---------------------------------------------------------------------

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia

Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.

---------------------------------------------------------------------

Edisi ini diterbitkan pada:

Jumat 24 Agustus 2001 13:40 UTC



** PRESIDEN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI TIBA DI MYANMAAR

** SEJAK JANUARI JUMLAH PENGUNGSI DI INDONESIA BERTAMBAH 300.000

** TENTARA ISRAEL MEMASUKI RAYON PALESTINA DI HEBRON

** POLISI SPANYOL BONGKAR KOMANDO ORGANISASI TERORIS ETA

** TOPIK GEMA WARTA: SURAT UTANG BARU, BENARKAH HANYA TINDAKAN GALI
LUBANG TUTUP LUBANG?

** TOPIK GEMA WARTA: PEMILU DI TIMOR LOROSA'E, TANPA GAIRAH RAKYAT

** TOPIK GEMA WARTA: TNI SIAP BERSIKAP KERAS TERHADAP GAM, BERAPA
BESAR BIAYANYA?



* PRESIDEN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI TIBA DI MYANMAAR

Presiden Megawati Soekarnoputri melangsungkan perundingan dengan
pemimpinan junta Jum'at hari ini, dalam suatu kunjungan singkat di
Myanmar. Kunjungan itu merupakan bagian dari lawatan keliling ke
sembilan negara Asia Tenggara. Presiden Mega mendarat Yangon Jum'at
pagi tanpa sambutan meriah. Presiden melakukan perundingan dengan
Jenderal Than Shwe pada siang hari, sebelum terbang menuju Muangthai.
Kunjungan Presiden Megawati tersebut bersifat kunjungan kerja dan
bukan kunjungan kenegaraan. Karenanya kedatangan Mega tidak disambut
dengan permadani merah, tetapi hanya dengan  jalan-jalan raya yang
berhiaskan bendera-bendera Myanmaar dan Indonesia.  Sebuah sumber
resmi menyatakan kepada kantor berita AFP, tidak akan dikeluarkan
komunike bersama, seusai kunjungan itu.


* SEJAK JANUARI JUMLAH PENGUNGSI DI INDONESIA BERTAMBAH 300.000

Hampir 300.000 penduduk Indonesia terpaksa meninggalkan tempat
tinggal mereka akibat konflik kekerasan tahun ini. Demikian ungkap
sebuah laporan Jum'at hari ini. Dengan demikian sejak Januari sampai
Agustus tahun ini jumlah seluruh pengungsi di Indonesia mengingkat
dari 1.038.276 menjadi 1.305.886 jiwa. Hal itu diungkapkan  Dirjen
Departemen Sosial Sumaryati Arjoso kepada Jakarta Post. Selanjutnya
diungkapkan, pemerintah pusat sedang menghadapi tantangan didepan 1,3
juta pengungsi ini. Karena untuk menyediakan pangan saja bagi mereka
diperlukan lebih dari 3,26 milyar Rupiah  setiap harinya. Tidak
dijelaskan dari daerah mana datangnya tambahan 300.000 pengungsi
tersebut.


* TENTARA ISRAEL MEMASUKI RAYON PALESTINA DI HEBRON

Tentara Israel Kamis malam kemarin memasuki rayon Palestina di
Hebron, di Tepi Barat Sungi Yordan. Insiden terjadi setelah dua
pemuda Israel menderita luka-luka, ketika mereka ditembaki dari rayon
bagian kota. Baku tembak segera terjadi yang melukai seorang tentara
Israel dan 12 warga Palestina. Gedung dari mana para penembak
tersembunyi beraksi dihancurkan. Sementara itu tentara Israel sudah
menarik kembali tentaranya.
Hebron berulang kali menjadi ajang konfrontasi antara penduduk
Palestina dan kaum kolonis Israel. Di  kota tersebut berhuni  500
kolonis Israel di antara130.000  penduduk Palestina. Bentrok-bentrok
kekerasan terakhir terjadi pada saat diadakannya upaya untuk
perundingan antara Presiden Palestina Yasser Arafat dan Menteri Luar
Negeri Israel Shimon Perez. Mereka mungkin akan melangsungkan
perundingan pekan depan. Demikian ungkap Perez.


* POLISI SPANYOL BONGKAR KOMANDO ORGANASASI TERORIS ETA

Polisi Spanyol   di Catalonia menyatakan berhasil membongkar sebuah
komando organiasi teroris Baskia ETA. Enam pengangkapan berhasil
dilakukan. Dalam  operai itu, 200 kilogram   bahan peledak disita.
Dua hari sebelumnya, polisi Baskia menangkap delapan orang yang siap
melakukan serangan teror. Dalam berbagai penyergapan ditemukan
sejumlah besar bahan peledak dan dua bom-mobil yang kuat. Operasi
pengejaran terhadap anggota ETA ditingkatkan, setelah terjadinya aksi
teror ETA di kota pemandian Salou akhir pekan lalu.  Aksi kekerasan
ETA Senin lalu di Baskia, menewaskan seorang penduduk wanita, sedang
anaknya yang masih berumur 16 bulan luka berat akibat ledakan bom
yang dirakit dalam sebuah mobil mainan.


* PARLEMEN PERU SETUJU SUSUNAN KABINET PEMERINTAHAN TOLEDO

Parlemen Peru dengan suara mayoritas menyetujui susunan kabinet
presiden baru Alejandro Toledo. Dalam sidang maraton itu Perdana
Menteri baru Roberto Danino memperkenalkan rencana lima tahunnya.
Kabinet Peru meminta persetujuan parlemen untuk segera terus
melaksanakan perubahan undang-undang di bidang keuangan dan ekonomi.
Hal itu antara lain menyangkut pembaruan undang-undang perpajakan,
pembangunan perumahan sosial dan penurunan harga listrik. Semula
kabinet menghendaki kewenangan khusus untuk mengambil
kebijakan-kebijakan ekonomi tanpa persetujuan parlemen. Namun
akhirnya niat tersebut ditarik kembali. Kabinet penghendaki, di
samping reformasi ekonomi, yang akan menciptakan kesempatan kerja
bagi semua warga Peru, juga masalah kesehatan dan pendidikan.


* 21 JIWA  TEWAS DALAM BENTROKAN BARU DI KOLUMBIA

Bentrok kekerasan baru di Kolumbia dipastikan menewaskan 21 jiwa;
sedang puluhan lainnya menderita luka-luka. Di bagian Timur-laut
negeri itu 20 pemberontak tewas ketika bahan peledak yang diangkut
dengan sebuah truk meledak. Menurut pihak otorita Kolumbia, kaum
pemberontak itu berencana meladakkan sebuah jembatan. Sebelumnya dua
bom mobil meledak. Di kota Marinilla seorang wanita tewas, dan 25
lainnya cidera. Di Medellin sebuah bom meledak di stasion pemancar
radio Caracol, yang melukai 10 orang. Tidak jelas siapa bertangung
jawab atas peledakan-peledakan bom tersebut.


* SURAT UTANG BARU: BENARKAH HANYA TINDAKAN GALI LUBANG TUTUP LUBANG?

Pemerintah Indonesia rupanya menerapkan strategi gali lubang tutup
lubang untuk mengatasi masalah kekurangan anggaran. Pekan ini DPR
telah menyetujui rencana pemerintah untuk menerbitkan obligasi atau
surat utang lagi. Surat utang bernilai Rp. 40 trilyun itu digunakan
untuk menjamin dana masyarakat di sektor perbankan dan disimpan dalam
rekening 502.

Menteri Keuangan Boediono menjelaskan, saat ini pemerintah tidak
punya cukup uang untuk menjamin dana para nasabah bank. Padahal
rekening 502 itu harus diisi sebagai salah satu syarat yang diajukan
Dana Moneter Internasional, IMF. Syarat ini harus dipenuhi sebelum
ditandatanganinya nota kesepakatan antara Indonesia dan IMF yang
menjanjikan kucuran utang sebesar 400 juta dolar. Karena itu
pemerintah terpaksa menerbitkan surat utang baru untuk mengisi
rekening tersebut.

Boediono: Oleh sebab itu maka lalu dihitung kira-kira jumlah
liabilities total dari perbankan itu berapa? Itu ternyata sejumlah
Rp. 800 triliun. Untuk memback up jumlah liabilities sebesar itu
setelah diskusi dengan IMF, dengan teman-teman Bank Indonesia kami
berkesimpulan bahwa barangkali 5 % dari seluruh total liabilities ini
cukup sebagai back up saldo yang menggaransi. Ya 5 % dari 800 triliun
yaitu 40 triliun.

Kebijakan terakhir ini membuat jumlah total surat utang pemerintah
mencapai sekitar Rp. 600 triliun. Dengan jumlah surat utang sebesar
itu pemerintah setiap tahunnya harus membayar bunga sebesar Rp. 50
triliun. Menurut Gubernur Bank Indonesia Syahril Sabirin pembayaran
bunga surat utang itu mencapai 3,3 persen dari total anggaran negara.


Syahril Sabrin: Perhitungan bunga untuk obligasi ini yang akan
menjadi beban APBN adalah 3 persen dikalikan dengan indeks. Jadi
artinya kalau katakanlah inflasinya 10 persen maka bungannya 1,1 kali
3 %a.jadi sama dengan 3,3 % APBN

Meski demikian Syahril menegaskan, pemerintah hanya akan membayar
bunga surat utang yang terpakai. Jika tidak digunakan tentunya tidak
ada bunga yang perlu dibayarkan.

Namun tidak ada yang bisa menjamin dana rekening 502 tidak akan
terpakai. Sebab sampai bulan Agustus ini ada enam bank yang rasio
kecukupan modalnya tidak mencapai 8 persen. Sehingga jika salah satu
bank itu ditutup, sudah pasti dana penjaminan dari hasil surat utang
itu yang dipakai.

Pengamat perbankan Elvyn G Masassya menyayangkan tindakan pemerintah
yang menerbitkan surat utang baru itu. Elvyn mengatakan seharusnya
dana penjaminan perbankan di rekening 502 itu diisi dengan utang IMF.
Sebab, lembaga donor internasional itu memiliki kepentingan besar
terhadap dunia perbankan Indonesia.

Elvyn G. Masassya: Sebenarnya kepentingan IMF atau konstituennya IMF
cukup kental dalam memaksa pemerintah supaya mengisi rekening 502
itu. Artinya bukan tidak mungkin IMF mendapat dorongan dari
katakanlah kreditur-kreditur asing yang memberi pinjaman pada
perbankan nasional. Nah kalau memang ini yang menjadi dasar
seharusnya IMF sadar kepentingan mereka juga lebih banyak. Oleh
karena itu kalau misalnya 502 itu wajib diisi tentunya IMF yang
pernah menjanjikan pinjaman itu bisa mengucurkan dana dan sebagian
dimasukkan ke dalam rekening ini.

Elvyn menambahkan, pemerintah harus berani melakukan perundingan
ulang dengan IMF soal pengisian rekening itu. Namun menurut Elvyn,
pemerintah terkesan terlalu menurut IMF untuk menumbuhkan kepercayaan
dunia internasional.

Jika pemerintah tidak segera mencari solusi yang tepat, maka beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang berarti juga beban
masyarakat akan semakin berat. Saat ini kekurangan dana APBN bernilai
sekitar Rp. 50 triliun. Hampir sama jumlahnya dengan bunga surat
utang yang harus dibayarkan pemerintah.

Anggota komisi IX DPR Paskah Suzetta berpendapat, agar tidak
memberatkan APBN, penerbitan surat utang itu harus diikuti dengan
penjualan aset-aset perusahaan yang kini sudah di tangan Badan
Penyehatan Perbankan Nasional.

 Paskah Suzetta: Artinya bahwa kalau pemerintah mau mengeluarkan
obligasi baru, taruhlah dalam jumlah 40 triliun pemerintah juga harus
mampu menarik obligasi paling tidak yang ada di bank rekap itu
sejumlah obligasi yang dikeluarkan. Kalau ini dilakukan oleh
pemerintah artinya kalau ada apa-apapun tidak akan menjadi beban APBN
karena sudah diproyeksikan di APBN. Jadi keluar 40 triliun dalam
bentuk obligasi baru, masuk obligasi lama yang ada pada pemerintah.
Sehingga jumlah ini tidak akan lebih

Menurut Paskah langkah ini bukanlah hal yang sulit. Apalagi jumlah
aset di BPPN mencapai  angka lebih dari Rp. 400 trilyun.

Berbagai cara lain memang diperlukan untuk mengatasi masalah keuangan
negara yang terancam bangkrut ini. Tetapi yang jelas bukan dengan
cara menambal lubang di satu sisi dengan menimbulkan lubang di tempat
lain.

Tim Liputan Kantor Berita Radio 68H Jakarta melaporkan untuk Radio
Nederland di Hilversum.


* PEMILU DI TIMOR LORO SA'E: TANPA GAIRAH RAKYAT

Intro: Timor Timur bersiap-siap menghadapi pemilihan umum multi
partai pertama yang akan dilangsungkan 30 Agustus mendatang. Persis
dua tahun lalu juga berlangsung referendum,  yang hasilnya mengakhiri
wilayah ini sebagai provinsi termuda Indonesia. Kamis minggu depan
itu, rakyat Timor Timur akan memilih Assembleia Constituinte, yaitu
Dewan Konstituante yang dalam waktu 90 hari harus bisa menetapkan
Undang-Undang Dasar Timor Lorosae. Tetapi, seperti berikut dilaporkan
oleh koresponden Irene Slegt dari Dili, banyak orang di Timor Lorosae
tidak menyambut gembira pemilihan ini, seperti mereka menyambut
referendum dua tahun silam. Mengapa demikian?

Suara upacara CNRT, dibiarkan di latar belakang

Upacara tadi berlangsung pada salah satu hari bersejarah Timor Timur.
CNRT, organisasi payung yang menampung semua partai dan golongan
Timor Timur dalam melancarkan perlawanan terhadap Indonesia,
menurunkan bendera. CNRT memang telah membubarkan diri untuk memberi
kesempatan kepada semua anggotanya bergabung dan membentuk
partai-partai politik.

Suara upacara CNRT kembali diperdengarkan

Terdapat 16 partai politik yang sudah mendaftar untuk ikut dalam
pemilihan umum demokratis multi partai pertama di bumi Timor Lorosae,
Kamis minggu depan. Lima partai sudah sering bekerjasama dalam
organisasi perlawanan, sedangkan partai-partai lainnya dibentuk
belakangan. Bagi banyak kalangan, banyaknya partai politik ini segera
membangkitkan kenangan buruk dari masa lampau. Pedro Soares, yang
memiliki sebuah kedai kecil penjual mibakso di sebuah jalan utama
ibukota Dili, mengamati perkembangan ini dengan was-was:

Pedro Soares: Saya tidak suka partai politik. Karena partai politik
banyak orang mati. Bukan orang besar, para pemimpin, tetapi
orang-orang kecil. Itulah sebabnya saya tidak suka partai politik.
Saya hanya tahu satu partai, itulah Fretilin. Fretilin
memproklamasikan kemerdekaan Timor Lorosae. Partai-partai lain,
entahlah. Yang jelas, karena Fretilin yang terus bersama kami sampai
mati, maka sekarang kami memperoleh kemerdekaan.

Memang, bagi banyak orang Timor Lorosae, partai politik sering sama
dengan kegalauan dan kekerasan, warisan dari tahun 1975. Waktu itu
kemunculan pelbagai partai politik hanya menyeret negeri itu menuju
perang saudara. Perang yang kemudian dijadikan dalih bagi Indonesia
untuk menyerbu Timor Timur. Lebih dari itu, kali terakhir orang Timor
Timur memberikan suara dalam referendum menuju kemerdekaan 30 Agustus
1999, mereka yang kalah, mereka yang pro Indonesia, akhirnya malah
melancarkan perusakan besar-besaran dan bumi hangus. Tidaklah
mengherankan kalau untuk pemilu Kamis minggu depan, tidak banyak
orang Timor Lorosae bersikap antusias. Segio Vieira de Mello, Kepala
Pemerintahan peralihan PBB di Timor Timur, UNTAET, mengakui bahwa
orang-orang Timor Timur memang takut menuju Tempat Pemungutan Suara.

Sergio Vieira de Mello: Bisa diterima kalau orang-orang Timor Timur
takut pada setiap bentuk pemilihan umum, karena di masa lampau ini
sering menyebabkan kekerasan. Yang sekarang harus dikerjakan adalah
menunjukkan kepada rakyat bahwa semuanya sudah lain dari yang pernah
terjadi. Tapi itu merupakan tugas semua partai politik yang ikut
serta dalam pemilu, bukan tugas Untaet.

suara penyuluhan pemilu

Sekelompok mahasiswa sedang berupaya menjelaskan makna demokrasi
kepada masyarakat desa. Tidaklah gampang untuk memberi penjelasan
kepada rakyat yang belum pernah mengalami demokrasi tulen, masalah
kenegaraan seperti dewan konstituante dan demokrasi multi partai.
Afelino de Coelho, sekjen partai sosialis Timor Lorosae, PST,
menyatakan bahwa kurangnya pemahaman sistem demokrasi ini menyebabkan
rakyat takut. Ia baru kembali dari Aileu, wilayah pegunungan di
sebelah selatan ibukota Dili.

Afelino de Coelho: Yang kami perlukan adalah berupaya sekuat tenaga
menghindari kekerasan. Di Aileu saya berbicara dengan banyak orang.
Mereka mengangkat masalah ini, apakah partai politik sama saja dengan
konflik politik? Pertanyaan seperti itu bisa dimengerti. Saya
menjawabnya dengan memberi contoh. 10 tahun lalu ayah anda
meninggalkan Aileu, berangkat ke Dili naik sepeda motor, tapi
malangnya terjadi kecelakaan dan ayah anda meninggal dunia. Lalu saya
tanya, kalau begitu anda tidak akan pernah ke Dili lagi mengendarai
sepeda motor, karena akan terjadi kecelakaan yang bisa menewaskan
anda? Kan tidak begitu. Hal yang sama juga berlaku untuk partai
politik. Partai politik adalah alat untuk mempertahankan hak-hak
kita.

Walau begitu, bagi orang Timor Lorosae, segala sesuatu yang berkaitan
dengan politik tetap membingungkan. Dalam keadaan seperti ini
mungkinkah dilangsungkan pemilihan umum yangbenar-benar bebas dan
demokratis di Timor Lorosae? Bukankah rakyat sendiri takut dan tidak
paham apa maknanya? Berikut penjelasan Andrew Thornly dari LSM Asia
Foundation yang mengikuti dengan seksama proses demokrasi di Timor
Lorosae:

Andrew Thornly: Mungkin di atas permukaan pemilu kali ini nampak
begitu demokratis. Saya kira masalahnya justru berada di bawah
permukaan. Mereka yang berduyun-duyun menuju tempat pemungutan suara
pasti sudah tahu apa arti suara yang mereka berikan. Itu, kalau
mereka pernah mendengar istilah Dewan Konstituante. Tetapi masih
harus dipertanyakan apakah mereka benar-benar mengerti apa sebenarnya
tugas Dewan Konstituante, bahwa Dewan ini hanya bertugas selama 90
hari, untuk mnyusun undang-undang dasar, dan mengapa dewan ini
penting bagi Timor Timur. Itulah pertanyaan-pertanyaan yang sampai
sekarang belum juga terjawab.

Dan memang sepanjang pertanyaan ini belum terjawab, sepanjang itu
pula gairah rakyat Timor Timur ikut pemilu nampaknya akan tetap kecil
saja.


* TNI SIAP BERSIKAP KERAS TERHADAP GAM, BERAPA BESAR BIAYANYA?

Begitu harian Serambi Indonesia di Banda Aceh terbit lagi hari ini
segera maraklah diskusi mengenai profesionalisme wartawan di
Indonesia. Mampukah wartawan memberitakan masalah Aceh tanpa memihak,
apalagi ketika sekarang TNI sudah siap untuk bersikap keras terhadap
GAM? Koresponden Syahrir mengirim laporan berikut dari Jakarta:


Hari ini harian Serambi Indonesia yang terbit di Banda Aceh beredar
kembali setelah selama sekitar seminggu "dibreidel", oleh Gerakan
Atjeh Merdeka, GAM. Redaksi Serambi Indonesia selama itu tidak berani
menerbitkan korannya karena dituduh GAM pro-pemerintah dan jarang
menurunkan berita yang berdasarkan fakta. Masyarakat Aceh umumnya
menganggap koran ini tidak patuh pada kaidah-kaidah pers dan etika
pers yang profesional. Serambi Indonesia dianggap tidak melakukan
kewajibannya untuk  "cover both sides" atau memberikan kesempatan
yang adil kepada kedua pihak yang bersengketa untuk tampil dalam
pemberitaannya.


Seorang aktivis kemanusiaan di Aceh mengimbau sebaiknya kedua belah
pihak yang  bertikai, pemerintah dan GAM bersikap adil, memberikan
keleluasaan kepada pers untuk menyajikan informasi yang obyektif
mengenai sepak terjang kedua belah pihak. Sebagai contoh aktivis itu
merujuk pada terbitan yang dikeluarkan oleh Kontras. Terbitan lembaga
HAM ini selalu menyajikan data yang akurat tanpa ada tendensi
provokasi atau pun distorsi informasi. Sebagai contoh, Kontras
menyajikan secara terbuka berapa korban yang mati dari pihak GAM dan
berapa dari pihak TNI. Bagaimana rakyat harus keluar dari tempat
tinggalnya atau kampungnya karena "sweeping" yang dilakukan oleh
pihak TNI dan balasan "sweeping" yang dilakukan oleh pihak GAM kepada
rakyat Aceh yang non Aceh.


Sidney Jones dari  Lembaga HAM Amerika, Human Rights Watch pekan ini
menuduh GAM tengah melakukan pembersihaan etnis. Maksudnya terhadap
orang Jawa yang diusir dari Aceh. Tetapi aktivis LSM di Aceh
mengatakan, motivasi yang pertama bukanlah pembersihan etnik seperti
yang didefinisikan oleh Human Rights Watch. "Bila kita berpegang pada
definisi tadi larinya suku Jawa keluar dari Aceh dan mengungsi ke
perbatasan Sumatera Utara, itu karena ada beberapa kemungkinan." Yang
pertama ada pihak tertentu  yakni di luar GAM yang menginginkan
suasana kacau seperti sekarang ini dengan tujuan politis memberikan
stigma bahwa tanpa pemerintah Orde Baru tidak ada keamanan di
Indonesia. Karena itu diciptakan suasana seolah-olah mereka lari
karena mendapat intimidasi dari pihak GAM. Kemungkinan kedua,
tindakan ini memang dilakukan oleh pihak GAM. Namun aktivis LSM yang
non Aceh itu tidak percaya bahwa motivasinya semata-mata bertujuan
untuk melakukan sterilisasi Aceh dari suku Jawa. Buktinya masih
banyak suku Jawa yang hidup aman dan mencari nafkah di Aceh. Dan
demikian pula dengan suku-suku lain.


Selain harian Serambi Indonesia masyarakat Aceh, khususnya kalangan
generasi mudanya, menyoroti peran pers ibukota. Utamanya harian
intelektual dengan oplah terbesar di Indonesia. Maimun Saleh misalnya
mengatakan, harian Kompas bulan Agustus ini menurunkan beberapa
berita yang mencolok bagi masyarakat Aceh. "Jauh sebelum tanggal 17
Agustus 2001 dia mengangkat berita bahwa di mana-mana di Aceh telah
berkibar bendera merah-putih. Koran-koran ibukota ini menulis hampir
di semua pelosok ada merah putih. Namun Koran-koran ibukota itu tidak
memberitakan bahwa hampir setiap hari lima orang mati karena dipaksa
menaikkan bendera merah putih," kata  Thamrin A. Nanda. Di samping
itu pers nasional pun tidak menulis bahwa sebanyak 35 institusi
negara diharuskan menaikkan bendera merah putih. Setiap kantor
pemerintah diwajibkan untuk mengibarkan 70 bendera merah putih.


Harian-harian beroplah besar pun tidak memberitakan bahwa rakyat
dipaksa  menghadiri pameran-pameran Nanggroe Aceh Darusalam. "Dan
rakyat Aceh dipaksa  seolah-olah mengerti apa itu Nanggroe Aceh
Darusalam," kata Nanda. Media nasional dan lokal pada pokoknya tidak
obyektif dalam pemberitaan soal Aceh. Karena itu tampaknya GAM
menutup paksa koran Serambi Indonesia, yang merupakan satu-satunya
harian yang masih hidup. Serambi Indonesia dianggap merupakan koran
pemerintah di Aceh yang tergabung dalam grup Kompas. Baik Maimun
Saleh mau pun Arief, wartawan penerbitan Beudoh yang dalam bahasa
Indonesia berarti Bangkit, menganggap koran Kompas sedang melakukan
kampanye untuk Presiden Megawati. Presiden, kata mereka sudah
mengatakan baru-baru ini bahwa masalah Aceh akan selesai sebelum 17
Agustus 2001.


Maka aparat bersama pemda memaksakan bendera merah putih dinaikkan di
mana-mana. Padahal sejak tiga tahun lalu, rakyat Aceh sudah tidak
antusias lagi menaikkan bendera merah putih itu. "Masyarakat sudah
mulai mempertanyakan keberadaan Indonesia di Aceh," kata mereka.
Baru-baru ini mulai dari tanggal 1 sampai 18 Agustus masyakat yang
menggunakan sepeda motor diharuskan mengibarkan bendera merah putih.
Yang tidak punya dipaksa membeli bendera. Padahal harga satu bendera
itu Rp. 25.000. Maka terjadilah "sweeping" bendera sambil menjual
bendera utamanya di daerah-daerah yang jauh dari Banda Aceh.


Bahwa pemerintahan Mega merasa gagal di Aceh dapat dilihat dari
keterangan Pangkostrad Ryamizard Ryacudu bahwa TNI ke depan akan
mengambil langkah-langkah yang keras di Aceh. Artinya tentu operasi
militer yang sudah berlangsung sejak bulan Juni yang lalu akan
ditingkatkan, seperti DOM dahulu. Menurut Astaga.com, usai kunjungan
rombongan menteri berikut Panglima TNI dan Kapolri ke Aceh yang tak
sukses, TNI agaknya memilih jalan keras. Pangkostrad Letjen TNI
Ryamizard Ryacudu, Jumat ini, menegaskan, GAM atau Gerakan Atjeh
Merdeka adalah gerakan pemberontak yang harus ditumpas. "Di negara
mana pun yang namanya pemberontak harus ditumpas. Kalau sampai tiga
kali ditawari damai mereka tetap tidak mau, itu artinya mereka memang
tidak mau damai," tegasnya. Maka apa yang dikatakan oleh Prof Sarbini
bahwa Megawati akan jatuh karena masalah politik dan keamanan mungkin
ada benarnya.


Utang Indonesia sekarang sudah sama seperti Meksiko dan Argentina
dahulu. Dahulu ketika menggelar DOM di Aceh, meski waktu itu
Indonesia sudah banyak utangnya, Soeharto tidak terlalu perlu
merisaukan anggaran bagi operasi militer di sana. Meski Megawati
sudah punya seorang Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, tentu ia perlu
menghitung dengan cermat apakah pemerintah mampu membiayai peperangan
di Aceh. Sementara itu pers nasional apalagi pers lokal akan
menghadapi kendala yang lebih berat untuk bersikap obyektif di Aceh.
Para wartawan yang pernah bertugas di Timor Timur tentu bisa
menceriterakan pengalaman mereka dahulu betapa sulitnya pers nasional
bersikap jujur pada hatinuraninya saat itu.


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.ranesi.nl/
http://www.rnw.nl/

Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda
peroleh melalui
[EMAIL PROTECTED]

Copyright Radio Nederland Wereldomroep.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke