---------------------------------------------------------------------

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia

Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.

---------------------------------------------------------------------

Edisi ini diterbitkan pada:

Jumat 22 Juni 2001 14:00 UTC



** EXXONMOBIL DIAJUKAN KE PENGADILAN KARENA PELANGGARAN HAM DI ACEH

** PEMERINTAH FILIPINA DAN FRONT PEMBEBASAN MORO SEPAKATI DAMAI

** PBB UMUMKAN KONDISI DARURAT PENGUNGSI AFGHANISTAN

** TOPIK GEMA WARTA: DUGAAN KORUPSI TERHADAP ARIFIN PANIGORO DAN
TAUFIK KIEMAS BEBAN BERAT PDIP

** TOPIK GEMA WARTA: PDI-P, TERJERAT URUSAN KELUARGA DAN WARISAN
SEJARAH



* EXXONMOBIL DIAJUKAN KE PENGADILAN KARENA PELANGGARAN HAM DI ACEH

Organisasi hak-hak asasi manusia Labor Rights Fund mengadukan
konglomerat minyak Inggris-Amerika, ExxonMobil ke pengadilan karena
melanggar hak-hak asasi manusia di Aceh. Organisasi HAM tampil
mewakili pengaduan 11 warga Aceh. Mereka mengatakan bahwa ExxonMobil
menyewa aparat TNI untuk melindungi sarana pengeboran minyak,
sementara perusahaan itu tahu bahwa satuan yang disewa itu sangat
kejam terhadap rakyat. Dengan demikian konglomerat minyak
Amerika-Inggris tersebut turut terlibat dalam tindak pembunuhan,
penganiayaan dan pelecehan seksual, demikian bunyi tuduhan.

Sementara itu ExxonMobil sendiri menyangkal semua tuduhan terlibat
pelanggaran HAM di Aceh. Dalam sebuah pernyataan perusahaan itu
mencemaskan kekerasan di Aceh dan keamanan para karyawan mereka.
Sehubungan gelombang kekerasan di Aceh, aktivitas pemboran minyak dan
gas sempat ditunda selama tiga bulan. Namun aktivitas dimulai kembali
bulan depan, demikian diumumkan beberapa hari silam.


* PEMERINTAH FILIPINA DAN FRONT PEMBEBASAN MORO SEPAKATI DAMAI

Pemerintah Filipina dan Front pembebasan Islam Moro diharapkan akan
menandatangani kesepakatan damai Jum'at ini. Demikian diumumkan
seorang jurubicara Presiden Filipina Gloria Arroyo. Kesepakatan
mengatur gencatan senjata tersebut akan ditandatangani di ibukota
Libya, Tripoli.

Front pembebasan Islam Moro memperjuangkan kemerdekaan Filipina
Selatan dan tidak memiliki kaitan dengan pemberontak islam lain, Abu
Sayyaf. Pemerintah Filipina menolak berunding dengan  Abu Sayyaf yang
menyandera sekelompok wisatawan termasuk beberapa warga AS. Nasib
para sandera hingga saat ini masih belum diketahui.


* PBB UMUMKAN KONDISI DARURAT PENGUNGSI AFGHANISTAN

Perserikatan bangsa-bangsa melaporkan bahwa para pengungsi di
Afghanistan dalam kondisi yang mencemaskan. Menurut PBB, Afghanistan
utara akan dilanda malapetaka kemanusiaan. Dipastikan 150 ribu
penduduk meninggalkan dusun-dusun mereka akibat musim kemarau
berkepanjangan dan perang yang tiada henti antara penguasa Taliban
dengan milisia oposisi.

UNHCR membangun kam-kam besar untuk menampung pengungsi di
Afghanistan Utara. Sejak bulan-bulan belakangan sekitar 700 ribu
penduduk Afghanistan menjadi pengungsi di negeri sendiri. Sementara
kurang lebih 300 ribu lain mencari keselamatan di negara-negara jiran
Pakistan dan Iran.


* SERANGAN BARU PASUKAN MAKEDONIA DI SEPUTAR SKOPJE

Tentara Makedonia bersenjatakan kendaraan lapis baja dan helikopter
menggempur desa tempat persembunyian pembangkang etnik Albania tidak
jauh dari ibukota Skopje. Serangan Jum'at pagi tadi sekaligus
merupakan awal dari ofensif baru tentara Makedonia terhadap
pembangkang, setelah 11 hari berlaku gencatan senjata.

Jeda gencatan senjata tersebut sedianya ditujukan untuk memberi
kesempatan mencari pemecahan politik konfik tersebut. Tentara
Makedonia kembali melancarkan aksi militer setelah terbukti
pembicaraan antara pemerintah dengan delegasi minorotas Albania
ternyata tidak membuahkan kesepakatan apapun.

Di samping itu tawaran pakta NATO untuk melucuti senjata pembangkang
juga tidak mendekatkan kubu-kubu pemerintah dan pemberontak. Padahal
koordinator luar negeri Uni Eropa, Javier Solana, hari Kamis kemarin
masih optimis dengan pemecahan politik.


* RATUSAN VETERAN JERMAN TERJANGKIT KANKER AKIBAT RADIASI RADAR

Ratusan veteran tentara Jerman yang menderita penyakit kanker di
tahun 1960 dan '70 an,  ternyata disebabkan karena radiasi radar.
Orang-orang yang bekerja di instalasi militer seperti radar, sangat
peka terhadap radiasi karena alat tersebut tidak dilengkapi dengan
sarana keamanan yang mencukupi. Demikian bunyi kesimpulan penelitian
oleh pemerintah Jerman.

Angkatan Bersenjata Jerman sebelumnya menyangkal dugaan bahwa
instalasi radar dapat menimbulkan penyakit kanker. Menteri Pertahanan
Jerman, Rudolf Scharping menjanjikan dana kompensasi kepada para
korban.
Berkaitan dengan hal ini, di Belanda juga sedang diadakan
penyelidikan mengenai kaitan penyakit kanker dengan radiasi radar
jenis Hawk yang digunakan tahun 1980 an. Sedikitnya 300 orang yang
pernah bekerja di instalasi Hawk, melaporkan punya keluhan kesehatan.


* KAUM HOMO DIDISKRIMINASI DI 70 NEGARA

Sedikitnya 70 negara dengan terang-terangan mendiskriminasi kaum homo
dan memandang homoseksual sebagai sebuah tindak kejahatan. Di
negara-negara tersebut kaum homo terancam jadi korban pelecehan atau
penganiayaan oleh aparat pemerintah, demikian isi laporan organisasi
HAM, Amnesty International.

Di Arab Saudi, kaum homo bisa dikenai hukuman cambuk sementara di
Afghanistan, Chechnya dan Taiwan mereka malah bisa dihukum mati.
Amnesty Internassional mensinyalir bahwa beberapa pemerintah secara
aktif memicu kekerasan terhadap kaum homoseksual. Organisasi
internasional peduli hak-hak asasi manusia tersebut mengimbau semua
pemerintahan agar meredam segala bentuk kekerasan terhadap kaum homo.


* DUGAAN KORUPSI TERHADAP ARIFIN PANIGORO DAN TAUFIK KIEMAS BEBAN
BERAT PDIP

Percepatan Sidang Istimewa MPR gagal. Tetapi apapun yang terjadi jika
kita melihat mental para anggota parlemen, soal percepatan atau tidak
SI hanya digunakan sebagai alat tawar-menawar kekuatan-kekuatan
politik, dalam memperebutkan porsi kekuasaan yang lebih besar lagi.
Ini hanya merupakan pengulangan kembali situasi kompromi seperti
sudah terjadi beberapa kali dalam pemerintahan Presiden Abdurrahman
Wahid. Koresponden Syahrir mengirim laporan berikut dari Jakarta:

Upaya percepatan Sidang Istimewa MPR yang diprakarsai PDI-P, Partai
Golkar, PPP, PAN dan PBB, gagal. Bahkan, Ketua Fraksi PDI-P Arifin
Panigoro menegaskan, bila sampai minggu depan tidak ada percepatan SI
MPR, berarti SI tetap diselenggarakan pada tanggal 1 Agustus 2001.
"Kalau percepatan SI dilaksanakan sebulan sebelum SI MPR, itu
berarti. Tapi kalau memutuskannya makin lama dengan segala
pertimbangan dan makin mundur, terus ya, akhirnya dekat juga ke 1
Agustus," ujarnya. Menurutnya percepatan SI bisa saja dilakukan kalau
ada hal yang mendesak sehingga tiba-tiba diputuskan 1 Juli 2001.
"Tapi kalau diputuskan maju dari tanggal 1 Agustus ke tanggal 25 Juli
ya buat apa?" tandasnya.

Sementara pers ibukota melihat bahwa di belakang layar, pembagian
kekuasaan kini makin dimungkinkan. Hal itu karena adanya lobi yang
intensif team presiden, antara lain Baharuddin Lopa dalam mendekati
partai-partai politik. Dalam berlobi, kepada parpol-parpol, Presiden
Wahid menawarkan untuk menduduki kursi di kabinet sesuai dengan
proporsi perolehan suara. Nampaknya partai-partai politik menyambut
positif tawaran itu. Yang penting dalam tim lobi Gus Dur ada Jaksa
Agung Baharuddin Lopa yang punya wewenang menangkap mush-musuh
politik presiden. Lopa dalam satu bulan mendatang ini masih bisa
menahan para koruptor yang ada di partai-partai. Dan inilah yang
dikhawatirkan para politisi semacam Arifin Panigoro sehingga mereka
ngotot mempercepat SI. Tetapi percepatan itu bisa dikatakan sudah 80%
gagal.

Keinginan Arifin Panigoro untuk mempercepat SI tidak disetuji oleh
anggota fraksinya sendirti di PDIP. Hingga sekarang dalam tubuh PDI-P
sendiri masih tarik ulur, menyetujui atau menolak percepatan SI.
Tentu itu berkait dengan langkah Jaksa Agung Baharuddin Lopa yang
menyeret tiga anggota DPR, termasuk Panigoro, dalam kasus korupsi.
Namun langkah Arifin ini terbentur oleh Pasal 33 Ayat (3) Tap No
II/MPR/2000 tentang Peraturan Tata Tertib MPR yang mengharuskan Badan
Pekerja (BP) MPR mempersiapkan materi persidangan sekurang-kurangnya
dua bulan. Penetapan tanggal 1 Agustus 2001 disepakati dalam rapat
konsultasi antara pimpinan MPR, pimpinan BP MPR, dan pimpinan PAH BP
MPR 31 Mei lalu. Bahkan sudah dikuatkan pada rapat pleno BP MPR 7
Juni 2001.

Kegamangan sejumlah anggota PDI-P terhadap percepatan SI-MPR perlu
dimaklumi. Pertama, dengan percepatan SI tanpa agenda yang jelas maka
dimungkinkan munculnya bola liar. Artinya, segala sesuatu bisa
terjadi, termasuk hal-hal yang merugikan kepentingan PDI-P di
kemudian hari. Kedua, masih adanya pembicaraan tarik ulur yang
menyangkut perlu tidaknya jabatan wakil presiden bila Megawati
nantinya naik menjadi presiden. Kubu Megawati, terutama dari kalangan
nasionalis, berpendapat kalaupun terjadi SI MPR dan Megawati naik
menjadi presiden, tidak perlu adanya wakil presiden. Langkah ini
perlu diambil untuk menjamin keamanan Megawati dari kemungkinan
munculnya konspirasi-konspirasi baru yang potensial menjegalnya
sebagaimana yang kini dihadapi Presiden Wahid.

Namun Poros Tengah tetap bersikukuh harus ada yang mengganti
kekosongan jabatan wakil presiden. Belakangan mereka mencalonkan
Ketua PPP Hamzah Haz untuk jabatan ini. Manuver politik Poros Tengah
ini dicurigai oleh kalangan PDI-P, bahwa dengan menempati posisi
wakil presiden mereka akan berupaya menjegal Mega dan menduduki kursi
RI-1. Kecurigaan kalangan PDI-P masuk akal. Sekarang ini, dalam
pertemuan-pertemuan informal kalangan Islam, baik dari sayap NU,
Golkar mau pun Poros Tengah, muncul perbincangan yang menyebut bahwa
Mega hanya akan bertahan menjadi presiden selama tiga bulan.

Sekarang mereka mengumpulkan bukti-bukti KKN yang dilakukan oleh
suami Mega, Taufik Kiemas. Dalam suatu pertemuan di sebuah hotel
kawasan Cikini yang dihadiri operator-operator dari Golkar, PBNU dan
PPP, bersamaan dengan pertemuan untuk pembentukan Aliansi Anti
Komunis, mereka mengancam begitu satu bulan Megawati menjabat
presiden, bukti-bukti KKN Taufik Kiemas akan dibeberkan ke Pers.
Sebagian besar orang-orang di PDI-P sebenarnya sudah mencium gelagat
ini. Menjelang jatuhnya memorandum kedua, sekitar 86 anggota DPR dari
PDI-P sempat mengadakan pertemuan dengan kesimpulan menolak Sidang
Istimewa. Namun kesimpulan ini, kata salah seorang Presidium Pusat
GMNI, dimentahkan kembaliu oleh Taufik Kiemas, dengan alasan untuk
memberi pelajaran kepada Presiden Wahid yang seringkali plin-plan
dalam mengambil keputusan. Bahkan Taufik menyerukan agar PDI-P tetap
kompak dalam mengambil keputusan.

Dengan demikian keputusan ini menguntungkan "kubu" Arifin Panigoro
yang kata sejumlah orang dalam di PDI-P memang sengaja menggunakan
Megawati sebagai tunggangan politik menuju kekuasaan. Dengan kata
lain, terancam gagalnya SI MPR erat berkait dengan segenap problem
yang membelit di antara Fraksi-Fraksi DPR yang menginginkan
dipercepatnya SI-MPR yang ternyata belum selesai. Selain itu
pembicaraan politik yang terjadi dimasyarakat terutama di kalangan
akademisi lebih menyerukan untuk melakukan kompromi politik dalam
menghadapi kebuntuan politik yang sebenarnya juga potemsial akan
terjadi dalam sidang istimewa itu sendiri.


* PDIP, TERJERAT URUSAN KELUARGA DAN WARISAN SEJARAH

Ketika pada tahun 1998 di Den Pasar, Megawati membaptis partai
pimpinannya menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP,
segera terlihat begitu beragamnya anggota partai ini. Beragam
terutama kalau dilihat latar belakang para anggota partai berlambang
banteng tersebut. Karena mulai dari militer, tercermin dalam diri
Theo Syafei, pengusaha, diwakili oleh Arifin Panigoro dan rakyat
jelata korban penyerbuan Jalan Diponegoro, semuanya meramaikan partai
berwarna merah dan hitam ini.

Masih diliputi kegirangan runtuhnya Soeharto, keragaman PDIP jelas
membawa angin segar bahkan merupakan kekuatan dalam menghadapi
keseragaman dan monopolisme peninggalan Soeharto. Khalayak waktu itu
tercengang. Tiga tahun berlalu, dan kini keragaman PDIP nampak pucat
didesak tekanan percekcokan yang bisa-bisa berubah menjadi ancaman
perpecahan, seperti berikut dilaporkan oleh tim liputan Kantor Berita
68H dari Jakarta:

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tidak salah memilih lambang
partai. Banteng Gemuk yang dipilih sebagai lambang memang tepat untuk
melukiskan partai itu. Sejak berubahnya angin politik, di awal masa
reformasi PDI-P menjadi populer dan diminati banyak kalangan.
Sejumlah tokoh mulai dari bekas Jendral TNI sampai bekas petinggi
Golkar serta tokoh-tokoh Orde Baru lainnya ramai-ramai bergabung
dalam partai itu. Akibatnya tubuh partai itu menjadi semakin gemuk
dengan tokoh-tokoh yang sebenarnya sangat beranekaragam latar
belakang politik mereka. Kondisi ini membuat partai peraih suara
terbanyak dalam pemilu dua tahun lalu itu menjadi rawan bagi
perpecahan.

Kasus terakhir yang mencerminkan keretakan dalam tubuh PDI-P adalah
soal jadwal Sidang Istimewa MPR. Sebagian anggota PDI-P seperti
Arifin Panigoro, Didi Supriyanto, Pramono Anung, Herri Akhmadi dan
lainnya ngotot berupaya Sidang Istimewa itu dipercepat saja. Kelompok
ini juga terus melobi partai-partai lain. Mereka memotori pertemuan
rutin para sekretaris jendral partai-partai besar untuk menggolkan
percepatan Sidang Istimewa. Didi Supriyanto mengatakan alasan
percepatan ini tidak melanggar konstitusi.

Didi Supriyanto: Maksud dari dua bulan itu adalah untuk membiarkan
waktu kepada badan pekerja menyiapkan segala sesuatunya. Khususnya
jadwal acara, rantap dan rantus dari sidang nanti. Namun kalau belum
dua bulan sudah selesai artinya badan pekerja bisa segera melaporkan
ke pimpinan MPR bahwa tugasnya sudah selesai dan tentunya sidang
majelis bisa diajukan dua bulan lebih awal.

Selain dasar konstitusi itu, menurut Didi, percepatan Sidang Istimewa
perlu dilakukan karena krisis kepercayaan masyarakat terhadap negara
semakin parah dan bisa membahayakan.

Namun upaya kelompok Arifin dan kawan-kawan ini mendapat tentangan
yang tak kalah keras, dan menariknya tantangan itu datang dari
kelompok lain dalam tubuh PDI P sendiri. Kelompok ini antara lain
beranggotakan Haryanto Taslam, Soetardjo Suryoguritno, Dimyati
Hartono, Sabam Sirait dan lainnya. Mereka menyebut diri nasionalis
dan menyebut Arifin dan kawan-kawan sebagai kelompok kos-kosan. Sebab
yang terakhir ini baru belakangan saja bergabung dengan PDI.

Haryanto Taslam dengan tegas menolak usul percepatan Sidang Istimewa
MPR. Menurut Haryanto, sikap partai secara resmi adalah mematuhi
jadwal yang sudah ditetapkan oleh Badan Pekerja MPR yaitu 1 Agustus.

Haryanto Taslam: Itu kan suara setan. Nggak jelas siapa yang minta,
atas dasar apa dengan dasar hukum apa gitu lho! Makanya saya bilang
tadi kalau namanya partai politik yang betul ya kan tentu punya
aturan-aturan. Apalagi urusan negara. Urusan negara ini bukan
semau-maunya beberapa ekor model Arifin begitu. Ngatur negara itu ada
aturannya bukan maunya orang per orang.

Pertikaian pendapat kelompok Arifin Panigoro dan Haryanto Taslam
tidak hanya berhenti pada masalah waktu sidang istimewa. Arifin
Panigoro juga diusulkan untuk dicopot dari jabatan ketua fraksi PDI-P
di DPR. Menurut Haryanto usulan itu didasari kiprah Arifin yang
sering mengacau dan tidak patuh kepada keputusan partai. Belakangan
usulan ini berkembang lebih hebat lagi, yaitu menjadi tuntutan
pemecatan Arifin dari keanggotaan partai. Sebab, Jaksa Agung baru
Baharudin Lopa menyatakan akan memeriksa kasus korupsi bos perusahaan
minyak Medco itu. Sejumlah demonstrasi menuntut pemecatan Arifin
sempat terjadi. Sementara para pendukung Arifin membelanya
mati-matian. Mereka menuding rencana jaksa agung ini bermuatan
politis untuk melindungi presiden dari lawan-lawan politiknya.

Namun, tidak semua anggota PDI  berpihak pada kedua kubu yang saling
berseteru itu. Sukowaluyo Mintorahardjo mengatakan perbedaan
pandangan ini wajar karena PDI terus berkembang menjadi partai yang
besar.

Sukowaluyo: Istilah kos-kosana itu kan sesuatu yang muncul untuk
seolah-olah mempertajam antara anggota yang lama dan yang baru. Nah
bahwa ada perbedaan pendapat itu hal yang wajar. Tapi setiap kali itu
disatukan dalam rapat dan ketua umum telah membuat garis partai ya
semuanya akan satu bahasa satu sikap.

Apakah berbagai kelompok yang ada dalam tubuh PDI P ini akan membuat
si Banteng Gemuk itu terpecah belah? Pengamat politik dari
Universitas Indonesia  Arbi Sanit mengatakan perpecahan sangat
mungkin terjadi jika Mega tidak segera mengambil sikap. Namun menurut
Arbi saat ini Mega berada dalam posisi yang sulit. Taufik Kiemas
suami Mega memiliki hubungan erat dengan kelompok kos-kosan. Sikap
Taufik yang semula berada di kubu kelompok nasionalis bergeser ke
kelompok muda setelah hubungan Gus Dur NULL Mega memburuk. Sementara
kelompok nasionalis yang lama adalah asal usul partai dan merupakan
pendukung ideologi Soekarno.

Arbi Sanit: Nah jadi dia menjadi rumit pertimbangan bagi Mega. Yang
satu adalah urusan keluarga dan yang satu urusan sejarah. Barangkali
ini  yang membuat dia sampai sekarang belum bisa membuat keputusan
tentang itu. Padahal ancaman dan tuntutan memecat Arifin itu sudah
lama dan itu didukung oleh lebih dari separuh golongan nasionalis
dalam partai.

Menurut Arbi, Mega akan bisa bersikap tegas jika Arifin terbukti
bersalah dalam kasus korupsi yang diperiksa Kejaksaan Agung.

Inilah salah satu ujian Megawati sebelum benar-benar memimpin bangsa
ini. Jika ia mampu  menyelesaikan konflik partainya dengan baik,
kemungkinan ia mampu memimpin bangsa ini dengan lebih baik.

Tim liputan 68H Jakarta melaporkan untuk Radio Nederland di
Hilversum.


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.ranesi.nl/
http://www.rnw.nl/

Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda
peroleh melalui
[EMAIL PROTECTED]

Copyright Radio Nederland Wereldomroep.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke