--------------------------------------------------------------------- WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP Edisi: Bahasa Indonesia Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir. --------------------------------------------------------------------- Edisi ini diterbitkan pada: Jumat 17 Agustus 2001 14:40 UTC ** SEPARATIS ACEH SAMBUT HUT KEMERDEKAAN RI DENGAN RANGKAIAN BOM ** CINA HUKUM EMPAT PENGANUT FALUN GONG ** DIPLOMAT BARAT TIDAK BERHASIL BEBASKAN DELAPAN WARGA DARI AFGHANISTAN ** TOPIK GEMA WARTA: SEBUAH KOMISI PENERIMA KEBENARAN DAN RUJUK UNTUK TIMOR TIMUR ** TOPIK GEMA WARTA: PERINGATAN PROKLAMASI DIWARNAI PUJIAN UNTUK BUNG HATTA ** TOPIK GEMA WARTA: ACEH TIARAP PADA HUT PROKLAMASI RI KE-56 * SEPARATIS ACEH SAMBUT HUT KEMERDEKAAN RI DENGAN RANGKAIAN BOM Kelompok separatis Aceh menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus ini, dengan serangkaian aksi pemboman. Sasaran utama pemboman adalah ibukota propinasi Banda Aceh, 30 bom meledak sejak Kamis malam kemarin. Para pembangkang terutama mengincar kantor bank, instalasi minyak dan pembangkit listrik. Selanjutnya mereka juga membakar puluhan gedung sekolah. Sementara itu di Aceh Barat ditemukan sebuah kuburan massal berisi 48 mayat. Menurut sejumlah media di Asia, kuburan massal terbongkar, berkat petunjuk seorang anggota Gerakan Atjeh Merdeka, GAM. Anggota gerakan separatis itu ditangkap TNI, beberapa saat sebelumnya. Mengenai identitas para mayat masih dalam penyidikan. Sementara itu Presiden Megawati Soekarnoputri, dalam pidatonya Kamis kemarin menuangkan maaf atas pelanggaran hak-hak asasi manusia selama tiga dasa warsa terakhir ini, antara lain di Aceh. Selanjutnya Megawati menjanjikan Aceh otonomi lebih luas lagi, namun ia menutup kemungkinan kemerdekaan. * CINA HUKUM EMPAT PENGANUT FALUN GONG Empat orang penganut sekte Falun Gong dijatuhi hukuman penjara antara tujuh hingga seumur hidup. Pengadilan Beijing menyatakan keempatnya bersalah mengorganisir aksi bunuh diri massal Falun Gong di Lapangan TianAnMen, akhir Januari tahun ini. Aksi tersebut menewaskan dua orang, satu orang diantaranya gadis berusia 12 tahun. Sementara tiga orang lain mengalami luka bakar yang parah. Gerakan Falun Gong menyangkal tuduhan memicu aksi bunuh diri itu. Sejak dua tahun, pemerintah Cina melarang Falun Gong dengan alasan menyebarkan aliran kepercayaan yang menyimpang. * DIPLOMAT BARAT TIDAK BERHASIL BEBASKAN DELAPAN WARGA DARI AFGHANISTAN Upaya Tiga diplomat barat membebaskan delapan orang karyawan organisasi bantuan Shelter Now, dari tahanan Afghanistan, gagal. Para diplomat itu tidak diperkenankan menemui para karyawan di tahanan. Penguasa Taliban menyatakan bahwa missi barat ini bisa segera diakhiri dan mereka dianjurkan meninggalkan Afghanistan. Seorang diplomat Amerika Serikat menolak meninggalkan Afghanistan dan menyatakan akan tetap berada di ibukota Kabul. Ia berupaya mendesak agar dipertemukan dengan para tahanan. Delapan karyawan organisasi Kristen, Shelter Now tersebut ditangkap pekan lalu dengan tuduhan berupaya mengkristenkan penduduk Afghanistan. Menurut hukum Taliban, maka delapan warga asing itu bisa dikenai hukuman lima tahun penjara. * KHIEU SAMPHAN MINTA MAAF ATAS KEKEJAMAN REJIM KHMER MERAH Khieu Samphan salah seorang tokoh penting Khmer Merah menuangkan maaf atas kematian massal warga Kamboja semasa pemerintahan rejim Khmer Merah. Ungkapan tersebut disampaikan dalam sebuah surat terbuka yang diterbitkan kantor berita Jepang, Kyodo. Rejim Khmer Merah berkuasa dengan tangan besi, di Kamboja antara tahun 1975 hingga 1979 . Empat tahun pemerintahan kiri Maois di Kamboja itu menewaskan hampir dua juta rakyat. Tidak lama setelah pemimpin Khmer Merah, Pol Pot meninggal dunia tiga tahun silam, Khieu Sampan menyerahkan diri ke pemerintah Kamboja. Ia akhirnya dilepas kembali tanpa harus menjalani masa hukuman. Pekan silam Raja Kamboja, Norodom Sihanouk meratifikasi sebuah undang-undang yang memungkinkan pembentukan Tribunal PBB yang akan mengadili para pemimpin Khmer Merah. * PASUKAN NATO INGGRIS BERTOLAK KE MACEDONIA 400 tentara NATO asal Inggris dikirim ke Macedonia Jum'at ini. Rombongan pertama ini bertugas meletakan jaringan komunikasi bagi 3500 prajurit NATO yang akan memantau operasi pelucutan senjata pembangkang etnik Albania. Belanda kemungkinan besar akan menyumbangkan 250 prajurit untuk missi NATO ini. Partai-partai politik Macedonia mencapai kesepakatan damai antara warga Slavia Macedonia dengan etnik Albania, awal pekan ini. Kesepakatan ini berisikan pengakuan bahasa Albania sebagai bahasa kedua resmi dan keikutsertaan warga etnik Albania dalam jajaran kepolisian. * KTT AMERIKA LATIN DI CILE 19 pemimpin negara-negara Amerika Latin menghadiri konperensi tingkat tinggi di ibukota Cile, Santiago. Agenda utama konperensi Grup Rio ini adalah proses demokratisasi di Amerika Latin. Selanjutnya mereka juga akan membentuk perjanjian mengurangi perdagangan senjata di regio. Empat negara adikuasa ekonomi di kawasan, Brasil, Cile, Meksiko dan Argentina meminta bantuan kalangan internasional untuk menghadapi krisis moneter di Argentina. Negara itu dililit hutang nasional sebesar 128 milyar dolar, dan terancam pailit. * SEBUAH KOMISI PENERIMA KEBENARAN DAN RUJUK UNTUK TIMOR TIMUR Intro: Dua tahun setelah TNI dan milisia yang dibinanya melancarkan pembunuhan, pembakaran dan penjarahan di wilayah mereka, orang-orang Timor Timur masih saja mencari jalan untuk memulai proses rujuk. Belakangan, pemerintahan transisi Timor Timur mengusulkan dibentuknya Komisi Penerima Rujuk dan Kebenaran. Benar, badan ini mencontoh Afrika Selatan, di mana orang diberi kesempatan untuk melaporkan dan mengaku bersalah atas pelanggaran hak-hak asasi manusia berat di masa lampau yang pernah mereka lakukan. Tetapi mereka yang mengaku itu tidak bisa langsung dimaafkan. Proses peradilan akan harus mereka jalani. Berikut laporan koresponden Irene Slegt dari Dili, ibukota Timor Loro Sa'e: Suara Domingos Ximenes menangis tersedu-sedu Domingos Ximenes, seorang polisi, menangis pada makam istrinya. Pada tahun 1999, menyusul referendum, ia melarikan diri dari Timor Timur sebagai pengungsi, dan sekarang bekerja untuk polisi Indonesia di Timor Barat. Kini ia boleh menjenguk desanya di Timor Timur, dalam program kunjungan yang diatur oleh PBB. Seorang staf UNHCR, organisasi pengungsi PBB yang menyertai Domingos Ximenes, menjelaskan duduk permasalahannya: Petugas UNHCR: [terjemahan] "Ia dipaksa pergi ke Timor Barat, meninggalkan keluarganya. Begitu sampai di sana, istrinya yang tertinggal di desanya meninggal dunia. Ia tidak pernah mengetahui hal ini. Sekarang merupakan satu-satunya kesempatan baginya untuk menjenguk istri dan mengunjungi anak-anaknya. Anak-anak mendesaknya supaya tetap tinggal di desa. Tetapi karena ini merupakan kunjungan, maka Domingos Ximenes harus kembali ke kamp pengungsi di Timor Barat, ia harus menyebarkan berita, berita yang benar kepada pengungsi lain di Timor Barat." Diperkirakan masih terdapat 80 ribu pengungsi Timor Timur di Timor Barat. Mereka hidup di kamp-kamp, dan sudah ditinggal oleh para pekerja sosial PBB, setelah tiga orang staf PBB tahun lalu dibunuh oleh serangan milisia. Menurut penelitian yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia, 90% pengungsi itu ingin tetap tinggal di Indonesia. Tetapi delegasi yang membawa Domingos Ximenes justru mengatakan sebaliknya, 90% pengungsi di Timor Barat ingin kembali ke kampung halaman mereka di Timor Timur. Joao Sarmento da Silva, pemimpin Dewan Solidaritas Mahasiswa Timor Timur sependapat. Bahkan menurutnya para mantan pemimpin milisia sekarang bersiap-siap pulang untuk diadili. Joao Sarmento da Silva: [terjemahan]: "Banyak yang ingin pulang. Bahkan beberapa pemimpin milisia mengatakan siap menghadapi pengadilan. Mereka tidak takut diadili, karena dengan begitu anak dan istri mereka bisa kembali ke kampung halaman, bisa tinggal sepantasnya. Masalahnya adalah, para pemimpin milisia. Banyak di antara mereka yang tidak menghendaki anak buah mereka itu pulang kampung." Setelah setahun bertukar pikiran, orang-orang Timor Timur kini membentuk Komisi Penerima Kebenaran dan Rujuk. Meniru model Afrika Selatan, komisi ini bertujuan untuk mewujudkan rujuk dan kedamaian di kalangan orang-orang Timor Timur. Lebih dari itu komisi ini juga bertujuan untuk menemukan kebenaran tentang pelbagai pelanggaran hak-hak asasi manusia yang berlangsung di Timor Timur antara tahun 1974 sampai 1999, begitu Timor Timur bukan lagi merupakan provinsi Indonesia. Rohaniwan Katolik Pastor Domingos Soares, salah seorang anggota dewan penyantun Komisi Penerima Kebenaran dan Rujuk Timor Timur, menjelaskan tujuan organisasinya: Pastor Domingos Soares: [terjemahan] "Komisi ini akan membuka diri untuk semua masalah. Banyak orang pergi ke Timor Barat, mereka sekarang ingin pulang, tetapi banyak masalah yang mereka hadapi. Kami ingin membantu mereka, tetapi kami juga ingin membantu korban yang jatuh karena tindakan mereka. Pendek kata kami ingin menjadi jembatan yang menghubungkan para pelaku dengan para korban pelanggaran hak-hak asasi manusia. Kami ingin mewujudkan keadilan, karena tanpa keadilan kami yakin tidak akan ada rujuk, dan tanpa rujuk juga tidak akan ada perdamaian." Seorang korban dalam bahasa Tetum: [terjemahan] "Saya hanya ingin supaya orang-orang yang mengambil suami saya, kembali dari Timor Barat, sehingga dari mereka bisa diketahui apa yang sebenarnya terjadi dengan suami saya." Bagi banyak korban pelanggaran hak-hak asasi manusia, seperti Filomena da Cruz tadi, yang penting adalah mengetahui apa yang benar-benar terjadi dengan anggota keluarga mereka. Mudah-mudahan komisi baru ini bisa membantu mereka, demikian Deng Gigianta, yang memberikan penyuluhan mengenai rujuk di Timor Timur. Deng Gigianta [terjemahan]: "Saya harap Komisi Penerima Kebenaran dan Rujuk bisa merupakan ajang di mana orang benar-benar bisa menuturkan apa yang pernah terjadi secara apa adanya. Misalnya seseorang yang menemui komisi ini harus berani mengatakan di tempat ini saya menguburkan mayat, atau saya melihat bahwa orang itu menaruh mayat di tempat itu. Memang ini dua hal yang berbeda. Ketakutan mereka bisa dibayangkan, jangan-jangan kalau berani mengaku maka saya akan diapa-apakan. Begitu pikiran mereka. Tetapi bisa jadi yang dibutuhkan keluarga korban tidak lebih dari mengetahui di mana anggota keluarga mereka dimakamkan, menabur bunga di atas makam itu dan mengakhiri masa duka untuk kemudian melanjutkan hidup sehari-hari mereka. Lalu bagaimana dengan keadilan? Jangan lupakan keadilan. Keadilan merupakan tujuan utama kami." Rencananya, Komisi ini akan beroperasi selama dua tahun saja. Tetapi, banyak orang Timor berpendapat setelah pelanggaran hak-hak asasi manusia berat di jaman Indonesia, maka akan dibutuhkan waktu yang sangat lama. Bukan hanya untuk rujuk tetapi terutama juga untuk keadilan. * PERINGATAN PROKLAMASI DIWARNAI PUJIAN UNTUK BUNG HATTA Intro: Pada peringatan hari Proklamasi, hari ini, Bangsa Indonesia nampaknya memiliki tokoh teladan baru, itulah Mohamad Hatta. Kalau semasa PDI P masih terpuruk banyak diusung foto-foto Bung Karno, maka kini, di bawah Megawati Bung Hatta mendapat giliran. Mengapa demikian? Koresponden Syahrir mengirim laporan berikut dari Jakarta: Peringatan detik-detik proklamasi RI diperingati secara khidmat diseluruh Indonesia, kecuali di pedalaman Aceh dan Maluku. Di Jakarta, mantan Presiden Abdurrahman Wahid tidak menghadiri undangan untuk mengikuti upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI ke-56 di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat ini, karena telah membuat acara sendiri di kediamannya. Selain Gus Dur, Soeharto dan Habibie pun tidak menghadiri acara di Istana yang memakan biaya lebih dari Rp. 2 miliar itu. Megawati seperti Soeharto hari ini sudah melakukan upacara peringatan hari ulang tahun ala Orde Baru lengkap dengan pasukan pengibaran bendera yang militeristik itu. Ini berbeda dengan dengan ayahnya yang biasa mengundang puluhan ribu rakyat ke depan Istana dan berpidato di depan mereka mengenai visinya ke depan. Dibandingkan dengan Bung Karno memang visinya Mega serta Hamzah biasa-biasa saja, kata seorang pengamat politik. Mega hanya mau melakukan kompromi, mengedepankan stabilitas negara dan menyenangkan pasar yang pelakunya adalah para kapitalis. Padahal bapaknya menekankan pada nilai-nilai nasionalisme yang bertopang pada prinsip berdikari di bidang politik maupun ekonomi. Sedangkan Hamzah Haz punya visi Islami, utamanya agar Syariah Islam dapat diberlakukan di Indonesia. Maka tidaklah mengherankan jika puluhan warga justru memperingati proklamasi dengan mendatangi makam Bung Hatta. Nama Mohamad Hatta sejak beberapa hari terakhir ini mulai ditonjolkan pers nasional. Kalau semasa Soeharto berkusa orang-orang mengusung potret Bung Karno untuk menghadapi rejim Orde Baru, kini setelah putri Bung Karno yang berkuasa orangpun mulai mengusung potret Bung Hatta sebagai tokoh pro demokrasi murni. Puluhan aktivis pro-demokrasi melakukan prosesi peringatan hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia ke-56 dengan melakukan doa dan tabur bunga di makam Proklamator Bung Hatta, di Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Jumat siang. Selain melakukan prosesi upacara bendera dan pembacaan teks proklamasi, mereka menggelar sebuah pertunjukan teater kecil. Intinya bahwa sejauh ini kemerdekaan belum sepenuhnya dirasakan oleh rakyat. Selanjutnya, mereka pergi ke makam Elang, mahasiswa Universitas Trisakti yang menjadi korban peristiwa Mei 1998. Tampak hadir keluarga korban tragedi Trisakti dan Semangi I-II. Yang sudah mendapat kesempatan tetapi menyia-nyiakan kekuasaannya hari ini berkumpul di Ciganjur, Jakarta Selatan di kediamannya Gus Dur. Di sana digelar berbagai lomba dan acara kesenian. Setengah jam sebelum shalat Jumat, Gus Dur berpidato di kediamannya, yang antara lain mengatakan, kemerdekaan bukan terletak pada siapa yang menang dan siapa yang kuat. "Kalau pimpinan berlaku seperti itu, dan berprinsip siapa yang menang siapa yang kuat, sama saja dengan di hutan. Macan atau harimau atau gajahpun bisa seperti itu," kata bekas Presiden yang jatuh karena terlalu lama merangkul orang-orang Orde Baru. Ia berharap agar pemerintahan yang baru tidak menciptakan hegemoni negara sehingga membelenggu rakyat. Di Istana selain keluarga Bung Karno dan Bung Hatta nampak juga menteri-menteri kabinet Gotong Royong. Rata-rata mereka merupakan orang-orang Orde Baru yang biasanya diundang ke Istana semaca Soeharto berkuasa. Mulai dari Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, Yusril Ihza Mahendra, Nabiel Makarim, Agum Gumelar dll. Kira-kira 30% anggota Kabinet Megawati adalah mantan Korpri dan militer Orde Baru. Tidak nampak muka-muka aktivis mahasiswa maupun LSM yang puluhan tahun melawan Soeharto dan ikut membela PDInya Megawati ketika partai ini sedang terpuruk. Upacara dan hadirin di Istana ternyata masih berbau Orde Baru. Apalagi jika kita melihat wajah kader Soeharto, Bambang Kesowo yang selalu berada tepat di belakang Megawati dan Taufik Kiemas. Namun seorang yang hadir pada upacara di Istana ini menyatakan, sama seperti pada masa pemerintahan Gus Dur, orang-orang yang hadir itu seolah tidak sadar bahwa negara kita terpuruk. Mirip seperti Meksiko dan Brazil dahulu. Utang negara saat ini sudah sama seperti kedua negara itu yang terpaksa harus menekan rakyatnya dengan pajak yang tinggi untuk bisa bertahan. Maka Megawati pun harus melakukan hal yang sama karena uang dari IMF tidaklah akan cukup. Dalam proses ini mau tak mau ia harus berhadapan dengan rakyat. Dan ia harus memakai tentara dan polisi untuk menekan perlawanan rakyat utamanya generasi muda yang tidak puas dengan keadaan. Tetapi seperti dikatakan Effendy Choirie dari PKB, kepada pers, "kalau tentara tetap memback-up Mega, maka Mega akan menjadi boneka tentara.Karena bilamana tentara mendukung Golkar dan Poros tengah, maka Mega akan terancam." Menteri-menteri sekarang ini memang tidak semuanya murni orangnya Mega. Kebanyakan atas pesanan atau ada promotornya. Karena itu tokoh Malari Hariman Siregar yang pernah ditahan bersama Marsillam Simandjuntak dan Dorodjatun Kuntjoro-Jakti mengatakan kepada pers: "Megawati jangan sok pintar". Mega harus menjadi regulator, katanya. Mega jangan jadi penguasa bertangan besi yang memaksakan kehendaknya. Pemerintah pusat hanya mengurusi politik luar negeri, moneter, hankam, agama, pendidikan dan hukum. Yang lainya harus diserahkan kepada daerah yang tahu kebutuhannya. Mengenai kabinet Gotong Royong sendiri, Hariman secara terus terang mengatakan: "mudah-mudahan kabinet ini menyadari persoalannya dan bukan cari makan." Ia yakin kabinet Mega akan berhasil kalau mereka tahu permasalahan yang dihadapi mereka. Tetapi karena semua orang diundang ke dalam kabinet dengan pelbagai perbedaan visi dan ideologi, Hariman melihat tidak akan effisien. Kabinet Gotong Royong tak mengerti masalah bangsa karena terlalu sibuk mementingkan partainya sendiri. Habibie jatuh karena membebaskan Timor Timur. Gus Dur jatuh karena tidak berbuat apa-apa. Dia terlalu banyak bercanda. Sedangkan Megawati akan menyelesaikan utang konglomerat. Karena itu ia pun akan jatuh. Lalu Amien Rais akan muncul dan menyelesaikan kasus Soeharto dan jatuh lagi. Maka nanti setelah pemerintahan yang kesepuluh barulah RI akan kuat. * ACEH TIARAP PADA HUT PROKLAMASI RI KE-56 INTRO: Menjelang ulang tahun ke 56 hari proklamasi kemerdekaan, Aceh masih juga sarat kekerasan. Presiden Megawati Soekarnoputri berencana akan membuka dialog dengan rakyat di Banda Aceh dan beberapa kota kabupaten. Tapi Aceh menuntut para jenderal yang bersalah di Aceh, harus dihukum. Akan mampukah pemerintah baru ini mengatasi masalah Aceh? Banjirnya pengungsi Aceh ke Sumatra Utara dan masyarakat Aceh di rantau menjadi satu barometer penting situasi Aceh. Laporan rekan Aboeprijadi Santoso dari Medan Menjelang hari proklamasi keadaan Aceh masih memprihatinkan. Kekerasan masih meletup dan banyak rumah dibakar. Satu-satunya suratkabar, Serambi, sudah tiga hari tidak terbit, kabarnya karena harus berembug dengan pihak GAM, Gerakan Atjeh Merdeka. Pemicunya, berita pembantaian Julok, yaitu tewasnya 20 sampai 30an orang di dalam perkebunan Bumi Flora, di Julok, Idi Rayeuk, menyulut kemarahan rakyat. Maka sangat ironis apabila Aceh yang diminta merayakan hari proklamasi itu, terpaksa merayakannya di bawah bayang-bayang suasana kekerasan yang mengancam integrasi negara kesatuan RI. Pembantaian Julok belum terungkap. Benarkah para pembantainya adalah aparat berwajib, atau agen-agen atau milisi pro-Jakarta di Idi Rayeuk seperti dituduhkan oleh GAM? Ataukah para pelakunya orang-orang GAM sendiri, yang menyamar sebagai pejuang-pejuang berpakaian sipil, seperti dikatakan oleh beberapa pengungsi Aceh kepada Radio Nederland? Kalau GAM pelakunya, mengapa mereka mampu melakukannya di tengah wilayah suatu perkebunan yang milik negara? Tapi, kalau aparat yang bertanggungjawab, mengapa pula mereka harus melakukan itu? Tak ada pihak yang beruntung dengan musibah baru tsb, oleh karena itu, ada dugaan, masih banyak provokator dan cuak atau mata-mata aparat, yang berkeliaran untuk mengguncang keamanan, terus menerus. Masalah Aceh adalah masalah merawat ketidakamanan, ujar Direktur Lembaga Bantuan Hukum di Medan, Irham Buana Nasution. Andaikata Aceh tertib dan aman, maka banyak kepentingan yang menjadi taruhan, termasuk kelanjutan operasi-operasi keamanan. Sebaliknya, para pengungsi non-Aceh yang berasal dari kabupaten Aceh Timur dan Selatan pada umumnya menyalahkan pihak GAM. Kehadiran sekitar 30 puluhan ribu rakyat pengungsi di beberapa kabupaten Sumatra Utara, terutama Langkat dan kota kota Sidikalang, Dairi dan Belawan telah menjadi sabuk tebal yang membanjiri batas propinsi Sumut dan Aceh. Sumatra Utara dengan demikian menjadi apa yang disebut frontier society atau masyarakat perbatasan. Bukan dalam arti masyarakat yang membuka ladang-ladang ekonomi baru seperti frontier society di Amerika, melainkan masyarakat perbatasan yang berubah menjadi benteng, karena itu, menjadi ladang investasi politik dan militer yang kunci untuk mengatasi masalah Aceh. Sumatra Utara singkatnya menjadi semacam kawasan Kupang-Atambua-Batugade di Timor Barat, yang berbatasan dengan Timor Loro Sae. Bagi kalangan tentara yang tak rela kehilangan TimTim, Atambua yang sarat pengungsi itu, adalah simpanan untuk menagih rekening di masa depan. Tak heran, perbatasan Timor tersebut seringkali panas dan guncang. Tetapi Sumatra Utara wilayahnya lebih luas, prasarananya lebih maju, dan Medan sudah lama menjadi pusat pusat komando-militer, politik dan bisnis yang penting. Taruhannya pun jauh lebih besar, yaitu Aceh, yang berjasa besar bagi kemerdekaan RI, kaya raya dan subur. Namun Aceh belum lepas dari RI, masih menjadi ajang perang dan akan dipertahankan mati-matian oleh Jakarta. Akibat tekanan militer, maka sejak April lalu Jakarta mengeluarkan Inpres Nomor 4 yang memulai operasi keamanan. Sejak itu, operasi berlangsung dan dikendalikan langsung dari Aceh. Medan, yang dulu menjadi pusat militer dalam menjalankan DOM, Daerah Operasi Militer dari tahun 89 sampai 98, dan Operasi Jaring Merah, sekarang bukan lagi pusat operasi militer. Sejak April lalu, tentara menggebrak GAM dan para aktivis yang dicurigai mendukung GAM. Sejak itu pula banjir pengungsi ke luar Aceh meningkat dan milisi-milisi pro-Jakarta giat di Aceh Timur dan Selatan. Dan di Medan para saudagar kaya asal Aceh, kini sepi, tidak se-vokal dulu, melainkan sibuk bisnis saja. Jadi Aceh sedang tiarap, sementara Jakarta menyiapkan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah Aceh. Aceh dan Irian Jaya akan ditangani langsung oleh presiden. Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono baru saja melawat ke Aceh, dan Menlu Hassan Wirayudha menegaskan pintu dialog masih terbuka. Presiden Megawati sendiri akan datang ke Aceh untuk berdialog langsung September nanti, dan berdasarkan itu akan dikembangkan saran-saran baru dengan kemungkinan meninjau kembali Inpres nomor empat tadi. Tapi akan mampukah pemerintahan Megawati menyelesaikan masalah separatisme dalam tiga bulan seperti dijanjikan oleh Wapres Hamzah Haz? Target itulah, yang kini tampaknya dipacu. Dua hal akan segera menjadi tantangan besar Megawati. Megawati harus berani menyeret para jendral yang bertanggungjawab atas kejahatan hak-hak asasi manusia di Aceh ke pengadilan, dan Amerika Serikat harus bersedia menjamin dukungan. Kolonel Syarifuddin Tippe, mantan Danrem Teuku Umar, Aceh Utara dan Aceh Besar, dalam bukunya terbaru mengatakan prajurit TNI harus menjadi "Ehurr", prajurit Ali dalam Perang Kharbala, yang berperang dengan nurani, kalau tidak, katanya, mendingan dia desersi saja. Padahal Syarifuddin Tippe dalam buku sebelumnya, Aceh Di Persimpangan Jalan, justru menganjurkan jenis operasi seperti yang dijalankan sekarang. Tetapi bagaimana kalau para jenderal yang dituntut serupa untuk Timor Timur dan digugat dunia itu masih berpengaruh kuat di Jakarta? Mantan Pangab Jenderal Wiranto yang bertemu Megawati segera setelah Mega menjadi presiden, belakangan ini secara khusus bertemu dengan Jaksa Agung baru Mohamad Abdul Rahman sebelum yang terakhir ini dilantik. Kedua, Megawati juga mendapat tantangan dari luar. Berapa lama lagi perusahaan minyak Amerika Exxon bersedia terus beroperasi apabila Aceh tetap berkemelut? Di Jakarta bahkan ada spekulasi eksploitasi minyak bumi di Lhok Sukon yang hampir habis itu perlu diperluas ke Bireun. Jelas, Exxon dan pemerintahan Bush tentu hanya akan mau menanam modal besar untuk perluasan itu apabila Aceh tenang, yang berarti, Jakarta harus segera menghabisi GAM menjelang kunjungan Presiden Megawati ke Amerika Serikat September nanti. Jakarta kembali di simpang jalan, tetapi Aceh tetap menuntut hak haknya, paling sedikit menuntut diseretnya para jenderal yang bersalah di serambi mekah ini. Sekian laporan Aboeprijadi Santoso dari Medan. --------------------------------------------------------------------- Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum http://www.ranesi.nl/ http://www.rnw.nl/ Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda peroleh melalui [EMAIL PROTECTED] Copyright Radio Nederland Wereldomroep. ---------------------------------------------------------------------