--- In i-...@yahoogroups.com, "Ikhwan Sopa" <ikhwan.s...@...> wrote:
Secara sederhana, memang ada kemiripan terkait dengan "makna tersurat" dan "makna tersirat". Namun demikian, menurut saya perlu digarisbawahi hal-hal yang sangat mendasar berikut ini. Manthuq (nash zhahir, mu'awwal) dan Mafhum (muwafaqah, mukhalafah dan seterusnya sampai ke sub-subnya) adalah "tentang Kalamullah" (tentang sesuatu yang bukan makhluk melainkan tentang sifat Khalik). Surface Structure dan Deep Structure adalah "tentang manusia" (tentang fenomena pada diri makhluk). Subyeknya ("tentang"-nya) adalah sama sekali berbeda. Islamic NLP diposisikan sebagai berikut: Input -> Proses Internal -> Output Input/Output adalah akidah dan ajaran Islam. Garapan Islamic NLP adalah Proses Internal. Dalam konteks Al-Quran dan Hadits, Islamic NLP adalah "tentang bagaimana manusia menginternalisasikan Kalamullah dan Sunnah Rasulullah SAW". ITU PUN, dengan frame yang sangat terbatas sebagaimana terbatasnya NLP itu sendiri, yaitu di tataran panca indera, syaraf atau fisiologi, dan linguistik. Ketika suatu tinjauan Surface Structure dan Deep Structure (NLP) dikembalikan kepada ayat-ayat Quran dan isi Hadits (tepatnya: kepada penafsiran ayat-ayat Quran sesuai kitab tafsir dan pemahaman Hadits sesuai syarah Hadits), tinjauan itu hanya dikaitkan dengan fenomena manusia dalam merespon Kalamullah dan Sunnah Rasulullah SAW dengan "tataran yang terbatas itu". Dalam konteks syiar dan dakwah, Islamic NLP adalah "tentang bagaimana mengeksternalisasikan dan menyampaikan Kalamullah dan Sunnah Rasulullah SAW". Dalam konteks ini, lebih mudah dipahami bahwa NLP adalah "ilmu komunikasi" yang di-utilisasi dalam aktivitas "menyampaikan" akidah dan ajaran Islam dari satu manusia kepada manusia lainnya. Mulai dari Rasulullah SAW kepada sahabat, dari sahabat kepada tabi'in, dan seterusnya sampai ke kita di zaman modern ini. Tentu saja, untuk tujuan-tujuan tersebut NLP bukanlah referensi pertama dan utama. Saya hanya berkeyakinan bahwa aspek "Proses Internal" menurut NLP, erat hubungannya dengan berbagai penemuan di dunia modern tentang bagaimana peran dan cara kerja dari panca indera, tubuh, dan otak manusia dalam merespon dan memproses Input menjadi Output (menjadi sikap, perilaku, beliefs system, automatic respon, atau fenomena mental dan fisik tertentu). Dengan kacamata Islamic NLP, ungkapan di atas diproyeksikan sebagai "dalam merespon Kalamullah, Sunnah Rasulullah SAW, dan dalam berdakwah" dengan harapan dapat semaksimal mungkin mendekati fenomena output sebagaimana yang Allah SWT kehendaki. (please... lanjutkan dulu membaca) Fenomena manusiawi itulah yang masih jarang disentuh atau di- utilisasi, manakala kita mengaitkan aspek "Input yang dipaparkan" dan "Ouput yang diharapkan". Mengabaikan pembelajaran tentang "Proses Internal", adalah seperti mengabaikan jembatan antara Input dan Output, yang notabene telah dinyatakan sebagai "sebaik-baik bentuk". Di sinilah, para "profesor" NLP, pembelajar NLP, dan praktisi NLP diharapkan bisa memberi secuil sumbangsih ke dalam Islam. Sebab sangat mungkin, mereka bisa cukup membantu manakala dibutuhkan penjelasan terkait dengan berbagai fenomena kemanusiaan. Misalnya, mengapakah ada dua orang yang ibadahnya kurang lebih sama, tapi output sikap dan perilakunya kok seperti bumi dan langit? Lho! Bukankah "skor output" adalah kewenangan mutlak Allah SWT? Benar sekali. Pun demikian, tentang panca indera, syaraf atau fisiologi, dan linguistik, tentang flesh and blood and mind ini, bukankah manusia juga diperintah oleh-Nya untuk ikut bertanggungjawab dalam organisasi dan manajemennya? Dalam rangka tanggungjawab itu, berupaya lebih menguasai diri sendiri dan berupaya meneladani orang lain (self mastery dan modelling) adalah baik bukan? Langkah awalnya, adalah dengan mengenali berbagai fenomena yang terjadi pada diri sendiri dan orang lain. NLP, bisa sangat membantu dengan berbagai tools-nya. Berkaitan dengan modelling human excellency, Richard Bandler pernah mengatakan bahwa "NLP belum selesai" (sebab human excellency yang akan dimodel masih akan terus muncul dengan lahirnya manusia-manusia excellent di masa depan). Islamic NLP mengatakan: Tidak! Human excellent yang perlu dimodel dulu, kini, dan sampai akhir zaman, telah dilekatkan permanen pada diri Rasulullah SAW. Mohon maaf guru, saya bukan sedang menentangmu. JUSTRU, saya sedang mengamalkan, menerapkan, dan mengembangkan "ilmu-mu" yang bebas nilai itu, ke dalam sistem nilai yang saya yakini benar. Tentang tools dan teknik NLP di masa depan bagaimana? Tentang human excellent di masa depan yang duniawi seperti peradaban, ilmu, dan teknologi bagaimana? ... cuma setetes kecil dari ilmu Allah SWT yang disingkap perlahan- lahan. Bukankah demikian? Wallahu'alam. Ikhwan Sopa http://islamic-nlp.blogspot.com NB: 1. Mohon koreksi jika ada kesalahan. 2. Tentang Manthuq dan Mafhum kita bisa belajar bersama dari berbagai kitab ilmu Al-Quran. Di antaranya adalah karangan Manna Khalil Al- Qaththan. Versi Indonesianya sudah ada dengan judul "Pengantar Studi Ilmu Al-Quran" (Pustaka Al-Kautsar), atau "Studi Ilmu-ilmu Al- Quran" (Litera Antar Nusa). Ada yang menarik di sana. Kita bisa menarik benang merah dari konsep ini ke konsep Meta Model, Milton Model, Presuposisi, Cause/Effect, Complex Equivalence, dan sebagainya. Di sana juga ada bahasan tentang bagaimana berhujjah dengan mafhum. Mohon maaf saya tidak bisa panjang lebar tentang Manthuq dan Mafhum di sini. Saya tidak berkompeten dalam bidang itu. --- In sd-is...@yahoogroups.com, "Teddi Prasetya Yuliawan" <tpyuliawan@> wrote: > > Mohon dijelaskan Pak, seperti apakah makna tersirat tersebut? > > Tentu, yang namanya ilmu mempelajari teritori yang sama, manusia, maka > kemiripan sangat mungkin terjadi. Hanya, karena pemahaman saya di bidang > tersebut yang amat dangkal, maka saya belum bisa memberikan komentar lebih > lanjut. > > > Salam, > > Teddi > > On Fri, Dec 12, 2008 at 8:35 AM, Abu Syafiq <getuxlindri@> wrote: > > > > > Pak Teddi, sama gak presuposisi dgn makna tersirat ? Di Ulumut Tafsir > > & Ushul Fiqih ada yg namanya Mafhum (kalimat tersirat), kebalikan dgn > > Mantuq (kalimat tersurat). Untungnya di Ushul Fiqih ada guidance- nya > > makna2 tersirat mana saja yg bisa dijadikan hujjah. --- End forwarded message ---