--------------------------------------------------------------------- WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP Edisi: Bahasa Indonesia Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir. --------------------------------------------------------------------- Edisi ini diterbitkan pada: Senin 11 September 2000 14:20 UTC ** DUA TERSANGKA BERAT PELANGGARAN HAM TIMTIM DIPERIKSA ** INDONESIA SEGERA LUCUTI SENJATA MILISI PRO INDONESIA DI ATAMBUA ** PEMILU DI HONGKONG HANYA DIIKUTI 44 PERSEN PEMILIH ** TOPIK GEMA WARTA: BENARKAH GUS DUR SUDAH GAGAL MENGENDALIKAN TNI? ** TOPIK GEMA WARTA: PERLUCUTAN SENJATA MILISI TIMTIM TERGANTUNG KESERIUSAN TNI * DUA TERSANGKA BERAT PELANGGARAN HAK TIMTIM DIPERIKSA Hari ini Kejaksaan Agung melakukan pemeriksaan terhadap dua orang tersangka pelaku dan seorang saksi kasus pelanggaran berat HAM Timor Timur (Timtim) pasca Jajak Pendapat yang diselenggarakan pada 31 Agustus 1999. Tersangka yang hari ini diperiksa mulai jam 10 pagi tadi adalah Kolonel M Noer Muis, mantan Komandan Korem 164 Wiradharma. Sebelum pemeriksaan, Noer Muis mengatakan dirinya sebagai pejabat yang bertugas di Timtim, harus bertanggungjawab dan itu telah dilaporkannya pada pemeriksaan penyelidikan yang lalu. Sedangkan tersangka lain, Kolonel Yayat Sudrajat, mantan Komandan Satgas Tribuana datang ke Kejaksaan Agung didampingi dua pengacaranya Hotma Sitompul dan Ruhut Sitompul. Seorang saksi kasus pelanggaran berat HAM Timtim juga hadir ke Kejaksaan Agung adalah Kolonel Mujiono, mantan Wakil Danrem 164 Wiradharma. Sementara Mayjen Adam Damiri dipastikan tidak akan hadir menjalani pemeriksaan di Kejaksaan Agung karena sedang berada di luar negeri. * INDONESIA SEGERA LUCUTI SENJATA MILISI PRO INDONESIA DI ATAMBUA Kapolri Jenderal Rusdiharjo berjanji akan melakukan segala upaya sesuai kewenangannya untuk melucuti milisi pro Indonesia di Timor Barat. Tentara dan polisi sudah diperintahkan untuk segera secara besar-besaran melacak semua senjata di kawasan perbatasan Timor Timur. PBB mendesak Indonesia agar mengambil tindakan menyusul tewasnya tiga pegawai sipil UNHCR di Atambua Rabu lalu. Karena takut akan serangan susulan, sekitar 300 pekerja UNHCR diungsikan dari Timor Barat. * TERSANGKA PEMBUNUH OLIVIO MENDOSA MORUK DI ATAMBUA SUDAH DIKETAHUI Para tersangka pelaku pembunuhan mantan Danyon Laksaur, Olivio Mendosa Moruk (45) telah diketahui oleh tim investigasi gabungan TNI-Polri yang dipimpin Senior Superintendent, THL Tobing. Menurut Tobing, jumlah mereka lebih dari lima orang dan semuanya adalah orang lokal. Tobing yang juga Kadit Reserse Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) ini menegaskan pihaknya tidak menemukan adanya indikasi keterlibatan pihak luar dalam kasus pembunuhan Olivio, yang juga salah satu dari 19 tersangka pelanggar HAM berat Timtim itu. Ia mengatakan para tersangka pelaku pembunuhan itu diduga kuat dilakukan oleh anak buahnya Aloysius Bere, salah seorang preman Atambua yang sempat digebuk Olivio bersama anak buahnya karena melakukan tindakan pemerasan terhadap sopirnya Olivio. Sementara itu, menghangatnya kasus pembunuhan tiga orang staf Komisi Tinggi urusan pengungsi PBB mengakibatkan rupiah mendapat tekanan pasar. Pelaku pasar lebih suka melepas rupiah ketimbang dollar AS, meski pemerintah Indonesia berhasil melakukan penandatanganan LoI dengan IMF. Rupiah di pasar spot antarbank Jakarta pukul 10.30 pagi mencapai 8.400/8.410 per dollar AS dibanding hari sebelumnya 8.370/8.410 per dolar AS. Reaksi internasional terhadap kasus pembunuhan di Atambua, NTT yang melemahkan kredibilitas Indonesia di mata internasional mendorong pelaku lebih suka menjual rupiah. Berita Terbaru : 11/9/2000, 13:55 wib Sutiyoso Diperiksa di Puspom TNI 11/9/2000, 13:50 wib Kasus Atambua Tekan Rupiah Sesi Pagi Merosot 11/9/2000, 13:42 wib Pengemudi Taksi Citra Unjukrasa 11/9/2000, 13:19 wib PDIP Minta Pemerintah Hentikan Penyaluran Dana Rp 1,1 Trilyun 11/9/2000, 12:30 wib Dua Tersangka Pelanggaran Berat Ham Timtim Diperiksa Kejagung * TIGA ORANG WARGA BARAT DISANDERA DI MALAYSIA Tiga orang warga Barat yang sedang melancong di Malaysia, disandera oleh beberapa orang bersenjata. Menurut kepolisian Malaysia, ketiga warga Barat, yang belum diketahui kebangsaannya, tengah berwisata selam di Malaysia Timur ketika tiba-tiba mereka diculik beberapa orang bersenjata. Kelompok bersenjata itu mendarat di kawasan wisata Pantai Padanan, negara bagian Sabah, pada Minggu malam dan kabur hanya dalam waktu 10 menit setelah mereka berhasil menyandera ketiga turis asing itu, demikian polisi seperti dikutip sebuah laporan hari ini. Letak Padanan tidak terlalu jauh dari Pulau Sipadan dimana sebelumnya 21 wisatawan, sebagian besar warga asing, disandera oleh kelompok bersenjata, oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan. Namun seluruh sandera tersebut kini telah dibebaskan. * PERTEMPURAN DI SRI LANKA, SEKITAR 98 ORANG TEWAS Tentara Sri Lanka melakukan gempuran lagi terhadap pejuang Tamil sehingga mengakibatkan sekitar 98 tewas di kedua belah pihak. Tentara yang didukung oleh pesawat tempur dan kapal-kapal Angkatan Laut berhasil merangsek maju tiga kilomter ke dalam wilayah yang dikuasai pejuang Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) di semenanjung Jaffna, demikian sumber kantor kementerian pertahanan Sri Lanka. Sementara itu 11 pejuang lainnya tewas dalam pertempuran malam sebelumnya, ujar pemerintah dalam pernyataan yang terpisah. * PEMILU DI HONG KONG HANYA DIIKUTI 44 PERSEN PEMILIH Pemilu parlemen di Hong Kong yang dilaksanakan Minggu kemarin diikuti oleh sedikit pemilih. Dilaporkan, hanya 44 persen warga yang berhak memilih memberikan suaranya. Meskipun demikian, PM Tung Chee-hwa menilai pemilu kemarin sebagai pemilu yang sukses. Inilah pemilu kedua kalinya ketika koloni Inggris itu diserahkan kepada China sejak tahun 1997. Anggota parlemen Hong Kong terdiri dari 60 anggota. 24 anggotanya dipilih langsung dan 36 kursi sisanya ditentukan oleh organisasi profesi dan terutama ditentukan oleh komite pemilu pro China. Diharapkan hasil perhitungan akhir dapat diketahui malam ini juga. * SEKITAR 100 SOPIR TRUK BELGIA PROTES KENAIKAN HARGA BENSIN Sekitar 100 sopir truk di Belgia melakukan aksi mogok massal di Brussel pagi tadi. Mereka memblokir sejumlah jalan utama sebagai protes naiknya harga bensin. Mereka menuntut pemerintah Belgia menurunkan harga bensin. Perundingan antara pemerintah dan organisasi truk angkutan tidak berhasil mencapai terobosan. Aksi protes serupa juga dilaksanakan di Inggris menentang kenaikan harga bensin. Hingga berita ini diturunkan, para sopir truk di Inggris memblokir sekurangnya sepuluh pompa bensin dan Minggu kemarin, mereka memblokir sejumlah jalan utama. Di utara Inggris, sekitar seratus pompa bensin sudah kehabisan cadangan bensin. Selain itu, sopir truk Irlandia dan nelayan Italia juga sudah mengancam akan melakukan aksi serupa pekan ini kalau harga minyak tidak dikurangi. * NEGARA-NEGARA OPEC SEPAKAT TINGKATKAN PRODUKSI MINYAK Arab Saudi menegaskan akan meningkatkan produksi minyak kalau harga minyak tetap tinggi. Para menteri negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC, dalam kesepakatan pertemuannya di Wina, menyebutkan, produksi minyak akan dinaikkan kalau harga minyak tetap berkisar di atas 28 dolar per barrel selama 20 hari mendatang. Akhir pekan lalu, OPEC memutuskan menaikan produksi delapan ratus ribu barrel per hari, itu berarti kenaikan sekitar tiga persen. Para pengamat mengatakan, kenaikan itu tidak membawa dampak substansial pada harga minyak. Akhir pekan ini, harga minyak mencapai tingkat termahal dalam 10 tahun terakhir, yaitu lebih dari 35 dolar per barrel. * RIBUAN DEMONSTRAN DI KOLUMBIA PROTES AKSI KEKERASAN Di berbagai kota di Kolumbia, ribuan warga turun ke jalan memprotes tindak kekerasan perang saudara yang melanda negeri itu selama hampir 40 tahun. Demonstrasi di ibukota Bogota dihadiri sekitar 10 ribu orang. Diantaranya hadir para politisi, pemimpin organisasi dan kaum ibu. Mereka menyerukan segera diadakan gencatan senjata antara pasukan pemerintah, gerilyawan sayap kiri dan milisi sayap kanan. Mereka juga menuntut pihak-pihak yang bertikai agar menghentikan serangan dan penyanderaan, yang hanya mengakibatkan korban warga sipil. * BENCANA BANJIR DI ITALIA SELATAN, 12 ORANG TEWAS Banjir yang melanda Calabria, Italia selatan, Minggu kemarin, telah menewaskan 12 orang. Sekurangnya lima orang masih hilang. Kebanyakan korban adalah anggota kelompok tuna netra yang sedang melakukan kamping di kawasan itu. Kawasan itu digenangi banjir Minggu malam menyusul turunnya hujan lebat dalam beberapa hari terakhir. Sekitar 40 orang dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan perawatan. Menteri Dalam Negeri Italia Enzo Bianco yang mengunjungi kawasan bencana itu, mengatakan, tidak boleh diadakan kamping di kawasan berbahaya itu. * BENARKAH GUS DUR SUDAH GAGAL MENGENDALIKAN TNI? Pemerintah Indonesia akan menaati Resolusi Dewan Keamanan PBB yang mendesak pemerintah melucuti milisi, menangkap dan menyeret ke pengadilan para pembunuh karyawan UNHCR di Atambua. Namun ada beberapa titik-titik yang memerlukan kalarifikasi. Jakarta nampaknya tidak menghadapi pilihan lain, sementara Gus Dur sendiri jelas harus menyesuaikan pendiriannya tentang posisi Susilo Bambang Yudhoyono. Laporan koresponden Syahrir dari Jakarta: Menko Polsoskam, Susilo Bambang Yudhoyono kemarin menyatakan, setelah dicek ke daerah ternyata insiden baru sebagaimana tertera dalam resolusi Dewan Kemanan PBB tersebut tidak benar.Tidak ada insiden lain selain insiden tanggal 6 September yang menewaskan tiga staf UNHCR. Susilo Bambang Yudhoyono juga menyatakan Indonesia ingin menyelesaikan sebaik-baiknya permasalahannya. Dan Indonesia mengajak semua pihak duduk bersama untuk mencari jalan secara kolektif. Perlu diketahui kerangka penyelesaian seperti apa yang harus ditumpuh. "Kita dapat mencari solusi bersama yang dapat diterima dunia internasional," tegasnya. Ditegaskannya juga bahwa milisi pro-Indonesia sudah dibubarkan tahun 1999 dan sekitar 600 pucuk senjata telah diserahkan oleh milisi. Pers ibukota kemarin memberitakan bahwa tewasnya tiga pekerja UNHCR atau Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi di Atambua, Timor Barat, pekan lalu dilatarbelakangi oleh perasaan curiga yang kemudian berubah menjadi dendam. Para pengungsi Timor Timur sudah sejak lama tidak percaya kepada lembaga-lembaga internasional. Karena dalam persepsi para pengungsi Timor Timur yang pro Indonesia itu, pasukan CNRT (Dewan Pertahanan Nasional Rakyat Timor) pimpinan Xanana Gusmao, paling mudah menggunakan lembaga internasional untuk penyusupan. Harian Kompas kemarin mengulas latar belakang terbunuhnya Olivio Mendosa Moruk. Pembunuhan pemuda pro-integrasi ini berbuntut pembunuhan terhadap tiga anggota staff kantor perwakilan Urusan Pengungsi PBB di Atambua. Gara-gara pembunuhan tersebut, Indonesia dikecam di masyarakat internasional. Menurut harian yang sejak zaman Orde Baru sering condong pada pihak militer itu, sebetulnya keberadaan Pemerintahan Transisi PBB (UNTAET) di Kupang, sudah dinilai oleh para pengungsi Timtim sebagai tidak ada relevansinya. Pusat konfliknya ada di Timor Timur dan bukan di Timor Barat. Para pengungsi Timor Timur yang pro-Indonesia itu juga menganggap keberadaan lembaga tersebut mempunyai agenda tersembunyi. Saat ini di NTT atau Timor Barat bermukim sekitar 100.000 pengungsi, dan sudah lebih dari setahun mereka hidup menderita karena tinggal di tenda terpal dengan fasilitas kehidupan yang sangat memprihatinkan. Kerusuhan bisa meletus setiap saat di tengah orang yang tengah menderita dan putus asa itu. Almarhum Olivio sendiri, bekas Komandan Batalion Laksaur, organisasi di bawah payung Pasukan Pejuang Integrasi. Berbeda dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Pangdam Udayana Mayjen Kiki Syahnakri secara tidak langsung mengakui bahwa milisi itu masih bersenjata. Kepada para wartawan kemarin dulu ia mengatakan pihaknya akan mulai melucuti milisi bersenjata di Nusa Tenggara Timur (NTT). Tapi perlucutan senjata, tak bisa seperti membalikan telapak tangan, katanya. Perlu rencana, aksi intelejen yang hati-hati agar tidak menimbulkan insiden baru. "Untuk melucuti senjata itu, tak bisa langsung action. Kami perlu menyusun rencana, karena pengungsi di Atambua jumlahnya lebih besar dari penduduk lokal. Bila tak hati-hati menghadapi pengungsi, kami khawatir penduduk lokal akan menjadi korban kebrutalan milisi," kata Kiki. Pangdam ini menurut suatu sumber bisa lolos dari daftar tersangka pelanggar HAM di Timor Timur berkat karena kedekatannya dengan Jaksa Agung Marzuki Darusman yang sebelumnya sebagai Ketua Komnas HAM berhasil menyingkirkan nama Kiki Syahnakri dari laporan Komnas HAM. Menurut Kiki, pihaknya tak bisa menyebutkan kapan aksi perlucutan dilakukan untuk menghindari upaya itu menjadi prematur atau gagal. "Sebetulnya, dengan insiden Atambua, memberi legitimasi bagi kami melucuti senjata. Soalnya mereka masih cukup banyak memegang senjata organik maupun rakitan, yang dibawa dari Timtim," tuturnya. Dijelaskannya, tidak seluruh pengungsi asal Timtim yang tinggal di NTT dapat dituduh sebagai penyebab terjadinya insiden Atambua. Karena dari pengamatan dan temuan di lapangan, sebenarnya ada beberapa kategori pengungsi dan pimpinan pengungsi Timtim di NTT itu. Pertama disebutnya sebagai Kelompok Realistis. Yaitu kelompok yang mampu melihat kenyataan. Kelompok Realistis ini, memilih menggunakan kesempatan untuk berada di NCC, yaitu National Consultation Council di Timtim, lewat Partai Popular Timorense, yang haluan politinya tetap berkiblat pada Indonesia. Kelompok ini berada di bawah pimpinan Hermenio da Silva da Costa. Kelompok kedua adalah Kelompok Konservatif. Kelompok ini punya garis perjuangan, tidak mau kompromi sebelum PBB mengakui kecurangan yang telah dilakukannya dalam Jajak Pendapat Agustus 1999 lalu. Jika PBB mengakui kecurangan dalam Jajak Pendapat itu, mereka akan menuntut 21% haknya atas teritorial Timtim. Kelompok ini dimotori oleh mantan Gubernur Timtim Abilio Soares dan mantan Bupati Dili Domingos Soares. Sedangkan kelompok ketiga adalah Kelompok Oportunis yang menggunakan kehadiran pengungsi Timtim di Timor Barat (NTT) untuk mencari uang. Sehingga ada diantara mereka yang tidak suka dengan kehadiran UNHCR. Karena UNHCRlah yang mendukung pemulangan pengungsi dari Timor Barat ke Timtim. Kelompok ini dipimpin antara lain oleh Eurico Guterres. Kelompok ini, kata Kiki, sangat pandai membuat agitasi dan propaganda. Mereka juga masih melakukan kegiatan-kegiatan premanisme. Walau kelompok oportunis tadi berpeluang besar sebagai pemicu insiden Atambua, namun menurut Kiki, UNHCR sendiri turut menjadi pemicu insiden tersebut. Beberapa perlakuan UNHCR kepada pengungsi ikut memicu insiden Atambua. Misalnya, bagi kelompok pengungsi yang dianggap bermasalah, merasa kurang mendapat bantuan dari UNHCR. Sementara itu terbunuhnya tiga karyawan PBB di Atambua itu membenarkan perkiraan politik sejumlah diplomat di Jakarta beberapa saat setelah Gus Dur membentuk kabinetnya yang kedua. Bahwa sejumlah elemen perwira dan mantan perwira TNI tidak akan puas dengan kabinet yang disusun Gus Dur itu. Mereka akan mendorong timbulnya kekacauan di Aceh dan perbatasan Timor Timur, kata para diplomat tersebut ketika itu. Pendapat ini telah dimuat pers Eropa dan sekarang terbukti kebenarannya. Kini terbantah pula pendapat Gus Dur bahwa hanya Susilo Bambang Yudhoyono yang mampu mengatasi perpecahan dalam tubuh TNI mengingat Dialah menurut Gus Dur satu-satunya perwira yang bisa diterima pelbagai faksi yang sedang bertikai. Kenyataannya Bambang hanya mampu menarik perhatian Gus Dur tanpa mampu meyakinkan para pemimpiun faksi di TNI.Terutama mereka yang ingin berkuasa kembali dan sekitar 200 perwira TNI yang kini menganggur. Sementara itu pihak barat kini terpecah antara yang mau terus mendukung Gus Dur dan yang mau menghentikan dukungan pada Gus Dur. Yang menarik justru Xanana Gusmao giat melobby agar barat tetap membantu Gus Dur. Namun sebagaimana ditulis oleh seorang pengamat harian Amerika The International Herald Tribune: "Kegagalan pemerintahan sipil Abdurrahman Wahid mengendalikan Angkatan Bersenjata dan gagalnya para pemimpin militer untuk melaksanakan perintah-perintah Gus Dur, telah meningkatkan provokasi kemarahan dan frustrasi di PBB dan di kalangan negara-negara yang selama ini telah menyediakan pelbagai pinjaman dan dana bantuan bagi Indonesia". Maka perlukah Gus Dur mengganti Susilo Bambang Yudhoyono yang oleh sesama menterinya sering dianggap sebagai pendukung Gus Dur yang hampir-hampir mirip seorang "penjilat" itu? * PERLUCUTAN SENJATA MILISI TIMTIM TERGANTUNG KESERIUSAN TNI Pemerintah RI bertekad melucuti senjata milisi Timtim pro Jakarta di Timor Barat. Untuk itu pemerintah ingin bekerjasama dengan UNTAET di Timor Lorosae. Mampukah pemerintah melakukan niat baiknya itu? Berikut komentar Muhajir Darwin, pakar politik di UGM. Muhajir Darwin [MD]: Itu soal keseriusan saja dari TNI. Kalau TNI serius melakukannya, seharusnya bisa. Karena milisi itu bentukan TNI. Apa sih letak kekuasaan milisi, mereka itu kan orang sipil pada dasarnya. Dan saya kira tidak ada manfaatnya lagi TNI memelihara milisi. Untuk tujuan politik apa? Timor Timur kan sudah menjad negara sendiri. Jadi, saya mendukung upaya TNI melakukan pelucutan senjata milisi. Radio Nederland [RN]: Kalau dilihat dari segi kemampuannya karena Panglimanya bukan Angkatan Darat. Bagaimana itu? [MD]: Ini adalah kepentingan Angkatan Darat sendiri. Dalam arti, kemampuan mengadakan untuk mengendalikan lapangan dan pasukan di lapangan itu, akan meningkatkan citra TNI yang sangat terpuruk. Kalau itu disadari, mestinya mereka melakukannya dengan serius. [RN]: Anda menyadari masih ada kendala, mungkin kekuatan seperti Wiranto umpamanya yang masih punya pengaruh? [MD]: Betul juga ya, saya kira ini soal ketegasan dan keberanian TNI. Saya kira kita perlu dukung upaya TNI seperti itu. Siapa pun yang memimpin TNI atau Menko Polkam seperti Bambang Soesilo pun akan menghadapi masalah yang sama.Jadi, kita tidak bisa menyalahkan Bambang Soesilo dalam hal ini. Kita hanya bisa menganjurkan supaya TNI harus menyadari situasi kritis sekarang dan mengambil tindakan tegas. Kasus Atambua seharusnya menjadi pelajaran bagi militer bahwa sebenarnya ongkos sosial sikap tidak simpati militer itu justru menimbulkan nama lebih jelek lagi bagi militer. Sekarang tekanan internasional lebih kuat lagi ke Indonesia, dan tampaknya Dewan Keamanan PBB menyalahkannya kepada militer, bukan menyalahkan pemerintahan sipil Gus Dur. Artinya, secara internasional, militer itu sudah terpojok. Ini juga indikasi bahwa Gus Dur dan pemerintahan sipilnya tidak mampu mengendalikan militer. [RN]: Apa mampu militer mengontrol diri, apakah memang ada komando sekarang yang cukup kuat di militer? [MD]: Sistem militer itu sendiri kan sistem komando. Kalau sistem itu berjalan baik, tentunya hal-hal semacam itu bisa dikendalikan. Mungkin memang butuh waktu supaya militer itu bisa terkontrol. Bagi TNI sendiri tidak ada jalan lain selain tunduk kepada pemerintahan sipil sebab kalau nggak, mereka harus menentang secara frontal, misalnya dengan kudeta, dan itu saya kira itu juga hopeless juga melakukan kudeta sekarang. Saya kira sekarang TNI harus perbaiki citranya yang buruk. Panglima TNI harus lebih tegas lagi mengendalikan bawahannya. Demikian Muhajir Darwin, pengamat politik dari UGM. --------------------------------------------------------------------- Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum http://www.ranesi.nl/ http://www.rnw.nl/ Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda peroleh melalui [EMAIL PROTECTED] Copyright Radio Nederland Wereldomroep. --------------------------------------------------------------------- 010009000003730000000300140000000000050000000B0200000000050000000C021 1014E02030000001E00050000000C0213015002050000000B0200000000030000001E 00050000000C0213015002050000000B0200000000050000000B02000000000700000 0FC020000000000000000040000002D01000009000000FA0200000000000000000000 2200040000002D01010014000000FB020C00090000000000000000000000000202024 D532053616E73205365726966000049040000002D0102000600000021050000B2FFA8 00040000002701FFFF040000002701FFFF030000000000