itu Pak Koswara menawari kami melewati dua jalur untuk sampai ke Gua Pawon. Pertama lewat jalan utama yang tadi sudah kami lewati. Dan yang kedua lewat jalan alternatif di sebelah utara jalan utama. Kata Pak Kosawara, kalau mau menjelajah dan yang lebih dekat dari sawah tempat kami bertemu adalah jalan alternatif, jadi kami pun memilih lewat jalan alternatif saja. Jadi tergantung pada mau melesati jalan yang mana. Pakah ingin aman-aman saja dan melalui multu utama, atau ingin merasakan sedikit jalanan terjal melalui jalan alternatif seperti kami. Baca tulisan selengkapnya disini atau masuk ke www.mahanagari.com Baca juga tulisan seputar Bandung lainnya berikut ini:6 Perpustakaan Nyaman Tenang Enak di BandungBandung Cycle Chic Pangalengan Water Tour Raja-Raja itu Menginap di Sini: Savoy Homann Delapan Wajah Masjid Agung Bandung Desain Mahanagari : Gedebage, Tetep Gaya Walo Gak Punya UangDesain Mahanagari : Srikandi, Simbol Wanita BerprestasiGorengan Sedap Nikmat ala Mak Iying Mahanagari - Bandung Pisan http://www.mahanagari.com http://mahanagari.multiply.com Showroom: @ Cihampelas Walk - Bandung @ http://www.mahanagari.com