---------------------------------------------------------------------

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia

Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.

---------------------------------------------------------------------

Edisi ini diterbitkan pada:

Kamis 11 Januari 2001 15:50 UTC



** LIMA ORANG TEWAS AKIBAT BETROKAN SENJATA DI ACEH

** PN JAKARTA UTARA AWALI SIDANG  KASUS ATAMBUA

** TENTARA ISRAEL DAN POLISI PALESTINA  AKAN JANJUTKAN PATROLI
BERSAMA

** TOPIK GEMA WARTA: PENGADILAN KASUS ATAMBUA DIGELAR DI JAKARTA,
TUDUHAN JAKSA TERLALU LEMAH

** TOPIK GEMA WARTA: FORUM DEMOKRASI PRIHATIN ATAS PERSETERUAN
EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF



* LIMA ORANG TEWAS AKIBAT BETROKAN SENJATA DI ACEH

Di Aceh lima orang meninggal dunia akibat betrokan senjata antara TNI
dan AGAM. Di Aceh Timur dua orang anggota TNI/POLRI tewas akibat
serangan AGAM, dan di Aceh Utara tiga orang anggota AGAM terbunuh
pada sebuah serangan polisi di sebuah  gudang senjata. Insiden ini
terjadi tidak lama setelah pemerintah RI dan GAM mengumumkan untuk
memperpanjang jeda kemanusiaan selama satu bulan. Bulan depan kedua
belah pihak akan bertemu lagi untuk membicarakan masalah status
wilayah tersebtu kedepan. Presiden Abdurrahman menawarkan Aceh
otonomi luas, tetapi menutup kemungkinan untuk merdeka.


* PN JAKARTA UTARA AWALI SIDANG  KASUS ATAMBUA

Pengadilan Negeri Jakarta Utara (PN Jakut) mengawali sidang
pengadilan enam orang tersangka pembunuhan staf UNHCR di Atambua,
Timor Barat. Kalau mereka ternyata bersalah, maka mereka bisa diberi
hukuman 34 tahun. Peristiwa tersebut terjadi September tahun lalu di
mana tiga orang staf UNHCR, warga Amerika, Kroasia dan Ethiopia
terbunuh akibat serangan massa yang menggunakan pisau dan batu. Massa
tersebut terdiri dari warga Timor Timur pro Indonesia. Proses
peradilan ini diikuti dengan cermat oleh dunia internasional. Tidak
lama setelah peristiwa pembunuhan itu, PBB dan organisasi-organisasi
kemanusiaan internasional lainnya keluar dari Timor Barat.


* TENTARA ISRAEL DAN POLISI PALESTINA  AKAN JANJUTKAN PATROLI BERSAMA

Patroli bersama antara tentara Israel dan polisi Palestina di Jalur
Gaza dan Tepi Barat akan dilanjutkan lagi dalam waktu singkat ini.
Keputusan itu merupakan hasil pertemuan Rabu malam kemarin antara
para pejabat keamanan Israel dan Palestina. Patroli bersama, yang
merupakan salah satu butir keputusan perjanjian Oslo, dihentikan tiga
bulan lalu setelah berkobarnya kekerasan antara Israel dan Palestina.
Sementara itu, kunjungan juru runding Amerika Serikat Dennis Ross ke
Timur Tengah kembali ditunda. Menurut Menlu AS, Madeleine Albright,
misi perdamaian itu untuk sementara dibatalkan karena alasan
keamanan. Ross semestinya bertolak ke Timur Tengah Kamis ini untuk
melakukan upaya terakhir melancarkan kembali proses perdamaian yang
macet. Semula pihak Palestina melaporkan bahwa kunjungan itu batal
sama sekali. Namun Gedung Putih membantah hal itu dan menyatakan
bahwa misi itu masih termasuk dalam agenda pada hari-hari mendatang.


* BILJANA PLAVSIC BANTAH TERLIBAT KEJAHATAN PERANG

Mantan presiden Serbia Bosnia Biljana Plavsic menyatakan di depan
Tribunal Yugoslavia di Den Haag, Belanda, bahwa dirinya tidak
terlibat melakukan kejahatan perang. Plavsic pagi tadi muncul untuk
pertama kali di depan Tribunal setelah ia kemarin menyerahkan diri.
Plavsic merupakan pemimpin Serbia Bosnia pertama yang diadili di
Tribunal Yugoslavia. Ada tiga dakwaan dijatuhkan kepada Plavsic.
Antara lain genosida, kejahatan terhadap kemanusian. Biljana Plavsic
pada awal tahun sembilan puluhan adalah pengikut setia Radovan
Karadzic, salah seorang pemegang peranan penting dalam perang Bosnia.
Pernyataan-pernyataan Plavsic diduga bakal memberatkan Karadzic dan
mantan pemimpin tentara Ratko Mladic.


* MANTAN SEKRETARIS GEREJA PEROTESTAN BELANDA TUTUP USIA

Mantan sekretaris Hervormd Kerk dr. A. Kuiper tutup usia di rumahnya
di Leiderdorp. Kuiper terutama aktif di misi dan zending. Dari 1956
sampai 1976 ia menjadi pendeta zending di Indonesia. Dari 1991 sampai
1996 ia bekerja di Sekola Tinggi Teologia di Jakarta. Sampai
meninggal dunia ia menjabat supervisor proyek Terjemahan Bible Baru.
Kuiper meninggal dunia dalam  usia 70 tahun.


* ENAM ORANG TEWAS AKIBAT TEMBAK MENEMBAK DI MASJID DI YAMAN

Akibat peristiwa tembak menembak di sebuah masjid di Yaman enam orang
warga meninggal dunia. Sepuluh orang warga lainnya mengalami
luka-luka. Dua orang pria di sebuah desa di sebelah utara ibu kota
Sanaa, mengeluarkan tembakan di tengah berlangsungnya diskusi sengit
tentang pemilihan umum yang dijadwalkan 20 Februari mendatang.
Pemilihan umum lokal ini merupakan yang pertama sejak reunifikasi
Yaman Utara dan Yaman Selatan.


* DUA TERSANGKA ETA TERTANGKAP

Polisi Barcelona, Spanyol, menangkap  dua orang yang diduga anggota
gerakan Basque ETA. Di kendaraan mereka ditemukan sejumlah besar
bahan peledak. Para tertangkap itu diduga adalah tokoh penting satuan
elit ETA di Barcelona. Penangkapan ini terjadi menyusul keputusan
Prancis untuk mengeksradisikan mantan pemimpin sayap militer ETA,
Jose-Luiz Arizkuren-Ruiz.  Ekstradisi itu dituntut Spanyol sehubungan
dengan enam kasus serangan teror yang menewaskan tujuh orang
politisi. Arizkuren-Ruiz juga otak di balik upaya pembunuhan Raja
Spanyol Juan Carlos, lima tahun tahu.


* PENGADILAN KASUS ATAMBUA DIGELAR DI JAKARTA, TUDUHAN JAKSA TERLALU
LEMAH

Intro: Perkara pembunuhan terhadap tiga staf UNHCR 5 September 2000
atau lebih dikenal sebagai kasus Atambua mulai disidangkan hari ini
di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, dengan menghadirkan enam
terdakwa.
Menurut pengacara terdakwa, Suhardi Sumomulyono, tuduhan jaksa
terlalu mengambang. Berikut ini, dia sampaikan beberapa keberatannya:

Suhardi Sumomulyono (SS): Keberatan-keberatan yang kami minta itu
satu di antaranya mengenai tempa kejadian perkara.  Karena tempat
kejadian perkara itu ada di Atambua, maka sesuai dengan fasal 84
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) seharusnya yang
mengadili ini Pengadilan Negeri Atambua, bukan pengadilan  negeri
Jakarta Utara. Ini pertama keberatan kami. Kemudian keberatan kedua
itu juga mengenai teknis dakwaan yang diajukan oleh jaksa. Sebenarnya
ini kan persoalan massa. Ada massa yang marah, sedemikian banyaknya.
Kemudian jumlahnya juga tidak diketahui oleh jaksa. Identitas massa
itu juga tidak diketahui oleh jaksa. Tetapi tiga minggu setelah itu
ada orang yang menyerahkan diri, mengaku sebagai pembunuh. Oleh
karena itulah kita akan pertanyakan dasar-dasar pikiran jaksa dalam
membuat dakwaan itu.

RN: Pada intinya karena insiden Atambua itu karena serangan massal
sehingga sulit diidentifikasi pelaku-pelakunya? Begitu?

SS: Ya betul. Seharusnya kalau betul-betul jaksa itu konsekwen dengan
dakwaannya. Dalam dakwaan itu dia mengatakan bahwa ada ribuan massa
begitu besar dan emosional kemudian tidak diketahui identitas massa
itu. Pada saat terjadi logikanya harus ada orang yang tertangkap
basah, sehinggak begitu ditangkap, diperiksa dan diadili. Bagi kami
yang menjadi persoalan para tersangka itu ternyata tidak tertangkap
basah, sehingga orang-orang ini menyerahkan diri tiga minggu setelah
kejadian itu. Oleh karena itu dalam satu bahasa dakwaan yang seperti
ini perlu juga kita pertanyakan: 'Apakah betul-betul para tersangka
itu pelakunya? "

RN: Sebagai penasehat hukum apakah anda juga melihat bahwa dalam
kasus ini muatan politisnya  jauh lebih besar daripada muatan hukum?


SS: Saya melihat bahwa siapa pun yang melakukan pembunuhan terhadap
staf UNHCR harus kita kutuk. Kita tidak terima dan harus dihukum. Itu
prinsip dari penasehat hukum. Karena penasehat hukum itu pada
dasarnya  kehadirannya bukan menghilangkan orang yang salah menjadi
benar, tapi kita akan meringankan. Tetapi problem yang saya rasakan
kelihatannya pemerintah rasa-rasanya terlalu tergesah-gesah dalam
menangkap orang ini. Saya agak khawatir jangan-jangan bukan
orang-orang ini.

RN: Kembali kepada beberapa orang terdakwa seperti Pareira, Simenes
dan Naisama. Kalau mereka itu terbukti termasuk dalam gerombolan
massa yang menyerang UNHCR, tentu alasan pembelaan anda dengan
sendirinya gugur kan?

SS: Makanya itu ada satu pertanyaan hukum yang sangat mendasar. Kalau
itu ada massa yang demikian banyak mengamuk dan kemudian jaksa
mendakwakan tidak bisa mengidentifikasi jumlah massa. Seorangnya ada
orang yang tertangkap basah. Tapi kok tiga minggu setelah itu baru
ada yang menyerahkan diri. Jadi saya sebenarnya hanya khawatir.
Mudah-mudahan jaksa benar kalau memang orang-orang itulah sebenarnya
pelakunya. Tapi tentu kami sebagai penasehat hukum kan harus
membuktikan hal-hal yang sangat objektif, hal-hal yang paling benar,
hal-hal yang faktual dan aktual di lapangan.

RN: Anda secara psykologis bersedia untuk dicap sebagai orang yang
membela orang-orang yang bersalah, karena bagaimana pun dalam kasus
insiden ini banyak orang-orang yang di sana yang dipersalahkan? Anda
kan membela mereka.


SS: Justru itulah pertanyaan saja dan itulah problem saya. Makanya
saya minta dengan sangat kepada polisi Indonesia dan juga jaksa
Indonesia agar harus benar-benar menangkap orang-orang ini harus
betul-betul tepat pada subyeknya.  Saya kan hanya mengkhawatirkan
jangan-jangan ada orang lain yang sebenarnya lebih merupakan pelaku
utama. Kalau orang-orang ini memang terbukti bersalah, harus dihukum.
Tidak bisa tidak. Kan ini menyangkut nama baik bangsa Indonesia.
Apalagi petugas-petugas UNHCR itu di mata kami itu kan petugas
kemanusiaan yang harus kita hormati. Jadi yang menjadi pertanyaan
saya kan hanya mengengai bagaiaman meringankan orang-orang ini.
Karena setelah lihat track recordnya, enam orang ini tidak ada latar
belakang pernah melakukan kejahatan sekecil apa pun. Oleh karena itu
di dalam pembelaan nanti saya tentu hanya ingin mengatakan bahwa ada
beberapa hal yang menurut saya memang janggal dalam dakwaan itu.
Tetapi yang paling utama bagaimana saya meringankan para terdakwa
ini.


* FORUM DEMOKRASI PRIHATIN ATAS PERSETERUAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF

Intro: Situasi politik belakangan ternyata bukan hanya
mengkhawatirkan kalangan politik, tetapi malahan, menariknya, Forum
Demokrasi. Lembaga yang dibentuk sendiri oleh Gus Dur ini sekarang
berbalik terhadapnya. Mengapa Forum Demokrasi Fordem menjadi
khawatir? Koresponden Syahrir mengirim laporan berikut dari Jakarta:

Marsillam Simanjuntak tokoh Fordem yang kini duduk sebagai Sekretaris
Kabinet mendamping Presiden Abdurrahman Wahid, mantan Ketua Fordem
menurut suatu sumber dalam waktu dekat akan digantikan oleh Menteri
Khofifah Indar Parawansa yang berasal dari PKB, partainya Gus Dur.
Selanjutnya Marsillam akan menjabat suatu posisi penting yang
menentukan di dalam kabinet. Fordem nampaknya sedang menuju pada
perpecahan.

Kemarin Badan Pekerja Fordem atau Forum Demokrasi mengeluarkan suatu
pernyataan tentang Situasi Tanah Air. Forum yang antara lain
didirikan Gus Dur dan Marsillam Simanjuntak ini setelah menyaksikan
perangai maupun kinerja presiden selama setahun setuju bahwa
pemerintahan Abdurrahman Wahid cenderung buruk. Presiden pun sudah
mengakui kelemahan-kelemahan pemerintahannya. Kita kini sudah berada
dalam keadaan yang penuh kekacauan. Perkembangan keadaan bahkan sudah
mengarah pada konstelasi stateless society, yaitu suatu masyarakat
yang nyaris tanpa negara.

Menurut Chris Siner Key Timu, Gus Dur sendiri mengakui bahwa ia tidak
berkuasa untuk mengatasi keadaan saat ini. Padahal sesungguhnya
sebagai Presiden ia berkuasa penuh. Tetapi ia tidak berani mengambil
langkah-langkah yang tepat. Akibatnya reformasi yang seharusnya
berarti perayaan kemenangan kemenangan civil society, kini justru
berubah menjadi sorak sorai uncivil society. Negara gagal menjalankan
fungsi primernya. Konperensi pers Badan Pekerja Fordem yang kemarin
tidak dihadiri Marsillam Simanjuntak dan Bondan Gunawan itu
dimonopoli Rahman Tolleng, Mulya Lubis dan Chris Siner Key Timu. Yang
masih bersikap netral ialah Rocky Gerung, Awad Bahasoan dan Fajrul
Rachman. Namun mereka sependapat bahwa sebab utama konstelasi nyaris
tanpa negara ini bersumber dari kenyataan bahwa kita memasuki masa
transisi tanpa pemutusan hubungan nyang tajam dengan masa lampau.
Konsekuensinya adalah kekaburan standar moral untuk menentukan apa
yang baik dan apa yang tidak baik dalam kehidupan bernegara.
Konsolidasi demokrasi semakin sulit diwujudkan karena karena semakin
bercampurnya elemen-elemen reformasi dengan elemen-elemen Orde Baru
di dalam perkembangan politik saat ini.

Beberapa masalah fundamental seperti pengaturan hubungan eksekutif
legislatif, perlakuan terhadap tokoh-tokoh Orde Baru pelaku
pelanggaran HAM dan KKN, penataan hubungan sipil militer yang
berbasis supremasi sipil dan hubungan rasional dalam soal
pusat-daerah, semua itu diabaikan untuk didahulukan. Sebagai gantinya
elit politik justru memilih cara amandemen, pembuatan TAP MPR dan
Undang-Undang, yang karena tanpa landasan paradigma yang jelas
akhirnya hanya bersifat tambal sulam saja. Inilah yang membawa bangsa
Indonesia masuk ke dalam kekacauan politik dan kerancuan
ketatanegaraan. Maka Indonesia pun menyaksikan kemacetan
konstitusional yang luar biasa yang kini tercermin dalam perseteruan
eksekutif dan legislatif. Konflik ini sebenarnya lumrah dalam
kehidupan demokrasi. Tetapi di Indonesia sekarang ini lebih bersifat
antagonistis yang tidak menyumbang pada proses peningkatan kualitas
demokrasi. Masing-masing pihak berpijak pada pada landasan yang
berbeda.

Kelemahan-kelemahan mendasar kepemimpinan Gus Dur antara lain ialah
sering memecahkan masalah-masalah mendasar secara ad-hoc, tanpa
meletakkannya dalam suatu kerangka wawasan yang luas. Akibatnya
banyak kebijakannya masih bersifat coba-coba. Ucapan-ucapan presiden
pun seringkali turut memprovokasi ketidakstabilan politik. Hal ini
turut menyumbang pada terbentuknya kondisi politik nyaris tanpa
negara dan kemacetan konstitusional saat ini. Tetapi diakui bahwa
selama aturan ketatanegaraan dan pelembagaan politik tidak dibenahi
dasar filosofi serta deduksi konstitusionalnya, maka tidak akan ada
suatu pemerintahan yang efektif, siapa pun juga yang kelak menduduki
jabatan presiden. Fordem selanjutnya mendesak suatu terobosan politik
harus diupayakan agar keadaan tidak berlanjut menjadi anarki sosial
yang destruktif. Fordem menyesalkan bahwa para elit parpol kini lebih
memusatkan perhatian mereka menghadapi pemilu 2004. Dalam kegiatan
penggalangan itu telah diakibatkan perbuatan korupsi dan kolusi
termasuk menampung kroni-kroni Orde Baru.

Untuk jangka panjang Fordem mengusulkan suatu Komisi Konstitusi baru.
Untuk jangka pendek membubarkan parlemen. Tetapi kalangan politik
lain menduga Gus Dur akan meremahkan desakan Fordem ini. Dan pada
akhirnya Gus Dur lagi-lagi akan menempuh jalan kompromi dengan
legislatif dan menyusun kabinet baru berdasarkan koalisi dengan
melibatkan kekuatan-kekuatan yang ada di DPR termasuk Golkar. Maka
praktek-praktek politik gaya lama akan kembali dipraktekkan: otoriter
dan korup. Dan pada akhirnya rakyatlah yang akan mengambil alih
kendali pemerintahan dari Gus Dur.


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.ranesi.nl/
http://www.rnw.nl/

Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda
peroleh melalui
[EMAIL PROTECTED]

Copyright Radio Nederland Wereldomroep.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke