---------------------------------------------------------------------

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia

Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.

---------------------------------------------------------------------

Edisi ini diterbitkan pada:

Senin 18 Juni 2001 14:30 UTC



** POLISI LEPASKAN TEMBAKAN PELURU KARET BUBARKAN MAHASISWA
DEMONSTRAN YANG MENENTANG KENAIKAN HARGA BBM

** WAPRES INGATKAN PERLU KERJASAMA DENGAN IMF

** DI BULGARIA, GERAKAN NASIONAL MENANG PEMILU

** TOPIK GEMA WARTA: KOMPROMI MENJELANG SIDANG UMUM MPR KONON SUDAH
TERCAPAI

** TOPIK GEMA WARTA: PERADILAN HAM AD HOC TRISAKTI/SEMANGGI HARUS
TETAP DIGELAR



* POLISI LEPASKAN TEMBAKAN PELURU KARET BUBARKAN MAHASISWA DEMONSTRAN
YANG MENENTANG KENAIKAN HARGA BBM

Di Jakarta, polisi melepaskan tembakan peluru karet dan gas air mata
untuk membubarkan sekitar 700 orang demonstran mahasiswa yang
memprotes kenaikan harga BBM 30 persen.
Di banyak kota ribuan penumpang berjalan kaki karena aksi mogok para
sopir bis menentang kenaikan harga BBM tersebut. Di Jakarta sendiri
42 ribu polisi dikerahkan untuk mengamankan berbagai aksi protes.
Pemerintah Indonesia tidak punya pilihan lain kecuali menaikan harga
BBM sebagai akibat tekanan Dana Moneter Internasional, IMF yang
mendesak agar segera mengurangi beban defisit APBN.
Kenaikan tajam harga BBM tahun 1998 mengakibatkan aksi massa turun ke
jalan dan menyebabkan Suharto lengser dari kursi kepresidenan.


* WAPRES INGATKAN PERLU KERJASAMA DENGAN IMF

Wapres Megawati Soekarnoputeri mengingatkan kembali pentingnya usaha
untuk mencoba membangun kerjasama yang lebih baik dengan Dana Moneter
Internasional (IMF).
Hal ini karena Indonesia berhadapan dengan proses penjadwalan ulang
utang luarnegeri dalam Paris Club sebesar 2.8 milyar dolar AS yang
mensyaratkan tercapainya kesepakatan Letter of Intent (LOI).
Pernyataan Wapres ini disampaikan Menko Perekonomian Burhanuddin
Abdullah dalam konferensi pers usai bertemu Wapres di istana Wapres,
Jakarta, Senin (18/6) siang.
Wapres mengingatkan jika hal tersebut tidak berhasil, maka yang rugi
adalah pemerintah RI sendiri karena beban APBN akan terus mmebengkak.
"Tentu saja negara donor akan keberatan," kata Burhanuddin mengutip
Wapres.
Wapres juga mengingatkan bahwa dalam permasalahan ini bukan saja
kepentingan Indonesia, namun juga menjadi kepentingan negara-negara
donor dan IMF sendiri. "Jadi kepentingan bersama, diskusi adalah
untuk menguntungkan kita bersama," kata Burhanuddin.
Sampai hari ini, kata Burhanuddin, 2 dari 3 syarat yang ditetapkan
IMF untuk bisa datang ke Indonesia guna melakukan peninjauan kembali
telah terpenuhi.
Wapres juga mengingatkan agar Menko Perekonomian menjaga sinergi
dengan menteri-menteri ekonomi lain serta terus melakukan koordinasi
dengan Menko Polsoskam.


* DI BULGARIA, GERAKAN NASIONAL MENANG PEMILU

Di Bulgaria, Gerakan Nasional pimpinan mantan raja Simeon II meraih
mayoritas kemenangan suara pada pemilu akhir pekan. Gerakan Nasional
meraih 43 persen suara dan kemungkinan akan membentuk mayoritas di
parlemen. Sedangkan partai koalisi tengah-kanan pimpinan PM Ivan
Kostov mengalami kekalahan besar, hanya meraih 18 persen suara.
Dalam pidato kemenangannya, mantan raja itu berjanji akan memulai
awal baru untuk negaranya. Tapi masih belum jelas dia akan menjadi
apa, karena dia tidak mencalonkan diri merebut kursi di parlemen.
Menurut konstitusi Bulgaria, calon perdana menteri harus berasal dari
anggota parlemen.
Simeon II hidup di pengasingan karena diusir komunis tahun 1946. Dia
kemudian menjadi usahawan sukses di Spanyol. Dia membentuk Gerakan
Nasional dua bulan lalu.


* RIBUAN DEMONSTRAN SOLIDARITAS SUKU BERBER DI ALJAZAIR

Di Paris Minggu kemarin ribuan demonstran turun ke jalan menyatakan
solidaritas mereka terhadap warga Berber di Aljazair.
Demonstran menuntut demokrasi lebih besar di Aljazair dan menuntut
pemerintah Aljazair menghentikan kekerasan terhadap minoritas Berber
di kawasan Kabylie.
Di Aljazair sendiri, demonstran merusak toko dan gedung pemerintah
baik di ibukota Aljier maupun di Kabylie.
Selama beberapa bulan terakhir, suku Berber berjuang menuntut
kehidupan lebih layak dan mendesak agar pemerintah mengakui bahasa
dan kebudayaan mereka.
Dua orang anggota parlemen mengundurkan diri karena tidak puas dengan
tekanan yang dilakukan pemerintah terhadap minoritas Berber.


* GUBERNUR TEXAS MEMVETO RANCANGAN UNDANG-UNDANG ANTI HUKUMAN MATI

Di Texas, Amerika Serikat, sebuah rancangan undang-undang mencegah
hukuman mati bagi seorang penjahat yang sakit jiwa diveto oleh
gubernur Rick Perry. Perry, seorang republik, mengatakan,
undang-undang itu mengabaikan prinsip hukum yang mengatur hukuman
mati.
Hukuman mati baru-baru ini di Amerika Serikat dikecam dunia
internasional. Uni Eropa mengeritik bahwa hukuman mati karena
kejahatan yang dilakukan orang sakit jiwa, melanggar hak asasi.
Undang-undang itu diusul oleh senator demokratik di Texas, yang
mengharapkan undang-undang tersebut dapat memperbaiki citra negara
bagian tersebut.


* PARADE HOMO DI SAO PAOLO

Di Brasil, lebih dari 200 ribu warga turun ke jalan-jalan utama Sao
Paolo merayakan parade tahunan kaum homo seksual dan lesbian. Tahun
lalu parade itu dihadiri 120 ribu orang, sementara pada 1996, ketika
parade diadakan pertama kali, hanya dihadiri 2000 kaum homo dan
lesbi.
Walikota baru sayap kiri Sao Paolo, Marta Suplicy, mengatakan bangga
bahwa kotanya mendapat citra baik sebagai kota homo.  Marta Suplicy
mengatakan, orang boleh berbeda-beda namun memiliki hak yang sama.


* PULUHAN NAPI MELARIKAN DIRI DARI PENJARA GUATEMALA

Di Guatemala, dua orang Satpam dan seorang narapidana tewas ketika
terjadi kerusuhan di sebuah penjara. Lebih dari 70 napi melarikan
diri dari penjara, yang terletak sekitar 50 kilometer sebelah selatan
Guatemala City.
Delapan orang napi ditangkap. Dua lainnya jatuh ke dalam sungai. Di
dalam penjara itu yang dikenal warga setempat sebagai neraka kecil
itu, tinggal para penjahat kelas kakap dari negara itu.


* KOMPROMI MENJELANG SIDANG UMUM MPR KONON SUDAH TERCAPAI

Jika tidak dicari jalan keluar dari kemelut politik saat ini, maka
Gus Dur terpaksa harus mengeluarkan dekrit. Tetapi untuk mengarah ke
situ ia harus membiarkan kerusuhan massa yang menentang kenaikan
harga BBM meningkat. Namun masih ada jalan lain. Nampaknya Gus Dur
sebagai seorang kyai masih terus berharap Megawati mau berkompromi.
SI tetap digelar tetapi bukan untuk meminta pertanggungjawaban
presiden. Koresponden Syahrir mengirim laporan berikut dari Jakarta:

Dirjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan akhirnya memberikan
juga persetujuan bagi angkutan kota dan angkutan kota non bus atau
bus kecil. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan penyesuaian tarif yang
berdasar pada situasi dan kondisi di daerah masing-masing. Departmen
Perhubungan dan beberapa pemerintahan daerah di propinsi terpaksa
mengakomodasi tuntutan para supir bus dan non bus. Sejak dua hari
terakhir ini para supir bis dan angkota di berapa daerah bereaksi
keras atas keputusan pemerintah menaikkan harga BBM. Para mahasiswa
di Jakarta pun ikut marah. Namun para mahasiswa yang melakukan aksi
protes di  depan kampus masing-masing ditangani secara brutal oleh
petugas kepolisian.

Aksi kekerasan guna meredam demo menentang kenaikan BBM, dinilai
Ketua PBHI, Hendardi, bukan tindakan tersendiri pihak kepolisian.
Hendardi menuding langkah menghentikan aksi itu merupakan proyek
politik Polri. Sehubungan dengan aksi kekerasan polisi itu, hari
Selasa ini mahasiswa merencanakan demonstrasi di depan rumah Wapres
yang mereka anggap bertanggungjawab atas kebijakan pemerintah itu.
Polisi dianggap ingin membalas dendam terhadap mahasiswa sambil
berlindung di belakang Wakil Presiden. Sejumlah angkot di Jakarta
mulai sore kemarin, melakukan aksi mogok. Akibatnya, ribuan penumpang
telantar di beberapa terminal dan titik pemberhentian. Sebagian dari
mereka terpaksa diangkut dengan mobil polisi pamong praja, Pemda DKI.


Aparat kepolisian menembakkan gas air sebanyak tiga kali dari luar
pagar kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jalan Diponegoro
setelah mahasiswa melemparkan batu ke arah aparat, Senin sore. Para
mahasiswa mengutuk penggrebekan aparat kepolisian terhadap kampus dan
mesjid IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di Jl Ciputat Raya
Tangerang, Senin. Para mahasiswa meminta Kapolri untuk bertanggung
jawab atas jatuhnya korban dari pihak mahasiswa. Jumlah korban dari
pihak mahasiswa dan warga berjumlah 20 orang, termasuk di antaranya
korban yang ditahan Polsek Ciputat. Sebagian dari para korban
menderita luka akibat tembakan peluru karet. Bekas-bekas lemparan
batu. Aksi mahasiswa Forkot, UKI, dan IAIN itu oleh kalangan PDI
Perjuangan dinilai sebagai buah pekerjaan orang-orang di seputar Gus
Dur. Sedangkan gerakan buruh di Bandung dianggap sebagai permainan
pihak tentara. Bukankah para satpam itu bekas militer yang kini aktif
di perburuhan? Demikian Suparlan anggota Fraksi PDI perjuangan
bertanya. Kalangan anggota DPR RI yang lain merasa heran mengapa
hanya PRD yang disasar oleh Polri mengingat banyak tangan yang terjun
dalam aksi-aksi buruh akhir-akhir ini. Sesungguhnya para akvis itu
hanya melakukan gimnastik revolusi, ujar seorang lain.

Jika dilihat secara makro sesungguhnya aksi-aksi ini hanyalah
merupakan bagian dari pelbagai manuver yang sedang dilakukan para
pendukung Gus Dur untuk memperkuat posisi Gus Dur. Kemarin beberapa
menteri yang tergabung dalam tim lobby Gus Dur dipanggil menghadap
presiden di Istana. Gus Dur nampaknya perlu meminta perhatian mereka
mengingat usaha-usaha Menko Polsoskam Agum Gumelar untuk mendekati
Megawati sudah menghadapi jalan buntu. Dalam suatu percakapan dengan
seorang pengamat politik baru-baru ini, Gus Dur mengaku bahwa Agum
sudah gagal. Ia kini mencari penengah untuk memberitahukan kepada
Megawati bahwa dia bersedia mundur pada Sidang MPR mendatang. Namun
ia tidak mau dipermalukan. Gus Dur ingin menyerahkan kekuasaannya
secara terhormat. Pihak PDI Perjuangan pun sedang mencari-cari jalan
ke arah itu.

Salah satu modus adalah dengan mengusahakan agar semua fraksi meminta
maaf kepada Gus Dur. Lalu mengingat fraksi-fraksi Poros Tengah telah
salah karena memilih seseorang yang nyaris buta menjadi presiden.
Setelah semua fraksi meminta maaf, diputuskan agar MPR memilih
presiden lain yang lain. Fraksi-fraksi Poros Tengah dan PDI
Perjuangan pada Sidang Istimewa itu harus pula mengaku telah
melanggar konstitusi. Tetapi mungkinkah Gus Dur konsisten dengan
janjinya itu?

Kelompok Garis keras di MPR seperti Ketua MPR Amien Rais tetap
berharap Sidang Istimewa MPR  digelar tanpa mengikuti jalur
memorandum I dan II. Hal itu bisa dilakukan karena usul lintas fraksi
di MPR. Namun, hingga sekarang pimpinan MPR belum menerima usulan
diselenggarakannya SI melalui "jalur alternatif" itu. Demikian
dikemukakan Amien Rais seusai rapat pimpinan MPR dengan Panitia Ad
Hoc 1 dan 2 serta Pansus Badan Pekerja MPR. "Tapi itu tugas lintas
partai, bukan tugas kami sebagai pimpinan MPR," katanya. Menurutnya,
jalur alternatif itu bisa dilakukan dengan mencermati berbagai
peristiwa terakhir yang dirasakan makin tidak menentu. Apalagi, bila
pemerintah dianggap tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut.

Dalam kesempatan itu juga Amien melaporkan progres report yang
dilakukan BP MPR di antaranya telah selesainya berbagai Rantap
seperti Rantap penerimaan dan penolakan pertanggungjawaban presiden.
Rantap pengangkatan wapres menjadi presiden bila pertanggungjawaban
ditolak. Rantap pengangkatan wapres yang baru bila pertanggungjawaban
ditolak, karena kursi wapres jadi kosong. Tetapi, Amien sendiri
berpendapat ada baiknya SI dilakukan sesuai jadwal semula, yakni pada
1 Agustus. "Sebaiknya kita tidak terburu-buru menggelar SI,"
tambahnya.


* PERADILAN HAM AD HOC TRISAKTI/SEMANGGI HARUS TETAP DIGELAR

Hari ini 10 anggota aparat keamanan menghadap Mahkamah militer dalam
kasus penembakan Mahasiswa Trisakti, Mei 1998. Dengan digelarnya
pengadilan militer ini, maka TNI dinilai telah melakukan pemotongan
mekanisme prosedur pengadilan pelanggaran hak-hak asasi manusia,
untuk mencegah proses-proses peradilan HAM berikutnya. Tetapi,
demikian Usman Hamid ketua Tim Ad Hoc untuk peradilan HAM Trisakti,
ini tidak berarti bahwa tidak bisa digelar lagi pengadilan ad hoc
terhadap mereka yang didakwa telah melepas tembakan. Berikut
wawancara Radio Nederland dengan Usman Hamid:

Usman Hamid [UH]: Saat ini, proses yang sedang berjalan di tingkatan
mekanisme penindasan pelanggaran HAM itu kurang berjalan. Dalam hal
ini misalnya Pansus DPR RI untuk menelusuri kasus Trisakti Semanggi I
dan II ini yang kemudian diarahkan kepada pengadilan HAM Ad Hoc atau
tidak. Sayangnya Pansus coba memerankan diri untuk mamastikan kasus
ini ke arah kualitas, artinya, Pansus tidak mau merekomendasikan
peradilan ad hoc ini apabila DPR atau Pansus belum bisa memastikan
dugaan pelanggaran berat HAM terjadi pada Trisakti Semanggi I dan II.

Saya kira, pemastian ini 'kan memang tidak perlu pada lembaga DPR
yang memang tidak memiliki keabsahan untuk melakukan soal itu.
Kewenangan itu ada pada Komnas HAM. Sayangnya, Komnas HAM sendiri
menyatakan mereka tidak bisa melakukan proses penyelidikan sebelum
ada rekomendasi peradilan HAM Ad Hoc. Saya kira, dua institusi itu
membuat terjadinya stagnasi dalam proses pelanggaran HAM dalam kasus
Trisakti Semanggi I dan II.

Dua minggu lalu masyarakat korban sudah mem-pressure (menekan - Red)
Komnas HAM dan pada akhirnya Komnas HAM mau membentuk KPP HAM untuk
melakukan penyelidikan kasus Trisakti yang nantinya diharapkan hasil
kerja dari KPP ini menjadi landasan untuk pengambilan keputusan
politik dari Pansus untuk menentukan peradilan Ad Hoc atau tidak.
Tapi yang sekarang terjadi ternyata kondisi stagnasi ini dimanfaatkan
militer untuk menggelar peradilan militer.

Saya kira resistensi yang dilakukan institusi TNI sudah jelas selama
ini ketika mereka dipanggil Pansus apakah mereka mereka yang non
aktif atau yang aktif, itu sudah didepan Pansus, kemudian adanya
pernyataan Komnas HAM yang menyatakan pelanggaran berat HAM kemudian
ditolak oleh isntitusi TNI, terakhir lewat Chaniago selaku Kasum, dan
juga penolakan oleh para mantan perwira tinggi termasuk Wiranto dalam
hal ini terhadap kualifikasi kasus ini, apakah termasuk pelanggaran
berat HAM atau tidak. Itu semua menjadi satu titik ukuran bahwa
memang ada resistensi dari tingkatan militer untuk mencegah proses
ini diselesaikan melalui peradilan HAM ad hoc. Nah saya kira apa yang
terjadi saat ini proses pemotongan mekanisme yang sedang berjalan di
tingkatan prosedural HAM.

Jadi saya kira, memang ada resistensi dari institusi TNI dan juga
beberapa kekuatan politik yang ada di parlemen. Hanya tiga fraksi
yang setuju dengan pengadilan ad hoc itu sendiri. Jadi, ada satu
kekuatan tingkatan dominan di tingkatan DPR sendiri yang sebenarnya
dalam DPR dalam UU NO 2, 2000,  tentang pengadilan HAM bisa melakukan
suatu usulan terhadap pembentukan pengadilan ad hoc memiliki
permasalahan dan kemudian proses kerja Komnas HAM yang lambat yang
diawali dengan katanya tidak bisa melakukan proses penyelidikan
menurut interpretasinya terhadap UU, itu juga dimanfaatkan situasi
yang kosong ini oleh institusi TNI untuk melakukan digelarnya
pengadilan militer, yang menurut saya justru untuk membatasi
tangungjawab aparat dalam kasus Trisakti dan sekaligus untuk mencegah
proses peradilan ini ke depan.

Demikian Usman Hamid. Berikut tanggapan Sekjen Komnas HAM, Asmara
Nababan:

Asmara Nababan [AN]: Memang ada kelambatan pada Pansus dan kelambatan
pada Komnas karena adanya dua interpretasi mengenai pengadilan HAM Ad
Hoc menyangkut kasus yang terjadi sebelum Undang-Undang itu
diberlakukan, jadi menyangkut asas retroaktif. Jadi ada dua
interpretasi. Pertama mengatakan bahwa ada dulu usulan dari DPR
mengenai pembentukan pengadilan HAM ad hoc, baru diadakan
penyelidikan. Interpretasi kedua, adakan penyelidikan dulu baru
nantinya DPR memajukan usulan pembentukan pengadilan HAM Ad Hoc.

Nah di sana sebenarnya ketidakjelasan undang-undang itu menyebabkan
keterlambatan ini dan sementara proses lambat ini terjadi, saya
sendiri masih cukup terkejut karena tiba-tiba TNI mengatakan akan
mengadili beberapa orang anggotanya berhubungan dengan peristiwa
Trisakti.

Radio Nederland [RN]: Jadi, salahnya itu hanya pada masalah
interpretasi saja ya?

AN: Ya tentu, ketidakjelasan undang-undang itu menerbitkan dua
interpretasi berbeda. Pada proses Pansus DPR itu kan mustinya proses
politik, bukan proses investigasi, yang bersifat pro justitia. Jadi
DPR sendiri melakukan penelitiannya itu sangat sarat dengan
kontroversi juga di antara anggotanya.

Demikian Sekjen Komnas HAM Asmara Nababan.


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.ranesi.nl/
http://www.rnw.nl/

Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda
peroleh melalui
[EMAIL PROTECTED]

Copyright Radio Nederland Wereldomroep.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke