*Think Out of the Box dengan "Cartesian Coordinate"*

*Read More*? http://i-coachlink.com dan http://idnlpsociety.wordpress.com

*Join the Community*? [EMAIL PROTECTED]
[EMAIL PROTECTED]

*Upcoming Event*? *NLP Adventure: Self Leadership Mastery, 15-16 Desember
2007*


Saya bukanlah seorang penggemar matematika. Setidaknya, demikian keyakinan
saya terhadap subyek yang satu ini sebelum saya mempelajari NLP.

Wah, apakah karena saya telah mengubah keyakinan saya dengan NLP?

He..he..sayangnya, tidak seheroik itu. Saya hanya menemukan sebuah pelajaran
NLP yang menjadi salah satu jawaban atas pertanyaan saya kepada guru
matematika SMA saya beberapa tahun lalu. Sedikit bernostalgia, saya sempat
terkena omelan karena bertanya, "Pak, apa sih gunanya kita mempelajari
logika matematika?"

Dan, menemukan bahwa pengalaman itu masih teringat dengan detil sampai
sekarang, tentu *unconscious* saya menganggap itu adalah hal yang penting
untuk diingat dan dimaknai.

Demikianlah, tahun pun berlalu. Saya mendengar bahwa subyek yang satu itu
konon bermanfaat bagi mereka yang mempelejari ilmu komputer, terutama yang
berkaitan dengan desain perangkat lunak. Alhasil, saya yang tidak terlalu
berminat dengan dunia perkomputeran (kecuali sebatas yang saya butuhkan) pun
kembali tidak tertarik untuk mengetahui sampai di mana manfaatnya.

OK, cukup nostalgianya. Ya, NLP mengajarkan saya tentang aplikasi "Cartesian
Coordinate" dalam komunikasi. Sebelum melangkah lebih lanjut, saya ingin
mengingatkan kepada Anda semua: ilmu ini SANGAT POWERFULL! Jadi,
berhati-hatilah jika akan menggunakannya. Tidak saja ia akan membuat Anda
bingung, tapi juga mengobok-obok keyakinan lama yang bertahun-tahun
bersarang di dalam diri Anda.

Wuih, tampak menyeramkan? Tenang, tidak segitunya kok J. Lihat saja sendiri.

Omong-omong, Anda ingat kan Cartesian Coordinate (CC) ini? Itu loh, yang ada
garis X dan Y membentuk sumbu. Memang, ada yang sampai Z, tapi kita tidak
gunakan itu kali ini. Nah, jika Anda menggambar kedua garis tersebut, Anda
tentu akan mendapati gambar seperti di bawah ini.

Bagian yang paling kanan atas, biasa disebut sebagai kuadran I, dengan nilai
positif semuanya (+,+). Bergeser ke kiri, Anda akan menemui kuadran II,
dengan nilai positif dan negatif (-,+).Ke bawah, Anda akan melihat kuadran
III, dengan nilai negatif dan positif (-,-). Terakhir, ke kanan, berujung
pada kuadran IV, dengan nilai (+,-).

Cukup pusing? Eit, jangan buru-buru. Kita belum masuk ke bagian yang
mengasyikkan.

Lalu, bagaimana kita bisa menerapkan CC ke dalam komunikasi?

Mari kita ambil contoh kalimat berikut:

*          **Saya merasa sulit berkomunikasi dengan rekan kerja saya*.

Jika kita pecah kalimat tersebut menjadi 2 premis yang terpisah, maka kita
bisa melihatnya seperti ini:

          *Saya merasa sulit berkomunikasi*

dan

*dengan rekan kerja saya*

Sekarang, kita anggap keduanya masuk ke dalam kuadran I. Nah, bagaimana kita
bisa *think out of the box* dengan pernyataan seperti ini? Mudah, cukup
mainkan ia dengan cara memindahkannya ke dalam kuadran-kuadran yang lain.

Contoh, kita mainkan di kuadran II. Karena rumus di kuadran II adalah (-,+),
maka kita tetap mempertahankan premis pertama dan menegasikan premis kedua.

          *Saya tidak merasa sulit berkomunikasi, dengan rekan kerja saya *

Sedikit modifikasi, kita bisa membantu rekan yang mengeluarkan pernyataan
ini dengan pertanyaan, "Oh ya? Kapan kamu pernah merasa tidak kesulitan
berkomunikasi dengan rekan kerjamu?"

Dan, BOOM! Ia yang sedang menikmati *state* masalah di 'kotak'-nya pun akan
mulai 'melirik' ke luar kotak dan bertanya-tanya, "Mmmm...kapan ya aku
pernah merasa tidak kesulitan berkomunikasi dengan rekan kerjaku?"

Belum puas? Mainkan lagi di kuadran III. Ingat rumusnya? Yak, (-,-). Maka ia
menjadi:

          *Saya tidak merasa sulit berkomunikasi, tidak dengan rekan kerja
saya*

Bagaimana modifikasinya? Tepat! Bisa seperti ini, "Hmm...coba kamu
ingat-ingat pengalamanmu berkomunikasi dengan orang lain selain rekan
kerjamu. Bagaimana menurutmu kamu bisa begitu *smooth* berkomunikasi dengan
mereka?"

Dan, Dhuar!!! Ia pun melirik ke 'kotak' yang lain sembari bertanya-tanya,
"Eh, sama si Anto sih aku selalu bisa *smooth*. Gimana caranya ya?"

Masih ingin bermain? OK, kita pindahkan ia lagi ke kuadran IV sekarang.
Dengan rumus (+,-) maka kalimatnya menjadi:

          *Saya merasa sulit berkomunikasi, tidak dengan rekan kerja saya*

Agar tidak membingungkan, kita lakukan modifikasi sehingga menjadi, "Oh,
apakah kamu juga merasa sulit berkomunikasi dengan *selain *rekan kerja
kamu?" Dan ia pun akan bertanya-tanya, "Eh, iya ya. Sama orang lain, apakah
aku punya kesulitan komunikasi juga?"

Aha! Asyik, bukan? OK, kita ambil satu contoh lagi.

          *Saya sering merasa gugup ketika ingin melakukan presentasi*

Kita bisa mainkan, modifikasi, dan jadilah:

*Kapan kamu pernah tidak gugup ketika melakukan presentasi?*

*Coba kamu ingat-ingat pengalamanmu melakukan sesuatu dengan sangat percaya
diri. Apa menurutmu yang bisa membuatmu demikian?*

*Apakah kamu juga merasa gugup ketika melakukan hal lain selain presentasi?*

Mudah, kan? *Easy*, *but really really powerfull*!

Saya banyak menggunakan ini jika sedang berada dalam mode seorang coach.
Berbeda dengan terapi, dalam coaching kita tidak pernah memberikan saran
apapun. Seorang Coach hanya boleh bertanya dan memfasilitasi klien sampai ia
bisa menemukan solusinya sendiri.

Loh, mengapa?

Terapi menempatkan seseorang dari kondisi minus ke titik nol, sedangkan
coaching menempatkannya dari titik nol ke titik plus mana pun yang ia
inginkan. Dari titik minus ke nol, klien pasti sudah memiliki motivasi yang
tinggi untuk berubah karena mereka telah merasakan kepedihan berada dalam
kondisi tersebut. Sementara untuk mencapai titik plus yang diinginkan,
motivasi dan komitmen serupa bisa jadi belum terlalu besar disebabkan oleh
kondisi nyaman yang dialami. Inilah yang menjadi dasar seorang Coach harus
menggelitik klien dengan berbagai pertanyaan sehingga ia terinspirasi dan
terdorong menemukan pencerahan sendiri.

*So*,  sudah siap mencoba SEKARANG?


-- 
Salam Street Smart NLP!

Teddi Prasetya Yuliawan
Indonesia NLP Society <http://idnlpsociety.wordpress.com>
Indonesia Coach Community <http://i-coachlink.com)

Reply via email to