Pengemis & Tukang Ngamen
Pada suatu sore saya dan  teman teman sedang berada dalam perjalanan 
pulang ke kantor, dan seperti biasanya, ketika berhenti di lampu 
merah ada beberapa pengemis dan pengamen yang sedang beraksi, tiba 
tiba seorang dari teman saya si Umun nyeletuk "Dasar malas… ga mau 
kerja dan mau cari gampang saja…!".

Dalam hati saya berpikir, benarkah apa yang dikatakan oleh teman saya 
si Umun? Apakah mereka itu malas? Dan apakah yang mereka lakukan itu 
sesuatu yang gampang?

Belum tentu!!! Coba saja kita lihat dari perspektif lain, ketika 
mereka ngemis atau ngamen, sebenarnya mereka termasuk juga bekerja, 
dan profesi mereka adalah sebagai pengemis atau sebagai pengamen. 

Dan kalau kita perhatikan lagi, sebenarnya "jam kerja" mereka jauh 
lebih panjang, karena pagi pagi mereka sudah nongkrong di lampu 
merah, dan malam harinya mereka masih ada disana.

Juga kondisi kerja mereka itu berat dan tidak menyenangkan… kalau 
terik kepanasan… kalau hujan juga kedinginan… harus menghirup lagi 
debu dan asap knalpot.

Jadi bisa dikatakan mereka bekerja jauh lebih berat daripada orang 
lain. Dan untuk itu dibutuhkan ketangguhan diatas rata rata, mereka 
sudah terbiasa ditolak, dimaki dan bahkan terkadang diusir. Dan 
semuanya… hanya demi hasil yang tidak seberapa dan tidak sebanding 
dengan "kerja keras" yang mereka keluarkan.

Lalu kenapa masih banyak yang mau menjalankan "profesi" seperti ini? 
Padahal kalau "ketangguhan" yang mereka miliki digunakan di bidang 
lain, misalnya sebagai sales, mereka sudah pasti mendapatkan hasil 
yang jauh lebih besar… dan lebih bergengsi…!!!

Setelah saya telusuri, ternyata penyebabnya adalah "keyakinan" 
mereka, mereka rela menekuni semuanya karena yakin bahwa mengemis dan 
mengamen hanyalah satu satunya kegiatan yang bisa mereka lakukan dan 
juga yang mudah dilakukan tanpa harus "bekerja keras". 

Bukankah ini sebuah ironi? Karena tidak mau bekerja keras, akhirnya 
tanpa disadari mereka bekerja jauh lebih keras daripada yang lain, 
itupun dengan hasil yang tidak sepadan. Dan semuanya hanya gara gara 
sebuah keyakinan yang menghambat alias  limiting beliefs.

Bagaimana dengan anda? Apakah dalam kegiatan sehari hari, pekerjaan 
dan bisnis anda juga memiliki limiting beliefs yang mirip? Dan jika 
ada, bukankah sudah saatnya untuk mengatasinya?

Action tips
Berikut ini ada tips yang bisa anda terapkan untk mengenali dan 
mengubah limiting beliefs:
1.      Sadar bahwa banyak sekali keyakinan dalam diri kita adalah 
hasil dari pengkondisian orang tua, guru, teman dan lingkungan yang 
belum tentu cocok dan masih berlaku bagi kita.
2.      Belajar berpikir kritis dengan membedakan fakta dari pendapat 
dan perasaan, dengan demikian anda bisa mengenali bahwa sering sekali 
keyakinan kita itu sebenarnya tidak berdasarkan fakta, melainkan 
hanya berdasarkan pendapat dan perasaan saja, misalnya kalau kita 
sudah terlanjur tidak menyukai seseorang, maka apapun yang 
dilakukannya akan selalu memunculkan persepsi negatif dalam diri kita.
3.      Senantiasa memperluas wawasan anda dengan banyak membaca dan 
mengikuti seminar atau workshop, jadilah proses belajar itu sebuah 
rutinitas seumur hidup.
4.      Selalu menguji keputusan penting anda dengan melihat dari 
berbagai sudut pandang yang berbeda, anda bisa melihat dari sudut 
pandang anda, kemudian beralih ke sudut pandang orang kedua (yang 
masih berhubungan), kemudian dari sudut pandang orang ketiga (yang 
sudah tidak berhubungan sama sekali), kemudian cobalah melihat dari 
sudut pandang lingkungan dan masyarakt tempat anda tinggal, dan 
jangan lupa, seandainya anda sudah meninggal, apa pendapat anda 
tentang keputusan tersebut?
5.      Limiting beliefs juga bisa diatasi dengan teknik yang biasa 
saya sharing dalam workshop saya "Turn Mental Blocks Into Power".
Semoga bermanfaat

Sukses luar biasa.
Dipl. –Betr. Psych. Awie Suwandi MCH.
Hypnosis Life Coach & Hypnotherapist.

**********************
Baca Artikel Menarik lain di:
www.AwieSuwandi.com
**********************


Kirim email ke