He..he..tahu aja nih. Saya memang meniatkan untuk dapat masuk ke sekolah,
utamanya SMA, mulai dari yang baru masuk sampai yang mau lulus plus
guru2nya. He..he..

Masih cari peluang untuk masuk...

Kalau ada channel, boleh loh dikenalkan.

Mahal? Seberapa kah yang dianggap mahal itu? Seberapa pula yang dianggap
murah itu? Mahal dan murah dibandingkan dengan apa?

Wah, maap, kebiasaan. He..he..

Thanks for comment!

Salam,

Teddi

On Dec 2, 2007 9:19 PM, ASROFI <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

>   sepertinya ada singgung2 masa SMA nih... hehehe...
> kalo gitu NLP ditunggu di sekolah2 ya.... jangan mahal2 kalo ke
> sekolahan... kalo perlu gratis...
> mudah2an dengan itu anak2 kita bisa lebih cerdas dari kita
>
>
>
> Pada tanggal 29/11/07, David Lesmana <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
>
> >   Teddi,
> >
> > Artikelnya bagus loch...
> > Saya sangat suka matematika tetapi sangat sulit bicara.
> > Sulit bicara adalah kadang maksud yang disampaikan seringkali bisa
> > menyakiti seseoang. Gmana yach caranya supaya mengatur kata-kata yang baik.
> >
> > Dalam hati saya sebenarnya , tidak ada terbenak benci/marah tetapi si
> > penerima/lawan bicara merasa kesal apabila berbicara dengan saya...
> >
> > Thx,
> > David
> >
> > ----- Original Message ----
> > From: Teddi Prasetya Yuliawan < [EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED];
> > [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
> > inspirasiindonesia < [EMAIL PROTECTED]>;
> > trainer-indonesia < [EMAIL PROTECTED]>;
> > hypnosis-indonesia <[EMAIL PROTECTED] >; Penulis
> > Bestseller <[EMAIL PROTECTED]>;
> > [EMAIL PROTECTED];
> > [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
> > [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
> > [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
> > bicara@yahoogroups.com
> > Sent: Thursday, November 29, 2007 10:25:01 AM
> > Subject: [Bicara] Article: Think Out of the Box dengan "Cartesian
> > Coordinate"
> >
> >  *Think Out of the Box dengan "Cartesian Coordinate"*
> >
> > *Read More*? http://i-coachlink. com <http://i-coachlink.com/> dan 
> > http://idnlpsociety
> > .wordpress. com <http://idnlpsociety.wordpress.com/>
> >
> > *Join the Community*? indonesia-coach- community- subscribe@
> > googlegroups. com <[EMAIL PROTECTED]>dan
> > idnlpsociety- subscribe@ yahoogroups. com<[EMAIL PROTECTED]>
> >
> > *Upcoming Event*? *NLP Adventure: Self Leadership Mastery, 15-16
> > Desember 2007 *
> >
> >
> > Saya bukanlah seorang penggemar matematika. Setidaknya, demikian
> > keyakinan saya terhadap subyek yang satu ini sebelum saya mempelajari NLP.
> >
> > Wah, apakah karena saya telah mengubah keyakinan saya dengan NLP?
> >
> > He..he..sayangnya, tidak seheroik itu. Saya hanya menemukan sebuah
> > pelajaran NLP yang menjadi salah satu jawaban atas pertanyaan saya kepada
> > guru matematika SMA saya beberapa tahun lalu. Sedikit bernostalgia, saya
> > sempat terkena omelan karena bertanya, "Pak, apa sih gunanya kita
> > mempelajari logika matematika?"
> >
> > Dan, menemukan bahwa pengalaman itu masih teringat dengan detil sampai
> > sekarang, tentu *unconscious* saya menganggap itu adalah hal yang
> > penting untuk diingat dan dimaknai.
> >
> > Demikianlah, tahun pun berlalu. Saya mendengar bahwa subyek yang satu
> > itu konon bermanfaat bagi mereka yang mempelejari ilmu komputer, terutama
> > yang berkaitan dengan desain perangkat lunak. Alhasil, saya yang tidak
> > terlalu berminat dengan dunia perkomputeran (kecuali sebatas yang saya
> > butuhkan) pun kembali tidak tertarik untuk mengetahui sampai di mana
> > manfaatnya.
> >
> > OK, cukup nostalgianya. Ya, NLP mengajarkan saya tentang aplikasi
> > "Cartesian Coordinate" dalam komunikasi. Sebelum melangkah lebih lanjut,
> > saya ingin mengingatkan kepada Anda semua: ilmu ini SANGAT POWERFULL! Jadi,
> > berhati-hatilah jika akan menggunakannya. Tidak saja ia akan membuat Anda
> > bingung, tapi juga mengobok-obok keyakinan lama yang bertahun-tahun
> > bersarang di dalam diri Anda.
> >
> > Wuih, tampak menyeramkan? Tenang, tidak segitunya kok J . Lihat saja
> > sendiri.
> >
> > Omong-omong, Anda ingat kan Cartesian Coordinate (CC) ini? Itu loh, yang
> > ada garis X dan Y membentuk sumbu. Memang, ada yang sampai Z, tapi kita
> > tidak gunakan itu kali ini. Nah, jika Anda menggambar kedua garis tersebut,
> > Anda tentu akan mendapati gambar seperti di bawah ini.
> >
> > Bagian yang paling kanan atas, biasa disebut sebagai kuadran I, dengan
> > nilai positif semuanya (+,+). Bergeser ke kiri, Anda akan menemui kuadran
> > II, dengan nilai positif dan negatif (-,+).Ke bawah, Anda akan melihat
> > kuadran III, dengan nilai negatif dan positif (-,-). Terakhir, ke kanan,
> > berujung pada kuadran IV, dengan nilai (+,-).
> >
> > Cukup pusing? Eit, jangan buru-buru. Kita belum masuk ke bagian yang
> > mengasyikkan.
> >
> > Lalu, bagaimana kita bisa menerapkan CC ke dalam komunikasi?
> >
> > Mari kita ambil contoh kalimat berikut:
> >
> > *          **Saya merasa sulit berkomunikasi dengan rekan kerja saya*.
> >
> > Jika kita pecah kalimat tersebut menjadi 2 premis yang terpisah, maka
> > kita bisa melihatnya seperti ini:
> >
> >           *Saya merasa sulit berkomunikasi*
> >
> > dan
> >
> > *dengan rekan kerja saya*
> >
> > Sekarang, kita anggap keduanya masuk ke dalam kuadran I. Nah, bagaimana
> > kita bisa *think out of the box* dengan pernyataan seperti ini? Mudah,
> > cukup mainkan ia dengan cara memindahkannya ke dalam kuadran-kuadran yang
> > lain.
> >
> > Contoh, kita mainkan di kuadran II. Karena rumus di kuadran II adalah
> > (-,+), maka kita tetap mempertahankan premis pertama dan menegasikan premis
> > kedua.
> >
> >           *Saya tidak merasa sulit berkomunikasi, dengan rekan kerja
> > saya *
> >
> > Sedikit modifikasi, kita bisa membantu rekan yang mengeluarkan
> > pernyataan ini dengan pertanyaan, "Oh ya? Kapan kamu pernah merasa tidak
> > kesulitan berkomunikasi dengan rekan kerjamu?"
> >
> > Dan, BOOM! Ia yang sedang menikmati *state* masalah di 'kotak'-nya pun
> > akan mulai 'melirik' ke luar kotak dan bertanya-tanya, "Mmmm...kapan ya aku
> > pernah merasa tidak kesulitan berkomunikasi dengan rekan kerjaku?"
> >
> > Belum puas? Mainkan lagi di kuadran III. Ingat rumusnya? Yak, (-,-).
> > Maka ia menjadi:
> >
> >           *Saya tidak merasa sulit berkomunikasi, tidak dengan rekan
> > kerja saya*
> >
> > Bagaimana modifikasinya? Tepat! Bisa seperti ini, "Hmm...coba kamu
> > ingat-ingat pengalamanmu berkomunikasi dengan orang lain selain rekan
> > kerjamu. Bagaimana menurutmu kamu bisa begitu *smooth* berkomunikasi
> > dengan mereka?"
> >
> > Dan, Dhuar!!! Ia pun melirik ke 'kotak' yang lain sembari
> > bertanya-tanya, "Eh, sama si Anto sih aku selalu bisa *smooth*. Gimana
> > caranya ya?"
> >
> > Masih ingin bermain? OK, kita pindahkan ia lagi ke kuadran IV sekarang.
> > Dengan rumus (+,-) maka kalimatnya menjadi:
> >
> >           *Saya merasa sulit berkomunikasi, tidak dengan rekan kerja
> > saya*
> >
> > Agar tidak membingungkan, kita lakukan modifikasi sehingga menjadi, "Oh,
> > apakah kamu juga merasa sulit berkomunikasi dengan *selain *rekan kerja
> > kamu?" Dan ia pun akan bertanya-tanya, "Eh, iya ya. Sama orang lain, apakah
> > aku punya kesulitan komunikasi juga?"
> >
> > Aha! Asyik, bukan? OK, kita ambil satu contoh lagi.
> >
> >           *Saya sering merasa gugup ketika ingin melakukan presentasi*
> >
> > Kita bisa mainkan, modifikasi, dan jadilah:
> >
> > *Kapan kamu pernah tidak gugup ketika melakukan presentasi?*
> >
> > *Coba kamu ingat-ingat pengalamanmu melakukan sesuatu dengan sangat
> > percaya diri. Apa menurutmu yang bisa membuatmu demikian?*
> >
> > *Apakah kamu juga merasa gugup ketika melakukan hal lain selain
> > presentasi?*
> >
> > Mudah, kan? *Easy*, *but really really powerfull*!
> >
> > Saya banyak menggunakan ini jika sedang berada dalam mode seorang coach.
> > Berbeda dengan terapi, dalam coaching kita tidak pernah memberikan saran
> > apapun. Seorang Coach hanya boleh bertanya dan memfasilitasi klien sampai ia
> > bisa menemukan solusinya sendiri.
> >
> > Loh, mengapa?
> >
> > Terapi menempatkan seseorang dari kondisi minus ke titik nol, sedangkan
> > coaching menempatkannya dari titik nol ke titik plus mana pun yang ia
> > inginkan. Dari titik minus ke nol, klien pasti sudah memiliki motivasi yang
> > tinggi untuk berubah karena mereka telah merasakan kepedihan berada dalam
> > kondisi tersebut. Sementara untuk mencapai titik plus yang diinginkan,
> > motivasi dan komitmen serupa bisa jadi belum terlalu besar disebabkan oleh
> > kondisi nyaman yang dialami. Inilah yang menjadi dasar seorang Coach harus
> > menggelitik klien dengan berbagai pertanyaan sehingga ia terinspirasi dan
> > terdorong menemukan pencerahan sendiri.
> >
> > *So* ,  sudah siap mencoba SEKARANG?
> >
> >
> > --
> > Salam Street Smart NLP!
> >
> > Teddi Prasetya Yuliawan
> > Indonesia NLP Society < http://idnlpsociety .wordpress. 
> > com<http://idnlpsociety.wordpress.com/>
> > >
> > Indonesia Coach Community < http://i-coachlink. com
> > <http://i-coachlink.com/>)
> >
> >
> >
> > ------------------------------
> > Be a better sports nut! Let your teams follow you with Yahoo Mobile. Try
> > it 
> > now.<http://us.rd.yahoo.com/evt=51731/*http://mobile.yahoo.com/sports;_ylt=At9_qDKvtAbMuh1G1SQtBI7ntAcJ%0A>
> >
> >
>
>
> --
> ASROFI
> Network integrator, ADSL, Modems, Networking,
> IT solution, Speedy, routers, operating systems,
> Kabel data, Bluetooth, Infra-red, wireless, pabx,
> VoIP and all IT solution.
> Tlp     : 021 685 29 128
> Email : [EMAIL PROTECTED] web.id
> Web   : www.asrofi.web.id
> 
>



-- 
Salam Street Smart NLP!

Teddi Prasetya Yuliawan
Indonesia NLP Society <http://idnlpsociety.wordpress.com>

Kirim email ke