Pagi ini, tidak biasanya saya menempuh perjalanan naik angkot ke kantor. Bukan 
apa-apa, memang kantor saya tidak jauh dari rumah tempat tinggal saya. Namun, 
tadi malam saya menginap di rumah saudara, karena ada urusan penting. Jadilah 
pagi ini saya naik angkot.
   
  Kebetulan saya duduk di depan, silau nakal matahari pagi memaksa saya 
memejamkan mata dan memang sambil mengantuk, karena semalam lama berdiskusi 
dengan saudara saya. Tiba-tiba saya tertarik oleh sebuah pemandangan. Di 
sebrang jalan berdiri seorang bapak paruh baya. Beliau hendak menyebrang dan 
bermaksud menumpangi angkot yang saya tumpangi. Apa yang menarik? Bukankah itu 
pemandangan biasa di jalan raya setiap hari? 
   
  Namun, bagi saya pagi ini ada hikmah luar biasa. Kenapa? iya, Bapak itu, 
bapak yang usianya sekitar 40 tahun, wajahnya ganteng, senyum di wajahnya 
menunjukkan betapa ia begitu bersemangat berangkat kerja. 
   
  Hm... masih penasaran. Hikmah luar biasa? Apa maksudnya? Iya, bapak itu.. 
beliau menjinjing tas, yang isinya map dan amplop-amplop. saya tidak tahu 
isinya apa. saya juga tidak tau profesinya apa. Apakah beliau karyawan, guru, 
sales, debt collector, entahlah.
   
  Makin bingung? iya, wajar. artinya anda hanyut dengan cerita saya. Apa yang 
menarik perhatian saya, apa yang membuat saya tergelitik memilih judul begitu. 
Iya, bapak itu, beliau tidaklah seperti saya. tidak seperti saya yang mempunyai 
tangan lengkap, mempunyai kaki yang sempurna. Beliau mempunyai tangan cacat. 
entah seperti apa,saya pun kurang jelas. tapi yang pasti beliau tidak memiliki 
jari tangan yang lengkap, ukuran tangan yang normal, telapak tangan yang lebar. 
Pun, beliau tidak punya dua kaki yang lengkap yang bisa menopang tubuhnya. Kaki 
beliau mungkin hanya selutut saja. Mungkin tinggi badannyapun tidak sampai 1 
meter kotor. Ingat dengan Hee Ahh Lee, si tangan lobster yang mahir memainkan 
tuts-tuts pianonya? Mungkin ukuran tubuh beliau persis seperti dia.
   
  Tapi semangat itu, wajah berseri itu? Tidak ada beban di wajahnya. Dia 
mensyukuri keadaannya. Sampai ke pemberhentian terakhir angkot yang saya 
tumpangi pagi ini, beliau pun turun. entah menuju ke arah mana, saya tidak 
sempat lagi memperhatikannya. Dan saya juga tidak mau menunjukkan kalau saya 
memperhatikan beliau. 
   
  Saya meneruskan perjalanan saya. sepanjang jalan, saya merenungkan kembali 
pemandangan tadi. yang baru beberapa menit berlalu. Dalam hati aya mulai 
berkata, terimakasih Tuhan atas tubuh yang sempurna ini, terimakasih Tuhan atas 
dua kaki, dua tangan, dua mata, mulut, dan semuanya. Ini sungguh sempurna.
   
  Ada semangat baru yang timbul setelah melihat pemandangan itu. Iya... rasa 
bersyukur atas banyak hal. Ternyata begitu banyak yang saya lewatkan selama 
ini. Ternyata sering tanpa kita sadari, kita mengeluhkah hal-hal yang 
seharusnya tidak perlu dikeluhkan. Tuhan begitu baik pada kita. Tuhan 
memberikan sesuatu yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.
   
  Bahkan bapak itu, beliau masih bisa memberikan senyumnya yang tulus, 
mengalirkan semangatnya bagi yang bisa merasakannya. Terimakasih Tuhan untuk 
pelajaran berharga pagi ini. 
   
  Banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik setiap hari, setiap waktu, 
setiap menit, bahkan dalam setiap helaan nafas. Oleh sebab itu berterimakasih 
kepadaNya. Kepada dia si pemberi hidup.
   
  Salam,
  Rika - Jkt
   
   

 
---------------------------------
Food fight? Enjoy some healthy debate
in the Yahoo! Answers Food & Drink Q&A.

Kirim email ke