---------------------------------------------------------------------

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia

Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.

---------------------------------------------------------------------

Edisi ini diterbitkan pada:

Senin 18 September 2000 14:30 UTC



** KAPOLRI RUSDIHARDJO DIGANTI

** AS DESAK INDONESIA TERAPKAN RESOLUSI DK PBB

** TERJADI LAGI PERTEMPURAN DI UTARA SRI LANKA, SEKURANGNYA 100 ORANG
TEWAS

** TOPIK GEMA WARTA: SETELAH KAPOLRI, KAPAN KABAKIN AKAN DIGANTI, DAN
SIAPA PULA PENGGANTINYA?

** TOPIK GEMA WARTA: PERGANTIAN KAPOLRI TIDAK MENUNJANG PENEGAKKAN
HUKUM



* KAPOLRI RUSDIHARDJO DIGANTI

Jendral (Pol) Rusdihardjo menyatakan menerima keputusan pengunduran
dirinya sebagai Kapolri dengan jiwa besar dan penuh keikhlasan,
karena keputusan ini merupakan hak prerogratif Presiden dan harus
dihormati.
Rusdihardjo menuturkan, dia dipanggil Presiden Abdurrahman Wahid
Minggu (17/9) malam sekitar pukul 20.00 WIB, dan Presiden
memberitahukan perihal pengunduran dirinya sebagai Kapolri.
Sehabis menyampaikan pernyataannya, Jenderal (Pol) Rusdihardjo
langsung meninggalkan tempat, tanpa membuka kesempatan bagi wartawan
untuk melakukan tanya jawab.
Sementara Kadispen Mabes Polri, Brigjen (Pol) Dadang Garnida,
mengungkapkan ketidaktahuannya, ketika didesak wartawan mengenai
alasan pengunduran diri Rusdihardjo.
Sementara itu, pencopotan Kapolri, Jenderal (Pol) Rusdihardjo,
dianggap wajar oleh anggota DPR AM Fatwa, mengingat kinerja Kapolri
yang bukan saja tidak berhasil mengatasi berbagai kasus tetapi
menyelesaikanpun tidak bisa.
Namun AM Fatwa menilai presiden melangkahi wewenang, karena
pencopotan Kapolri sebenarnya harus mendapat persetujuan DPR, sesuai
dengan Tap MPR No VII Tahun 2000.


* AS DESAK INDONESIA TERAPKAN RESOLUSI DK PBB

Amerika Serikat mendesak pemerintah Indonesia menerapkan resolusi
Dewan Keamanan PBB agar segera melucuti para milisi di Timor Barat.
Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan AS William Cohen yang sedang
berkunjung di Indonesia.
Dua pekan lalu, tiga orang staf UNHCR tewas di Atambua akibat
serangan milisi, salah satunya warga AS. Pihak kepolisian Indonesia
hingga kini belum menahan siapa pun dalam kaitan dengan serangan itu.
Serangan ini diduga dilakukan oleh milisi pro Indonesia, yang
menentang kemerdekaan Timor Timur. Sesudah kunjungannya di Indonesia,
Cohen melanjutkan kunjungannya ke Thailand, Korea Selatan dan Jepang.


* TERJADI LAGI PERTEMPURAN DI UTARA SRI LANKA, SEKURANGNYA 100 ORANG
TEWAS

Di utara Sri Lanka terjadi lagi pertempuran antara pasukan pemerintah
dengan pemberontak Tamil mengakibatkan sekurangnya seratus orang
tewas.
Jurubicara pemerintah mengatakan tiga markas pemberontak Tamil
berhasil dikepung.
Serangan balik pemberontak Tamil terjadi ketika pasukan pemerintah
menguasai kota Chavava, kota terbesar kedua di Sri Lanka.
Pemberontak Tamil selama 17 tahun terakhir berjuang membentuk negara
sendiri, dan dalam perjuangan itu telah menelan korban lebih dari 60
ribu jiwa.


* AMIEN RAIS MENGATAKAN PENGGANTIAN KAPOLRI TIDAK SAH

Ketua MPR RI Amien Rais menyatakan keputusan untuk mengganti Kapolri
Rusdihardjo tidak sah, karena tidak sesuai dengan Tap MPR No
VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan Polri.
"Dengan demikian hingga saat ini Roesdihardjo tetap memegang jabatan
sebagai Kapolri, sampai dengan DPR memberikan persetujuan tersebut,"
ujar Amien hari ini.
Amien meminta penggantian itu ditunda dahulu dan aturan mainnya
ditaati. Berdasarkan ketetapan MPR itu, penggantian dan pengangkatan
Kapolri harus dengan persetujuan DPR.


* TOKOH PRO INTEGRASI AKAN ADAKAN DIALOG KHUSUS DENGAN TIM WAPRES

Tim khusus yang dibentuk Wakil Presiden (Wapres), Megawati
Soekarnoputri, menurut rencana, akan melakukan "dialog khusus" dengan
tujuh tokoh pro-integrasi terkait insiden pembunuhan di Atambua.
"Kami sebanyak tujuh orang yang disebut-sebut sebagai calon
tersangka insiden di Atambua akan segera berangkat ke Kupang untuk
bertemu Tim Khusus bentukan Wapres atas permintaan mereka," kata
Nemecio Lopes de Carvalho, di Atambua, Senin.
Dalam dialog khusus itu sesuai rencana juga akan
dihadiri Kejaksaan Agung RI dan sejumlah pejabat tinggi militer dan
sipil lainnya yang dilibatkan khusus untuk menuntaskan persoalan yang
mencuat di Atambua Kabupaten Belu hingga menewaskan tiga staf PBB,
beberapa waktu lalu.
Diakuinya, meski tidak memahami alasan mendasar hingga
menyebabkan ia dan enam orang rekan tokoh pro-integrasi diminta
secara khusus untuk berdialog dengan Tim Khusus Wapres namun sebagai
tokoh pro-integrasi mereka siap melakukan pembicaraan serius terkait
insiden Atambua tersebut.
Nemecio yang juga salah satu anggota Dewan Konsultatif
Persatuan Ksatria Timor (UNTAS) itu menekankan beberapa hal terkait
peristiwa yang terjadi di Atambua hingga menjadi sorotan dunia
internasional itu.


* SERANGAN MILITER FILIPINA TEWASKAN ENAM ORANG KELOMPOK ABU SAYYAF

Pemerintah Filipina dalam serangannya terhadap kelompok Abu Sayyaf di
Pulau Jolo dalam dua hari ini telah menewaskan enam anggota kelompok
itu dan menahan sekitar 20 lainnya.
Hal itu dikatakan Menteri Pertahanan Filipina Orlando Mercado saat
menyampaikan hasil penyerangan aparat keamanan pemerintah Filipina
terhadap kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina Selatan.
Sejauh ini kelompok Abu Sayyaf masih menahan 22 sandera, termasuk
enam warga asing di pulau tersebut.
Pemerintah Filipina mengatakan, sejauh ini belum ada informasi yang
pasti mengenai keberadaan dan kondisi para sandera, yang terdiri dari
warga Filipina, Perancis, Amerika Serikat dan Malaysia.
Presiden Joseph Estrada terbang ke Zamboanga pada Minggu kemarin
untuk bertemu dengan para pejabat senior militer Filipina untuk
membahas serangan tersebut yang dilakukan sebagai upaya pembebasan
para sandera.


* KUDETA GAGAL DI PANTAI GADING

Di Pantai Gading, sebuah upaya kudeta untuk melengserkan penguasa
rejim militer Robert Guey, gagal.
Tentara kudeta yang memasuki ibu kota Abidjan hari ini berhasil
dipukul mundur oleh tentara pimpinan Guey dalam dua jam.
Menurut laporan saksi mata, terdengar bunyi saling tembak menembak di
dekat rumah kediaman Robert Guey. Belum jelas apakah Guey berada di
kediaman waktu terjadi serangan, namun sumber pemerintah menyebutkan,
dia luput dari serangan itu. Hingga kini belum ada laporan
kemungkinan adanya korban.
Meskipun untuk sementara ini suasana ibu kota sudah aman, kedutaan
AS, Inggris dan Belanda mengimbau warganya untuk tetap tinggal di
rumah.
Guey memerintah sesudah kudeta militer Desember 1999. Akhir-akhir ini
terjadi ketegangan sesudah Guey mengumumkan pencalonan dirinya
menjadi presiden pada pemilu bulan depan.


* PALESTINA DAN ISRAEL MEMULAI PERUNDINGAN BARU

Delegasi Palestina dan Israel kembali memulai perundingan baru guna
dicapai kesepakatan perdamaian. Kedua delegasi bertemu semalam di
Yerusalem. Para pengamat kurang begitu optimis pertemuan ini akan
menghasilkan terobosan.
Dari pernyataan-pernyataan, baik oleh Yasser Arafat maupun oleh PM
Israel Ehud Barak, status kota Yerusalem tampaknya akan menjadi
ganjalan besar.
Arafat menyatakan pendapatnya itu saat menghadiri upacara mengenang
para korban pembantaian massal pengungsi Palestina di kamp Sabra dan
Shatila 18 tahun lalu.


* SETELAH KAPOLRI, KAPAN KABAKIN AKAN DIGANTI, DAN SIAPA PULA
PENGGANTINYA?

Kemarin, Presiden Abdurrahman Wahid memberhentikan Kapolri Jenderal
Rusdihardjo, dan sebagai pelaksana harian sampai menunggu Kapolri
yang baru adalah Wakapolri Komisaris Jenderal S. Bimantoro. KaBakin
Arie Kumaat pun akan diganti. Tetapi belum ada rencana mengganti
Panglima TNI Laksamana Widodo. Ketiga perwira ini sesungguhnya yang
dianggap masyarakat bertanggungjawab atas kegagalan mengungkapkan
pelaku dan otak terror bom sebanyak 13 kali yang diduga Gus Dur
dilakukan pihak aparat sendiri. Selain faktor keamanan ada pula
pertimbangan-pertimbangan lain yang memaksa Gus Dur untuk bertindak
agak tegas. Laporan koresponden Syahrir dari Jakarta:

Tekanan terhadap Gus Dur akhir-akhir ini memang meningkat terus. Gus
Dur oleh para pendukungnya sendiri dianggap ragu-ragu dan plin plan.
Khususnya dalam menghadapi TNI, kelompok pendukung Soeharto dan
kelompok terroris. Kalangan-kalangan reformis asli mendesak jangan
hanya pengawal Soeharto yang dilucuti tetapi juga milisi-milisi lain
di Indonesia. Utamanya milisi di Timor Barat sebagaimana diminta
Menteri Pertahanan AS William Cohen kemarin. Pejabat Amerika ini
sudah menegaskan, jika gagal melucuti pihak milisi maka Indonesia
menghadapi embargo internasional. Utamanya embargo persenjataan.
Wiliam Cohen melihat posisi Indonesia makin lama makin sulit.
Pendukung Gus Dur dari kalangan non-NU juga menilai Gus Dur lemah dan
ragu-ragu.

Rocky Gerung , asisten politik Marsillam Simandjuntak, Sekretaris
Kabinet dari Fordem (Forum Demokrasi) yang didirikan Gus Dur, kemarin
menilai intelejen pemerintah Abdurrahman Wahid sangat lemah. Oleh
karena itu ia mengusulkan agar pemerintah dalam menyelesaikan
peristiwa Atambua dan pengungsi Timtim perlu bekerja sama dengan
pihak internasional. Menurut Rocky Gerung, publik internasional
memiliki akses lebih signifikan dari pada intelejen Indonesia tentang
peristiwa Atambua dan pengungsi Timtim. Berbicara dengan pers ibukota
usai dialog "Menggugat Nasionalisme Indonesia" di Hotel Indonesia,
Jakarta, kemarin, Rocky beranggapan pemerintah Abdurrahman Wahid
terkesan kurang tegas. Sebagai contoh, pemerintah pusat tidak cukup
kohesif untuk menangani soal-soal itu. Buktinya, sampai sekarang
publik menganggap TNI tidak bisa mengontrol anggotanya. Dan anggapan
itu telah beredar luas di kalangan internasional, jelasnya. "Menurut
saya, seharusnya pemerintah mempelajari kemampuan intelejen
Indonesia. Misalnya pekerjaan intelijen Indonesia di perbatasan
Timtim, dan bukannya malah menuduh pihak intelijen asing terlibat,"
jelas Rocky Gerung kepada pers.

Sedangkan Abdul Mun'im, peneliti LP3S menilai, Presiden Abdurrahman
Wahid kurang tegas dalam menghadapi perusuh. Kekurangtegasan ini
menjadikan orang tidak sabar. "Pemerintahan Gus Dur kurang tegas
dalam mengambil sikap atas berbagai kasus. Kelihatannya Gus Dur
terlalu hati-hati," tuturnya. Dengan sikapnya yang demikian,
menjadikan berbagai pihak tidak sabar lagi. Apalagi presiden terlihat
lebih melakukan pendekatan politik ketimbang hukum. Sehingga segala
sesuatu ditangani secara politis, tidak dilakukan pendekatan secara
hukum terlebih dahulu. Yang dilakukannya hanyalah negoisasi.
Sedangkan langkah ini kurang bagus dalam penyelesaian berbagai
masalah secara tuntas. Selain itu Mun'im melihat, cukup sulit untuk
mengungkap tabir, siapa pelaku di balik peristiwa kekerasan di tanah
air. Jadi kelihatannya ketika Gus Dur tiba-tiba menyuruh aparat
menangkap Tommy seolah-olah ini  suatu langkah yang luar biasa,
mengingat Gus Dur  biasanya ragu-ragu.

Seperti diberitakan pers sebelumnya, Presiden kemarin juga
memerintahkan Kepala Bakin, Panglima TNI serta Kapolri untuk melucuti
pengawal-pengawal bersenjata di kediamanan mantan Presiden Soeharto
yang bukan anggota TNI/Polri. Tetapi karena ketiga pejabat ini dahulu
dekat dengan keluarga Soeharto maka instruksi Gus Dur itu
dilaksanakan setengah hati. Maka tidaklah mengherankan jika Gus Dur
patah hati dengan ketiga pejabat ini. Justru KSAD Tyasno Sudarto yang
cepat-cepat menyambut dengan mengatakan bahwa ijin pemilikan senjata
hanyalah institusi resmi saja. Karena itu Tyasno menyetujui pelucutan
senjata para pengawal Soeharto dan Tommy. Yang mencolok, soal
pergantian Panglima TNI Widodo yang berasal dari Angkatan Laut itu
Gus Dur lagi-lagi nampak ragu-ragu. Ia berkilah dengan mengatakan
bahwa Widodo tidak akan diganti karena Widodo berasal dari kalangan
yang profesional. Padahal Widodo selama ini dianggap kalangan
pendukung  Gus Dur sebagai  teman dekatnya Wiranto, orang yang berada
di belakang Tommy Soeharto cs.

Gus Dur kemarin dulu, mengatakan, untuk mempertahankan kesatuan
negara, mau tidak mau pemerintah sekarang harus bersikap keras. Semua
senjata yang tidak legal harus diserahkan kepada pemerintah dalam
waktu seminggu. Menurut pengacara keluarga Soeharto, Juan Felix
Tampubolon, di Cendana dia tidak pernah melihat petugas keamanan
selain yang diberikan pemerintah. Kelompok "Macan Hitam" yang
bersenjata dan selama ini berjaga-jaga di Jalan Cendana  dan berani
mengejar para demonsntran mahasiswa tampaknya tidak pernah terlihat
oleh pengacara Soeharto itu.

Dalam pada itu penggantian Kapolri Jenderal Rusdihardjo kemarin
menurut suatu sumber telah direncanakan beberapa waktu lalu. Alasan
pemboman di gedung BEJ hanya digunakan sebagai waktu yang tepat oleh
Presiden untuk mengganti Rusdihardjo. Wakapolri baru pun menurut
suatu sumber sudah  dipersiapkan jauh sebelumnya.Yaitu mantan Kapolda
Metro Jaya Noegroho Djajusman. Noegroho yang dahulu dekat dengan
Wiranto dan Habibie kini merangkul Gus Im adiknya Gus Dur yang
ditugaskan menggarap TNI dan Polri. Gus Im juga memproyeksikan Waka
Bakin Farid Djainudin sebagai pengganti Kepala Bakin Arie Kumaat.
Rencana ini konon sudah dimatangkan jauh sebelum Sidang Tahunan MPR
yang lalu.

Diisyukannya nama Rachman Tolleng dari Fordem sebagai Ka Bakin
menurut suatu sumber sesungguhnya hanyalah dalam rangka mengimbangi
rencana Gus Im saja. Tetapi naiknya Kapolri baru Bimantoro pun tidak
lepas dari rencana Gus Im beberapa bulan yang lalu. Sebagaimana
halnya dengan Noegroho Djajusman, Bimantoro pun dikenal dekat dengan
para pengusaha  Jakarta. "Jadi pergeseran-pergeseran di intelijen dan
polri jelas tidak lepas dari pelbagai kepentingan bisnis kekuasaan"
ujar suatu sumber NU yang tetap kiritis. Pengganti Rusdihardjo Letjen
Bimantoro sekarang ini menjabat Wakapolri. Bimantoro sendiri termasuk
perwira polri yang dulu disebut-sebut bersaing ketat dengan
Rusdihardjo. Ia gagal karena ada yang melaporkan kepada Gus Dur bahwa
Bimantoro pernah beragama Kristen ketika masih di Akedemi Kepolisian.


Bagi banyak pengamat, penggusuran Rusdihardjo ini mengandung banyak
dimensi. Baru beberapa hari lalu ia "mengkotakkan" beberapa perwira
senior seperti Nugroho Djajusman, dan Chaeruddin, jenderal polisi
yang berperan banyak dalam pemeriksaan kasus 27 Juli. Ia dalam kasus
Tommy Soeharto, sepertinya tidak mengindahkan perintah Presiden Gus
Dur, untuk menangkap anak bungsu mantan Presiden itu. Tommy hanya
diperiksa untuk klarifikasi. Kebetulan Rusdihardjo adalah kerabat
Cendana.

Pers kemarin memberitakan, selain mengganti Kapolri, Presiden juga
sedang mempertimbangkan menempatkan Rachman Toleng, tokoh Fordem
menjadi Kepala Badan Koordinasi Intelejens Nasional. Bila Toleng jadi
menggantikan Kabakin sekarang, Letjen Arie Kumaat, maka jelas ini
merupakan sebuah terobosan sekaligus sensasi. Karena inilah peristiwa
pertama dalam sejarah dunia intelejens Indonesia di tiga dekade
terakhir ini bahwa seorang sipil mengendalikan Bakin. Bahkan semasa
Soekarno pun Bakin yang ketika itu bernama BPI, dipimpin seorang
polisi, Brigjen Polisi Soetarto. Rachman Tolleng tidak pernah
bertugas di dunia intelejen tetapi kemampuan politiknya sebagai
mantan aktivis gerakan bawah tanah menghadapi Soekarno dan kemudian
Soeharto pasti dapat diandalkan Gus Dur. Presiden membutuhkan
orang-orang yang loyal kepadanya.

Dua isyu besar ini disampaikan Presiden Gus Dur dalam jumpa pers di
Istana Merdeka, Jakarta,  kemarin pagi. Secara resmi dikemukakan
sebagai alasan bahwa Rusdiharjo diganti karena dianggap tidak mampu
menangani keamanan dalam negeri. Sedangkan penunjukan Bimantoro,
karena ia sudah melaksanakan tugas sehari-hari sebagai Wakapolri.
Tetapi banyak anggota DPR meragukan kemampuan Bimantoro membongkar
kasus-kasus pemboman akhir-akhir ini. MengenaI pergantian kepala
Bakin, menurut Jaksa Agung Marzuki Darusman sudah dibicarakan di
Sidang Kabinet. "Namun, kata Marzuki, alasan pergantian itu adalah
untuk mencari cara agar intelijen dapat mengumpulkan informasi
sebanyaknya dan seaktual mungkin. Masalah intelijen itu yang perlu
kita hadapi," ujar dia. Mengenai pergantian Kapolri, Marzuki hanya
menyatakan, pergantian itu merupakan tekad dari pemerintah untuk
meningkatkan jaminan keamanan kepada masyarakat. Menurut Marzuki,
pergantian ini merupakan isyarat bahwa penyelidikan harus
ditingkatkan ke hal yang baru. Karena, pemerintah sudah mempunyai
cukup bukti.

Langkah eksekutif ini kemarin ditentang pihak legislatif. Ketua MPR
Amien Rais kemarin meminta pemerintah menunda pergantian Kapolri itu
sampai ada persetujuan dari DPR. Ini sesuai dengan Tap MPR No VII
tahun 2000. "Kalau kita terjebak pada permainan kekuasaan yang tidak
ada pigura itu, maka berarti kita sudah melangkahi wewenang DPR,"
katanya. Wakil Ketua DPR, A.M. Fatwa kemarin pun mengatakan DPR akan
mempermasalahkan tindakan Presiden Abdurrahman Wahid tersebut. Maka
konflik eksekutif dan legislatif tampaknya akan bergulir kembali.
Presiden sendiri sudah mengatakan ketetapan MPR tersebut belum
berlaku karena Undang-Undang pelaksanaannya belum ada.

Syaifullah Jusuf, Ketua Ansor NU belum lama ini juga mengakui, ketika
Sidang Tahunan MPR sedang digelar dan orang sibuk soal wewenang Wakil
Presiden, diam-diam ketetapan MPR yang mengharuskan presiden meminta
persetujuan DPR bagi pergantian Kapolri dan Panglima TNI telah
diloloskan. Itulah antara lain yang menjadi dasar bagi seorang
seperti Indro Tjahyono, mantan aktivis tahun 1978 untuk memastikan
bahwa reformasi sesungguhnya sudah terhenti.


* PERGANTIAN KAPOLRI TIDAK MENUNJANG PENEGAKKAN HUKUM

Presiden Abdurrahman Wahid memberhentikan Jenderal (Pol) Rusihardjo
sebagai Kapolri dan mengangkat wakilnya Bimantoro sebagai pejabat
Kapolri. Menurut pelbagai pihak pemberhetian Rusdihardjo ini karena
ia dianggap tidak becus menjalankan tugasnya. Namun menurut seorang
anggota Polri, Sersan Satu (Pol) Fadillah, pergantian itu mekanisme
biasa.

Fadillah [F]: Kalau untuk versi kami sebagai anggota, itu bisa saja.
Dalam jabatan sebagai kapolri  tidak akan selamanya, cepat atau
lambat, karena beberapa yang telah kami amati sebelum-sebelumnya,
jabatan ini tidak ditentukan berapa lama beliau itu menjabat,
kemudian tidak menutup kemungkinan meskipun sudah pensiun karena
punya keahlian di bidangnya, bisa diperpanjang jabatan tersebut.
Kecuali mungkin kapolrinya diambil dari luar polri, ya itu barangkali
aneh. Tapi karena kapolrinya dari polri sendiri, buat kami, itu
adalah hal wajar, dan kami pun akan dukung siapa pun kapolri kami.

Radio Nederland [RN]: Kesulitan-kesulitan apa sebenarnya yang
dihadapi oleh kepolisian terutama Reserse itu ya untuk umpamanya
menyelesaikan kasus yang terjadi ini?

[F]: Selama ini, kesulitan kita adalah kekompakan dari beberapa
komponen bangsa, dari Polri sendiri, dari TNI dan dari masyarakat
sipil.

[RN]: Apakah tidak mungkin dari oknum-oknum TNI yang mungkin
menyulitkan atau menjad kendala?

[F]: Menurut pengamatan saya dan penyidikan tersebut, belum tahu
sampai sejauh mana koordinasi penyidikan dalam hal ini menangani
kasus bom. Karena dalam konteks keamanan negara kita, polri
bertanggungjawab sepenuhnya. Apabila diperlukan, TNI bisa membantu.
Nah dalam konteks ini harus ada permohonan dari Polri secara formal
kepada satuan tersebut untuk mendukung, karena apabila ada kecurigaan
dari mereka, tentunya tidak main serang langsung tapi harus secara
formal  karena itu institusi, karena kewenangan polri kan masih belum
sepenuhnya lepas seperti halnya kepolisian bisa secara lain
memeriksa langsung, tapi harus ada prosedur.

[RN]: Bagaiamana Anda melihat Pak Bimantoro, apakah kasus pemboman
ini akan segera terbuka?

[F]: Ya itu harapan kita semua, mudah-mudahan siapa pun kapolrinya,
kalau memang kita dukung secara keseluruhan, saya rasa mudah-mudahan
kita bisa ungkap kasu-kasus yang selama ini sulit ditangani dan
diungkap dan sebagainya.

Sementara itu Budi Witjaksono, pakar kepolisian di Undip mengatakan
pergantian ini lebih bersifat politik. Ia khawatir kalau polisi
terlalu banyak dicampuri, polisi tidak akan mampu membenahi diri,
yang akibatnya akan muncul anarki di tanah air.

Budi Witjaksono [BW]: Saya belum tahu alasannya dari presiden.
Mungkin karena ini ada berbagai rentetan, bom-bom ini nggak bisa
diselesaikan, mungkin itu ya.

[RN]: Tapi dengan memberhentikan dia, akan diatasi kesulitan yang
dihadapi sekarang ini oleh polisi seperti kasus pemboman?

[BW]: Nggak. Karena waktu polri masih digabung dengan ABRI, kalau
pembonan  ini terjadi, juga tidak bisa diselesaikan, karena dinas
intelijen kita sangat lemah. Cuma sekarang merebak, karena semuanya
sekarang dibuka toh, sangat dibebaskan gitu ya, jadi dengan demokrasi
dibebaskan, orang seolah-olah lakukan apa saja, dan memang kita
terdidik secara lama, secara sistematis tidak menghargai hukum selama
pemerintahan Soeharto itu, jadi kelihatannya ini mewujud gitu ya,
akibatnya itu ya, akibat jelek dari ketidaktaatan hukum, lalu anarki
gitu ya. Kalau terjadi kemarin-kemarin maka tidak diatasi, pasti
tidak bisa, tidak diatasi. Jadi, ini bukan masalah kapolri, ini
masalah sistem. Dan sistem ini malah diluar hukum, sistem ini adalah
sistem politik. Jadi, karena politiknya itu tidak menggunakan hukum
secara baik sehingga hukum menjadi korban. Pak Bimantoro juga bisa
kasihan ini, kalau dipaksa selesaikan masalah keamanan. Mana
polisinya sedikit. Bapak tahu, saya ini dari Pusat Studi Kepolisian,
saya menganjurkan kepada seluruh bangsa Indonesia agar memperhatikan
polisi, membiayai polisi, ya untuk mengatasi hal ini. Tapi belum ini
diatasi, sudah disikat begini.
Saya ini agak pesimis ini, jadi saya jadi takut ini, keadaannya kok
jadi gini. Itu nanti saya khawatirnya, orang menyudutkan polisi lagi.
Jadi bagi saya, menyudutkan polri juga kesalahan besar. Secara tak
langsung, orang meminggirkan hukum di Indonesia. Tapi paradigma
kekuasaan akan berjalan lagi. Karena yang digunakan polri itu adalah
paradigma moral dan akal budi, terlepas dari polri sendiri banyak
melakukan kekeliruan, tapi bagaimana pun juga, polri itu harus
bekerja melalui hukum.

Demikian Budi Witjaksono dari Undip, Semarang.


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.ranesi.nl/
http://www.rnw.nl/

Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda
peroleh melalui
[EMAIL PROTECTED]

Copyright Radio Nederland Wereldomroep.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke