*Beberapa Saat Bersama Bu Mega dan Pak Taufik*

by Made Teddy Artiana, S. Kom

*photographer & writer*

* *



Kedatangan dua orang inilah yang kami tunggu-tunggu. Beliau datang tepat
waktu,  kira-kira sepuluh menit sebelum acara dijadwalkan. Megawati dan
Taufik Kemas, kedua pasangan 'langka dan termasyhur' di Indonesia. Mengapa
'langka dan termashyur' ? Coba jarang-jarang ada passangan suami istri yang
masing-masing punya prestasi spektakuler dibidangnya. Bu Mega..yang nggak
kenal Bu Mega sih kebangetan !!! Pak Taufik..siapapun tahu beliau pengusaha
sukses yang briliant. Dan kini keduanya datang, mengendarai mobil hitam yang
sangat jarang terlihat di Indonesia, berhenti didepan Sasono Utomo yang
megah. Wah keren…Meskipun begitu keduanya turun dengan wajah yang amat ramah
dan bersahabat. Sepasukan penyambut termasuk Pak Theo Syafei dan Ibu sudah
bersiap menyongsong. Sama sekali tidak terlihat kesan resmi, kaku, dingin
versi pejabat-pejabat, yang ada justru jabat tangan, tawa lepas dan keadaan
yang sangat santai. Aku dan crew photographyku segera beraksi mengabadikan
moment ini. Tapi ada satu hal yang membuat aku agak kaget…Bu Mega kok jadi
langsing….(maaf ya Bu…..)..wah kejutan nih….serius...sangat jauh berbeda
dibanding waktu lalu. Apalagi wajah beliau…(ah nanti deh..he..he..)



Mbak Rara –yang merupakan anggota DPR dibawah naungan merahnya PDIP- dan
Bang Syamsul –yang adalah pejabat tinggi di Kejaksaan Agung- rupanya meminta
beliau-beliau itu untuk enjadi saksi diacara pencatatan pernikahan mereka.
Akad nikah sudah dilakukan di Masjidil Harom di Mekah sana. Dan Pak Taufik
beserta Bu Megapun datang memenuhi undangan mereka.



Dekor dan segala sesuatunya sudah siap, panitia yang dikomandoi oleh Bapak
Ahmad Junaidi bekerja cermat, begitu juga seksi acara Ibu Jujuk-spesialis
pernikahan Palembang- dan tidak lupa seksi super sibuk, yang walaupun
bekerja dibelakang layar, nyata hasilnya, Nira, sekretaris Mbak Rara, yang
tentunya sangat besar peranannya.



Acara pencatatan nikahpun dimulai. Berlangsung mengalir namun hikmat. Mbak
Rara dan Bang Syamsul nampak serasi bak raja dan ratu dari kerajaan
Sriwijaya di Palembang sana. Mbak Rara yang berkulit putih bersih nampak
cantik dan begitu menyatu dengan pakaian Palembang yang megah. Sementara
Bang Syamsul yang berkarakter tenang, bertubuh tegap kekar dan berkulit sawo
matang tampak macho berwibawa. Belum lagi background pelaminan..wah pokoknya
seperti dibawa kejaman kerajaan tempo doeloe lah.


Sementara acara berjalan..aku menjalankan rencanaku…he..he..sambil menyelam
minum air. Ada sebuah perasaan penasaran yang kuat yang menunggu dipuaskan
nih. Maklum, baru kali ini aku mendapat kesempatan mendekat ke Bu Mega,
tanpa diganggu protokoler. Wong photographer gitu loh..masak iya nggak boleh
deket. Alhasil aku mendekat dong. Dan ternyata..ya ampuuuuun..ternyata wajah
Bu Mega memang halus banget dan mohon dicatat…'tanpa dempul'. Dalam soal
potret-memotret seringkali aku melihat istri atau wanita pejabat yang
bermakeup tebal dan dipenuhi dempul disana sini. Tadinya….maaf ya Bu…aku
mengira Bu Mega itu wajahnya juga bernasib sama, tapi perkiraanku meleset.
Itu asli  lho..dan makeupnya soft banget. Wah Bu Mega jadi anggun sekali.
Aku bolak-balik memperhatikan kamera dan wajah Bu Mega bergantian..eh bener
lho..Ibu tidak hanya berwibawa tapi anggun sekali. Pak Taufik memang jeli
memilih istri….he..he..he…. Kayanya yang muda-muda nih harus belajar dari
Pak Taufik :-). Tiba-tiba saja mata kami beradu pandang..dan Bu Mega
tersenyum, Aku jadi malu sendiri. Ada dua kemungkinan, yang pertama : beliau
senang melihat seragam 'Pecalang' kami yang Bali banget. Takhu kain
kotak-kotak poleng versi Bali…Nah begitulah seragam *The Campuhan*,
photography ku. Kedua, beliau tahu aku sedang memperhatikan beliau. Yah
namanya juga orang Bali…Orang Bali mana sih yang hatinya tidak ditempati Bu
Mega. Bu Mega sampai kapanpun punya tempat tersendiri di hati kami, bukan
karena PDIP, tetapi lebih kepada darah Bali yang mengalir dalam beliau.
Nenek beliau berasal dari Desa Liligundi, Kabupaten Buleleng sana.


Sedang asyik motret Bu Mega dari berbagai angle..tiba-tiba Pak Taufik
menoleh kearahku, dan melambaikan tangannya. Astaga..gawat nih !!!
bathinku…kayanya bakal ditegur nih. Aku terperangah. Pak Taufik mengulangi
lagi lampaian tangannya. Sementara ratusan pasang mata undangan kini
mengarah kerarah aku. Lemas badan ini terasa, dengan setengah gemetar aku
berjalan mendekati beliau. "Mas, tolong ambil itu..", ujar beliau setengah
berbisik didekat ku. Ohhhhhhhhhh rupanya selendang putih mirip petugas KUA
terjatuh dibawah meja, tanpa disadari oleh yang punya, sementara Pak Taufik
kawatir akan terinjak oleh petugas KUA itu sendiri, karenanya beliau meminta
aku mengambilkannya. Huuuuuuuhhh aku kira bakal dimarah karena motretin Bu
Mega terus-terusan..hua..ha..ha..ha..ha..ha..ha….



Aku segera membungkuk bergerak mengambil selendang itu dan memberikan ke
petugas KUA, sambil menoleh ke arah Pak Taufik yang tersenyum. "Terima kasih
yah", sapa Pak Taufik lembut sambil menganggukkan kepalanya dengan
hormat…Wah kalau seorang Taufik Kiemas saja mengganggukkan kepala kepadaku
berterimakasih..berarti aku yang notabene berusia jauh lebih muda harus
lebih dari itu.....dan akupun setengah membungkukkan badan.

Terus terang jarang-jarang ada orang terkenal yang berterimakasih 'dengan
sungguh-sungguh' seperti itu. Seringkali pejabat/orang kaya/orang terkenal
berterima kasih hanya senyum, atau ucapan singkat "thank's" atau senyum
kemudian melengos. *That's it !!* Tapi Pak Taufik Kiemas memberi contoh yang
sama sekali berbeda. Teladan yang baik. Thank's Sir !!!



Teladan yang sama, ditunjukkan oleh Bu Mega dan Pak Taufik, ketika prosesi
sungkem. Pak Taufik dan Bu Mega berada juga dijajaran orang yang akan
disungkemi oleh pengantin. Beliau segera saja berdiri dari kursinya ketika
kedua pasangan itu menghampiri hendak mohon doa restu.

"Jangan berlutut, berdiri saja yah…" sapa lembut Bu Mega sambil kedua
tangannya merangkul Mbak Rara, sementara Pak Taufik terlihat melakukan hal
yang sama pada Bang Syamsul. Suasana tampak haru-biru, mungkin karena kedua
orang tua, kedua pasangan itu telah tiada.



Yang jelas hari ini tiga hal utama yang aku lihat dan pelajari.

Yang pertama : belajar dari Pak Taufik kesopanan yang harus tetap dijaga.

Kedua : ternyata Bu Mega itu walaupun berwibawa tetapi tetap berwajah halus,
anggun dan ayu...(mungkin karena darah Bali nya..he..he..he..)

Ketiga : "Pak Taufik gelang etnik bebatuan hijau ditangan kiri Bapak asli
keeeeeeeeeeeeerrrrrren banget Pak..he..he..he.."



***

Kirim email ke